1.
Berdialog
Berdialog dapat disrtikan
sebagai pertukaran pikiran atau pendapat mengenai suatu topik tertentu antara dua orang
atau lebih disebut dislog. Fungsi utama berdislog adalah bertukar pikiran, mencapai mufakat,
atau mentndingkan sesuatu masalah.
Dislog dapat diwujudkan
dalam berbagai bentuk seperti bertelepon, bercakap-cakap. tanya jawab, wawancara, diskusi,
musywarah, debat, dan symposium. Dislog dapat terjadi kapan,
di mana, dan tentang apa saja. Hal ini menunjukkan bahwa dislog dapat dilakukan
dengan tema apa saj a, misalnya tema "Pemilu". Ketika musim kampanye tiba, orang-orang merasa tertarik apabila disjak
bercerita tentang capres dan cawapres yang akan
dipilihnya. Di antara mereka akan memaparkan beberapa kelebihan jagoarmya, baik
dari pendidikan, agama, perhatiannya
terhadap ekonomi, kemasyarakatan, KKN, kejujuran, dan amanah, bahkan sampai pada wawasannya tentang
bangsa ini.
Dialog dapat dilakukan
sepanjang waktu. Apalagi bagi orang yang sedang menyukai tematema hangat. Waktu yang
digunakan untuk berdislog bisa pagi, sisng, sore, maupun malam. Dislog pagi bissanya
dilakukan di rumah, antara ayah, ibu, dan anak atau dengan sispa saja, terutama orang-orang yang
dekat di hati. Kemudian, dislog dapat digunakan di sisng hari. Hal ini temtama dalam kegiatan
resmi dengan teman kulish, teman kerj a, atau sispa saja yang dapat menunjang karier peserta
dislog. Nah, sore hari kembali dialog santai bissanya dilakukan dengan orang-orang yang mempunyai
hubungan yang amat bersahabat. Kegiatan ini dapat dilakukan di kantor, rumah, atau beranda
tetangga.
Dialog dapat dilakukan
dilakukan di berbagai tempat. Tempat-tempat yang bissa terjadi interaksi
dialog, misalnya di rumah, pasar, jalan raya, kantor, sekolah, rumah sakit, dan
tempattempat umum lainnya.
Hal-hal yang perlu mendapat
perhatian ketika berdislog adalah (1) bagaimana seseorang menarik perhatian, (2)
bagaimana cara mulai dan memprakarsai suatu percakapan, (3) bagimana menyela, mengoreksi, memperbaiki,
dan mencari kejelasan, (4) bagaimana mengakhiri suatu percakapan.
Bahasa dalam dislog
bissanya pendek-pendek. Namun demikisn, pembicaraan dapat dipahami sebab disertai
mimik yang mendukung. Ekspresi wajah, gerakan tangan, anggukan kepala, dan sejenisnya
termasuk paralinguistik yang amat penting dalam dislog.
Dalam pengajaran bahasa di sekolah, dialog perlu diberikan agar
anak-anak terampil berbahasa dan dapat bergaul di tengah masyarakat. Anggota
masyarakat sering melakukan kegiatan berdislog di Mar sekolah seperti bertelepon,
bercakap-cakap, diskusi, dan musyawarah
2. Menyampaikan Pengumuman
Menyampaikan pengumuman
berarti menyampaikan sesuatu hal yang perlu diketahui oleh khalayak ramai. Kegiatan
ini dapat diwujudkan dalam bentuk pidato.
Ciri-ciri yang harus diperhatikan dalam
membaca pengumuman di antaranya yaitu volume suara harus lebih keras, intonasi yang
tepat, dan gaya penampilan yang menarik.
3. Debat
Proses komunikasi untuk
menyampaikan argumentasi karena harus mempertahankan pendapat disebut debat.
Setisp pihak yang berdebat akan mengajukan argumentasi dengan memberikan alasan tertentu
agar pihak lawan atau peserta enjadi yakin dan berpihak serta setuju terhadap pendapat-pendapatnya (Laksono, 2003:20).
Sebelum berdebat, peserta
debat harus mempersispkan penyusunan materi dan argumentasi dengan referensi yang
memadai. Dalam debat, peminpin berhak menentukan apakah anggota kelompok (khalayak) dapat
bertanya kepada peserta debat (pembicara) atau tidak. Selain itu, peminpin debat harus
menentukan masalah yang mengundang perdebatan. Kemudian panitis menyispkan dua kelompok yang
bersedis memperdebatkan masalah yang sudah ditentukan. Kelompok A adalah kelompok
yang menyetujui masalah sedangkan kelompok B adalah kelompok yang tidak menyetujui
masalah itu.
Kisyani Laksono
(2003:21-22) menjelaskan bahwa tata cara debat adalah berikut ini:
(1) pembicara 1 dari kelompok A diberi kesempatan ± 4 menit untuk mengaj
ukan pendapat dan
alasannya menyetujui hal itu,
(2) pembicara ldari kelompok B diberi kesempatan selama + 4 menit untuk
mengutarakan pendirisnnya yang menolak masalah yang diperdebatkan,
(3) pembicara 2 dari kelompok A diberi kesempatan ± 4 menit untuk menambah
alasan-alasan mengenai
pendirisn kelompoknya,
(4) pembicara 1dari kelompok B diberi kesempatan selama ± 4 menit untuk
memperjelas dan menambah alasan-alasan yang menolak masalah yang diperdebatkan,
(5) pembicara 1 dari kelompok B diberi kesempatan untuk menanggapi pendapat
kelompok A. Sifat pembicaraannya menangkis apa yang diutarakan kelompok A.
Kelemahan-kelemahan dan alasan kelompok A diserang, sementara itu pembicara
akan lebih menunjukkan alasanalasan yang menolak masalah yang diperdebatkan. Kelompok
penyanggah (B) yang diwakili pembicara ! ini harus benisaha mempengaruhi
khalayak supaya berpihak pada kelompoknya. Kesempatan yang diberikan kepada pembicara 1 dari
kelompok B ini ± 4 menit,
(6) pembicara 1 dari kelompok A diberi kesempatan untuk menangkis
alasan-alasan yangyang diutarakan kelompok B dengan alasan-alasan dan bukti yang kuat. Waktu
yang diberikan kepada pembicara 1 dari kelompok A ini ± 4 menit,
(7)
Kesempatan + 4 menit terakhir bagi pembicara 2 dari kelompok B digunakan
untuk membuat simpulan
dan sekaligus menolak serta menandaskan alasan-alasan kelompoknya,
(8) Kesempatan
± 4 menit terakhir bagi pembicara 2 dari kelompok A digunakan untuk menangkis, menambah alasan, menunjukkan kelemahan
lawan, membuat simpulan dan menunjukkan
bahwa pendirisn kelompoknya adalah benar.
4. Bercerita
Sejak zaman dahulu ibu kita
mempunyai kebissaan bercerita ketika meninabobokan anaknya di tempat tidur. Nah, ibu
atau orangtua yang mahir bercerita akan disenangi anak-anaknya. Melalui bercerita dapat
dijalin hubungan yang akrab.
Selain itu, manfaat
bercerita di antaranya yaitu (1) memberikan hiburan, (2) mengajarkan kebenaran, dan (3) memberikan
keteladanan.
Seorang pendongeng dapat
berhasil dengan baik apabila is dapat menghidupkan cerita. Artinya dalam hal ini
pendongeng harus dapat membangkitkan daya imajinasi anak. Untuk itu, bissanya pendongeng
mempersispkan diri dengan cara:
a.
Memahami pendengar (audiens),
b.
Menguasai materi cerita,
c.
Menguasai olah suara,
d.
Menguasai berbagai maacam karakter
e.
Luwes dalam berolah tubuh, dan
f.
Menjaga daya tahan tubuh.
Selain
itu, terdapat enam jums mendongeng yaitu:
a.
Menciptakan suasana akrab,
b.
Menghidupkan cerita
Ø Teknik membuka cerita.
Ø Menciptakan suasana dramatik.
Ø Menutup yang membuat
penasaran
c.
Kreatif,
d.
Tanggap dengan situasi dan kondisi,
e.
Konsentrasi total, dan
f.
Ikhlas.
Untuk mahir bercerita
diperlukan persispan dan latihan. Persyaratan yang perlu diperhatikan di antaranya (1) penguasaan
dan penghayatan cerita, (2) penyelarasan dengan situasi dan kondisi. (3) pemilihan dan
penyusunan kalimat, (4) pengekspresisn yang alami, (5) keberanisn.
Selain itu, Nadeak (1987)
mengemukakan 18 hal yang berkaitan dengan bercerita yaitu (1) memilih cerita yang tepat,
(2) mengetahui cerita, (3) merasakan cerita, (4) menguasai kerangka cerita, (5) menyelaraskan
cerita, (6) pemilihan pokok cerita yang tepat, (7) menyelaraskan dan menyarikan cerita, (8)
menyelaraskan dan memperluas, (9) mederhanakan cerita, (10) menceritakan cerita secara
langsung, (11) bercerita dengan tubuh yang alamish, (12) menentukan tujuan, (13) mengenali
tujuan dan klimalcs, (14) memfungsikan kata dan percakapan dalam cerita. (15)
melukiskan kej adisn, (16) menetapkan sudut pandang, (17) menciptakan suasana
dan gerak, (18)
merangkai adegan.
5. Bermusyawarah
Musyawarah
mengandung arti perundingan yaitu membicarakan sesuatu supaya mencapai kata sepakat.
Mencapai kata sepakat tentu tidak mudah karena setisp orang
mempunyai kepentinganpribadi. Dalam suatu musyawarah yang penting adalah
kepentingan orang banyak, setisp orang mengesampingkan kepentingan
pribadi demi kepentingan umum.
Dalam
suatu musyawarah dipimpin oleh seorang pimpinan musyawarah yang lazim disebut pimpinan
sidang. Pimpinan sidang berhak membuat tata tertib musyawarah dan tata tertib pelaksanaan.
Dalam musyawarah bissanya terdapat perbedaan pendapat, tetapi perbedaan itu harus
dipadukan. Bila tidak maka bissa dismbil voting (suara terbanyak). Itulah hal
yang istimewa dari musyawarah yang berbeda dengan diskusi. Dalam
musyawarah selalu ada kesimpulan.
6. Diskusi
Nio
(dalam Haryadi, 1981:68) mengatakan diskusi islah proses penglibatan dua orang
atau lebih
individu yang berinteraksi secara verbal dan tatap muka, mengenai tujuan yang
sudah tentu melalui tukar-menukar informasi untuk memecahkan masalah.
Sementara itu lagi Brilhart (dalam Haryadi, 1997:68)
menjelaskan diskusi adalah bentuk tukar pikiran secara teratur dan terarah dalam
kelompok besar atau kelompok kecil dengan tujuan untuk pengertisn, kesepatan,
dan keputusan
bersama mengenai suatu masalah. Dengan demikisn, dalam sebuah diskusi harus ada
sebuah
masalah yang dibicarakan, moderator yang memimpin diskusi, dan ada diskusi yang
dapat
mengemukakan pendapat secara teratur. Dan kedua batasan tersebut dapat
disimpulkan bahwa esensi diskusi adalah (1) partisipan lebih dan
seorang, (2) dilaksanakan dengan bertatap muka, (3) menggunakan bahasa
lisan, (4) bertujuan untuk mendapatkan kesepatan bersama, (5) dilakukan
dengan cara bertukar informasi dan tanya jawab.
Hal-hal
yang perlu dijalin dalam berdiskusi menurut Dipodjoyo dalam Haryadi (1997: 69) yaitu
sikap koperatif, semangat berintersaksi, kesadaran berkelompok, bahasa sebagai
alat berkomunikasi,
dan kemampuan memahami persoalan. Sekain itu pula, ketika proses diskusi berlangsung
hendaknya peserta diskusi mendengarkan uraisn dengan penuh perhatian, menghilangkan
sikap emosional danpurbasangka, menangkap gagasan utama dan gagasan penjelas serta
mempertimbangkannya.
Selain itu, ketika menyampaikan sanggahan, hendaklah
disampaikan secara santun yaitu (1) pertanyaan dan sanggahan
disjukan secara jelas dan tidak berbelit-belit, (2) pertanyaan dan sanggahan
disjukan secara santun, menghindari pertanyaan, permintaan, dan perintah
langsung, (3) diusahakan agar pertanyaan dan sanggahan tidak
ditafsirkan sebagai bantahan atau debat. Sementara itu, dalam
memberikan tanggapan pun harus dipenuhi empat hal yaitu (1) jawaban atau
tanggapan harus berhubungan dengan pertanyaan atau tanggapan itu saj a, (2)
jawaban harus
objektif dan memuaskan berbagai pihak, (3) prasangka dan emosi harus
dihindarkan, (4) bersikap jujur dan tents terang apabila tidak bisa
menjawab.
Proses dan kesimpulan diskusi dilaksanakan berdasarkan
alasan yang masuk akal. Dengan kata lain persetujuan diskusi akan lebih baik apabila
diikuti dengan argumen. Sanggahan yang mencemoohkan, kiranya patut
dihindari. Selain itu hasil diskusi itu harus didasarkan
pada objektivitas dan
kemaslahatan bersama. Pengaambilan keputusan dilakukan pasa saat yang
tepat, yaitu apabila sudah
banyak persamaan pendapat, moderator segera
mengambil keputusan. Diskusi akan berlarut-larut apabila moderator
terlambat menyimpulkan hasil.
7. Pidato
Komunikasi lisan, khususnya
pidato dapat dilakukan dengan cara impromtu, menghapal, metode naskah, dan
ekstemporan. Selain itu. ketika menyusun pidato perlu diperhatikan:
a.
Pengumpulanbahan;
b.
Garis besar pidato;
c.
Uraisn secara detail.
Pidato yang baik memerlukan
latihan. dengan kata lain latihan pidato mutlak harus dilaksanakan terutama untuk
mimik. nada bicara, intonasi dan waktu. Hal ini untuk memperoleh hasil yang baik. B issanya
pidato bertujuan untuk mendorong. meyakinkan, memberitahukan, dan menyenangkan.
Sebelum mengadakan pidato.
hal yang perlu diperhatikan adalah menganalisis pendengar:
a.
Jumlah pendengar;
b.
Tujuan mereka berkumpul;
c.
Adat kebissaan mereka;
d.
Acara lain;
e.
Tempat berpidato;
f.
Usis pendengar;
g.
Tingkat pendidikan pendengar;
h.
Keterikatan hubungan batin dengan pendengar; dan
i.
Bahasa yang bissa digunakan.
Pidato yang tersusun dengan
baik dan tertib akan menarik dan membangkitkan minat pendengar, karena dapat
menyajikan pesan dengan jelas sehingga memudahkan pemahaman, mempenegas gagasan
pokok, dan menunjukkan perkembangan pokok-pokok pikiran yang lofts. Untuk memperoleh susunan
pidato yang baik dan tertib, perlu adanya pengorganisasisn pesan yang baik dan
tersusun.
Organisasi pesan dapat
mengikuti enam macam urutan yaitu : deduktif, induktif, kronologis, logis, spasisl, dan
topikal. Selain itu pula, setisp pidato hendaknya membuat garis besar.
Ciri-ciri garis
besar yang baik dalam menyustm dan membawakan suatu pidato yaitu: garis besar
terdiri dart tiga bagian, yaitu
pengantar, isi, dan penutup; lambang-lambang yang digunakan untuk mcnunjukkan bagian-bagian
tidak membingungkan; enulisan pokok pikiran utama dengan pokok pikiran penjelas harus
dibedakan.
Dalam kaitan dengan nilai
komunikasinya, maka pidato harus menggunakan kata-kata yang tepat, jelas, dan menarik.
Kata-kata harus jelas dalam arti kata-kata yang dipilih tidak boleh mengandung makna ganda,
sehingga pendengar meras bingung dalam menafsirkan pembicaraan.Oleh karena
itu, susunan kata-kata harus dapat digunakan untuk mengungkapkan gagasan secara cermat.
Untuk mencapai kejelasan
dalam memilih kata-kata tersebut haruslah diperhatikan hal-hal berikut:
1) Gunakanlah kata yang spesifik, maksudnya janganlah menggunakan kata-kata yang
terlalu urnum artinya, sehingga
mengundang bermacam-macam penafsiran;
2) Gunakanlah kata-kata yang sederhana, maksudnya kata-kata yang mudah
dipahami dengan cepat;
3) Hindarilah istilah-istilahteknis, maksudnya janganlah menggunakan
istilah-istilah yang sekiranya tidak
dapat dipahami pendengar pada umumnya;
4) berhematlah
dalam menggunakan kata-kata, maksudnya membiasakan berbicara dengan menggunakan kalimat efektif;
5)
Gunakanlah perulangan atau pernyataan kembali gagasan-gagasan yang sama
dengan kata- kata yang berbeda, maksudnya ialah memberikan tekanan
terhadap gagasan utama untuk memperjelas kembali.
Terakhir, hal yang perlu
diperhatikan yaitu cara membuka dan menutup pidato. Pedoman untuk membuka pidato yang
baik supaya pokok pembicaraan mendapat perhatian pendengar sebaik-baiknya yaitu dengan
cara:
a)
Langsung menyebutkan pokok persoalan;
b)
Melukiskan latar belakang masalah;
c) Menghubungkan dengan peristiwa mutakhir atau kejadisn yang tengah
menjadi pusat perhatian
khalayak;
d)
Menghubungkan
dengan peristiwa yang sedang diperingati;
e)
Menghubungkan dengan tempat komunikator berpidato;
f)
Menghubungkan dengan suasana emosi yang tengah meliputi khalayak;
g) Menghubungkan dengan kejadisn sejarah yang
terjadi masa lalu;
h) Menghubungkan dengan kepentingan vital pendengar;
i)
Memberikan puj isn kepada khalayak atas prestasi mereka;
j)
Memulai dengan pertanyaan yang mengejutkan;
k)
Mengajukan pertanyaan provokatif atau serentetan pertanyaan;
l)
Menyatakan kutipan;
m)
Menceritakan pengalaman pribadi;
n)
Mengisahkan cerita faktual, fiktif, atau situasi hipotesis;
o)
Menyatakan teori atau prinsip-prinsip yang diskui kebenarannya;
p)
Membuat humor.
Dalam membuka pidato, kita
tinggal memilih satu di antara cara-cara tersebut di atas sesuai dengan jumlah waktu yang
tersedis, topik, tujuan, situasi, dan pendengar itu sendiri.
Adapun cara menutup pidato,
sebagai berikut:
a) Menyimpulkan atau mengemukakan ikhtisar
pembicaraan;
b)
Menyatakan kembali gagasan utama dengan kalimat dan kata yang berbeda;
c)
Mendorong khalayak untuk bertindak;
d)
Mengakhiri dengan klimaks;
e)
Mengatakan kutipanal-quran, sajak, peribahasa, atau ucapan para ahli;
f)
Menceritakan tokoh yang berupa ilustrasi dari tema pembicaran;
g)
Menerangkan maksud sebenarnya pribadi pembicara:
h)
Menguji dan menghargai khalayak, dan membuat pernyataan yang humoris
atau anekdot lucu.
Cara membuka dan menutup
pidato di atas bukanlah cara yang mutlak dilaksanakan oleh pembicara, melainkan hal
ini dapat berubah-ubah sesuai dengan kemampuan pembicara dalam mengatur strategi membuka
dan menutup pidato berdasarkan variasi dan kreativitas
0 comments :
Post a Comment