PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang
Keragaman suku bangsa merupakan
kekuatan bangsa dimiliki
oleh provinsi kalimantan Barat.
Kemampuan untuk mengelola keragaman suku bangsa yang besar diperlukan untuk
mencegah terjadinya perpecahan yang akhirnya akan mengganggu kesatuan bangsa.
Kerusuhan dan pertikaian yang terjadi di berbagai tempat di
Kalimantan Barat ini menunjukkan antara lain
kurangnya pendidikan
multikultural yang berkarakter pada masyarakat Kalimantan Barat . Konflik muncul dengan menggunakan simbol-simbol
etnis, agama, dan ras. Hal ini
kemungkinan terjadi akibat adanya akumulasi "tekanan" secara mental,
spiritual, politik sosial, budaya dan ekonomi yang dirasakan oleh sebagian
masyarakat.
Menurut catatan Guru Besar Sosiologi Universitas Tanjungpura
(Untan),Prof.Dr.Syarif Ibrahim konflik etnis di Kalbar sudah terjadi 12 kali.
Sepuluh kali melibatkan Dayak dengan Madura, yakni pada tahun 1962, 1963,
1968, 1972, 1977, 1979, 1983, 1996, 1997 dan 1999. Sekali antara Dayak dengan
Tionghoa, yakni 1967. Kemudian dua kali Melayu dengan Madura, yakni tahun 1999
dan 2000.
Dari data di atas, maka diperlukan strategi khusus untuk
memecahkan persoalan tersebut melalui berbagai bidang; sosial, ekonomi, budaya,
dan pendidikan. Berkaitan dengan hal ini, maka pendidikan multikultural
berkarakter menawarkan satu alternatif melalui penerapan strategi dan konsep
pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat,
khususnya yang ada pada siswa seperti keragaman etnis, budaya, bahasa, agama,
status sosial, gender, kemampuan, umur, dll
di kalimantan barat ini.
Karena itulah yang terpenting dalam
pendidikan multikultural berkarakter adalah seorang pendidik tidak hanya dituntut untuk menguasai dan mampu
secara profesional mengajarkan mata pelajaran
yang diajarkan. Lebih dari itu, seorang pendidik juga harus mampu menanamkan
nilai-nilai inti dari pendidikan multikultural seperti demokrasi, humanisme,
dan pluralisme atau menanamkan nilai-nilai keberagamaan yang inklusif pada
siswa. Pada gilirannya, out-put yang dihasilkan dari sekolah tidak hanya cakap sesuai dengan disiplin ilmu
yang ditekuninya, tetapi juga mampu menerapkan nilai-nilai keberagamaan dalam
memahami dan menghargai keberadaan para pemeluk agama dan kepercayaan lain..
Dengan pembelajaran mutikultural berkarakter para lulusan akan dapat memiliki sikap
kemandirian dalam menyadari dan menyelesaikan segala problem
kehidupannya,melalui berbagai macam cara dan strategi pendidikan serta
mengimplementasikanya yang mempunyai visi dan misi yang selalu menegakkan dan
menghargai pluralisme, demokrasi dan humanisme. Diharapkan para generasi
penerus menjadi ”Generasi Multikultural” yang menghargai perbedaan, selalu
menegakkan nilai-nilai demokrasi, keadilan dan kemanusiaan yang akan datang. Dalam konteks pendidikan, bahwa semua
persoalan dalam masyarakat akan
dapat
diperbaiki melalui proses pendidikan. Artinya kegagalan masyarakat adalah
kegagalan
pendidikan dan sebaliknya. Dengan demikian, dalam mengatasi segala
problematika
masyarakat sebaiknya dimulai dari penataan secara sistemik dan
metodologis
dalam pendidikan.
Salah satu komponen dalam
pembelajaran adalah proses belajar mengajar . Untuk memperbaiki penyakit sosial
yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat, perlu dimulai dari proses
pembelajaran kontekstual yang membumi bisa
dibentuk melalui proses pembelajaran, yaitu dengan menggunakan pembelajaran
berbasis multikultural serta berkarakter . Yaitu proses pembelajaran yang lebih
mengarah pada upaya menghargai perbedaan diantara sesama manusia sehingga terwujud ketenangan
dan ketentraman dalam tatanan kehidupan
masyarakat serta saling menghormati perbedaan pandangan antar individu
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pembelajaran berbasis
multikultural yang berkarakter didasarkan pada gagasan filosofis tentang
kebebasan, keadilan, kesederajatan dan perlindungan terhadap hak-hak manusia
yang bermartabat dan berkarakter. Hakekat pendidikan multikultural yang
berkarakter mempersiapkan seluruh siswa untuk bekerja secara aktif menuju
kesamaan struktur dalam organisasi dan lembaga sekolah.
Pendidikan IPA (fisika) sebagai
bagian dari pendidikan formal seharusnya ikut memberi kontribusi dalam
membangun sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Fisika sebagai salah
satu cabang IPA yang pada dasarnya bertujuan untuk mempelajari dan menganalisis
pemahaman kuantitatif gejala atau proses alam dan sifat zat serta penerapannya
(Wospakrik, 1994 : 1). Pendapat tersebut diperkuat oleh pernyataan bahwa fisika
merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari bagian-bagian dari alam dan
interaksi yang ada di dalamnya. Ilmu fisika membantu kita untuk menguak dan
memahami tabir misteri alam semesta ini (Surya, 1997: 1).
Pembelajaran diartikan sebagai
perubahan dalam kemampuan, sikap, atau perilaku siswa yang relatif permanen
sebagai akibat dari pengalaman atau pelatihan. Pola pikir pebelajar pun perlu
diubah dari sekedar memahami menuju pada penerapan konsep dan prinsip
keilmuwan. Dalam pilar-pilar pembelajaran dari UNESCO, selain terjadi learning
to know (pembelajaran untuk tahu), juga harus terjadi learning to do (kemampuan
untuk berbuat). Pembelajaran terfokus pada siswa, sedangkan guru berperan
sebagai fasilitator dan mediator. Dalam fase learning to known siswa diberi pengertian tentang keberagaman
sosial,suku,ras,ekonomi dan agama merupakan anugrah dari Allah SWT untuk disyukuri dan tidak untuk dijadikan
sebagai pemicu perselisihan.Sehingga kegiatan learning to do diisi dengan karakter
kerjasama dan saling menghormati pendapat kawan satu kelompok atau satu kelas .
Batasan Masalah
Dalam
penulisan makalah ini, penulis membatasi masalah yang akan dibahas yaitu
bagaimana penggunaan model pembelajaran kontekstual dalam fisika berbasis multikultural berkarakter dalam
membimbing siswa agar menghormati perbedaan pendapat serta kerjasama dalam kelompok dalam
ajang diskusi tentang dispersi pada pelajaran fisika.
Maksud Dan
Tujuan Penulisan
Dengan
penulisan makalah ini juga mempunyai maksud dan tujuan agar para guru-guru,
khususnya guru fisika merekomendasikan model pembelajaran berbasis multikultural yang berkarakter dalam
proses belajar mengajar. Dan dimaksudkan juga dengan diterapkan model ini di
kelas akan mengaktifkan siswa-siswa dalam berfikir dan beraktualisasi serta
self assesment serta memahami peristiwa
dispersi cahaya yang merupakan bagian
dari pelajaran fisika berkaitan dengan perbedaan panjang gelombang setiap warna
sehingga menimbulkan keindahan di alam
semesta.Ternyata adanya perbedaan dapat
menimbulkan sesuatu yang indah.Dan ini bisa dijadikan sebuah hikmah dalam
diri siswa untuk menghindari terjadinya
konflik antar siswa dalam satu
kelas karena adanya perbedaan pendapat
,status sosial ,agama dan ras.
Pembelajaran
Berbasis Multikultural
Pembelajaran multikultural adalah
kebijakan dalam praktik pendidikan dalam mengakui, menerima dan menegaskan
perbedaan dan persamaan manusia yang dikaitkan dengan gender, ras, kelas,
(Sleeter and Grant, 1988). Pendidikan multikultural adalah suatu sikap dalam
memandang keunikan manusia dengan tanpa membedakan ras, budaya, jenis kelamin,
seks, kondisi jasmaniah atau status ekonomi seseorang (Skeel, 1995). Pendidikan
multikultural (multicultural education) merupakan strategi pendidikan yang
memanfaatkan keberagaman latar belakang kebudayaan dari para peserta didik
sebagai salah satu kekuatan untuk membentuk sikap multikultural. Strategi ini
sangat bermanfaat, sekurang-kurangnya bagi sekolah sebagai lembaga pendidikan
dapat membentuk pemahaman bersama atas konsep kebudayaan, perbedaan budaya,
keseimbangan, dan demokrasi dalam arti yang luas (Liliweri, 2005). Pendidikan
multuikultural didefinisikan sebagai sebuah kebijakan sosial yang didasarkan
pada prinsip-prinsip pemeliharaan budaya dan saling memiliki rasa hormat antara
seluruh kelompok budaya di dalam masyarakat. Pembelajaran multikultural pada
dasarnya merupakan program pendidikan bangsa agar komunitas multikultural dapat
berpartisipasi dalam mewujudkan kehidupan demokrasi yang ideal bagi bangsanya
(Banks, 1993).
Tujuan pendidikan dengan
berbasis multikultural dapat diidentifikasi: (1) untuk memfungsikan peranan
sekolah dalam memandang keberadaan siswa yang beraneka ragam; (2) untuk
membantu siswa dalam membangun perlakuan yang positif terhadap perbedaan
kultural, ras, etnik, kelompok keagamaan; (3) memberikan ketahanan siswa dengan
cara mengajar mereka dalam mengambil keputusan dan keterampilan sosialnya; (4)
untuk membantu peserta didik dalam membangun ketergantungan lintas budaya dan
memberi gambaran positif kepada mereka mengenai perbedaan kelompok (Banks,
dalam Skeel, 1995)
Di samping itu, pembelajaran berbasis
multikultural dibangun atas dasar konsep pendidikan untuk kebebasan (Dickerson,
1993; Banks, 1994); yang bertujuan untuk: (1) membantu siswa atau mahasiswa
mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk berpartisipasi di dalam
demokrasi dan kebebasan masyarakat; (2) memajukan kebebasan, kecakapan,
keterampilan terhadap lintas batas-batas etnik dan budaya untuk berpartisipasi
dalam beberapa kelompok dan budaya orang lain.
Pendidikan
karakter merupakan penanaman nilai-nilai
sebagai sebuah karakteristik seseorang sudah berlangsung sejak dahulu kala.
Akan tetapi, seiring dengan perubahan jaman, agaknya menuntut adanya penenaman
kembali nilai-nilai tersebut ke dalam sebuah wadah kegiatan pendidikan di
setiap pengajaran.
Penanaman nilai-nilai tersebut dimasukkan ke dalam
rencana pelaksanaan pembelajaran dengan maksud agar dapat tercapai sebuah karakter yang selama ini semakin memudar.Setiap mata palajaran mempunyai nilai-nilai tersendiri yang akan ditanamkan dalam diri anak didik. Hal ini disebabkan oleh adanya keutamaan fokus dari tiap mapel yang tentunya mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.
rencana pelaksanaan pembelajaran dengan maksud agar dapat tercapai sebuah karakter yang selama ini semakin memudar.Setiap mata palajaran mempunyai nilai-nilai tersendiri yang akan ditanamkan dalam diri anak didik. Hal ini disebabkan oleh adanya keutamaan fokus dari tiap mapel yang tentunya mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.
Distribusi penanaman nilai-nilai utama dalam mata pelajaran fisika sebagai berikut: Ingin tahu, berpikir logis,
kritis, kreatif, dan inovatif, jujur, bergaya hidup sehat, percaya diri,
menghargai keberagaman, disiplin, mandiri, bertanggung jawab, peduli
lingkungan,dan cinta ilmu. Bagaimana kesemuanya
diaplikasikan? Setiap nilai utama tersebut dapat dimasukkan ke dalam
pembelajaran mulai dari kegiatan eksplorasi, elaborasi, sampai
dengan konfirmasi.
Bagian pertama adalah Eksplorasi, antara lain dengan
cara:
1.
Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang
topik/tema materi yang dipelajari dengan menerapkan prinsip belajar dari aneka
sumber (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, berfikir logis, kreatif,
kerjasama)
2.
Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan
sumber belajar lain (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, kerja keras)
3.
Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara
peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya (contoh nilai
yang ditanamkan: kerjasama, saling menghargai, peduli lingkungan)
4.
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran
(contoh nilai yang ditanamkan: rasa percaya diri, mandiri)
5.
Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio,
atau lapangan (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, kerjasama, kerja keras)
Bagian kedua adalah Elaborasi, nilai-nilai yang
dapat ditanamkan antara lain:
1.
Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui
tugas-tugas tertentu yang bermakna (contoh nilai yang ditanamkan: cinta ilmu,
kreatif, logis)
2.
Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan
lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis
(contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis, saling
menghargai, santun)
3.
Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah,
dan bertindak tanpa rasa takut (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya
diri, kritis)
4.
Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif
(contoh nilai yang ditanamkan: kerjasama, saling menghargai, tanggung jawab)
5.
Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan
prestasi belajar (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, disiplin, kerja keras,
menghargai)
6.
Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan
baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok (contoh nilai
yang ditanamkan: jujur, bertanggung jawab, percaya diri, saling menghargai,
mandiri, kerjasama)
7.
Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual
maupun kelompok (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai,
mandiri, kerjasama)
8.
Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta
produk yang dihasilkan (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling
menghargai, mandiri, kerjasama)
9.
Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan:
percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
Dan bagian ketiga adalah konfirmasi, nilai-nilainya
antara lain:
1.
Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,
isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik (contoh nilai yang
ditanamkan: saling menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis)
2.
Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta
didik melalui berbagai sumber (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri,
logis, kritis)
3.
Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan (contoh nilai yang ditanamkan: memahami
kelebihan dan kekurangan)
4.
Memfasilitasi peserta didik untuk lebih jauh/dalam/luas memperoleh
pengetahuan, keterampilan, dan sikap, antara lain dengan guru:
·
Berfungsi sebagai
narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang
menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar (contoh
nilai yang ditanamkan: peduli, santun);
·
Membantu menyelesaikan
masalah (contoh nilai yang ditanamkan: peduli);
·
Memberi acuan agar
peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi (contoh nilai yang
ditanamkan: kritis)
·
Memberi informasi
untuk bereksplorasi lebih jauh (contoh nilai yang ditanamkan: cinta ilmu); dan
·
Memberikan motivasi
kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif (contoh nilai
yang ditanamkan: peduli, percaya diri).
Penanaman nilai inilah yang nantinya diharapkan akan menjadikan
peserta didik menjadi lebih berkarakter.
Menurut
Depdiknas untuk penerapannya, pendekatan kontekstual (CTL) memiliki tujuh
komponen utama yaitu:
1.
konstruktivisme (contructivism).
2.
menemukan (Inquiry)
3.
bertanya (Questioning)
4.
masyarakat belajar
(Learning community)
5.
pemodelan (modeling)
6.
refleksi (reflection)
7.
penilaian
yang sebenarnya (authentic Assessment)
Bertolak dari model pembelajaran di atas, pola pembelajaran
kontekstual berbasis multikultural berkarakter dilakukan untuk meningkatkan
kesadaran diri siswa terhadap nilai-nilai keberbedaan dan keberagaman yang ada
pada pelangi serta melekat pula pada
kehidupan sehari-hari siswa. Dengan
kesadaran diri siswa terhadap nilai-nilai kerjasama,kejujuran,menghormati pendapat orang lain,serta kebersamaan antar
siswa di samping memiliki ketegaran dan ketangguhan secara pribadi, juga mampu
melakukan pilihan-pilihan rasional (rational choice) ketika berhadapan dengan
isu-isu lokal, nasional dan global. Siswa mampu menatap perspektif global
sebagai suatu realitas yang tidak selalu dimaknai secara emosional, akan tetapi
juga rasional serta tetap sadar akan jati diri bangsa dan negaranya. Kemampuan
akademik tersebut, salah satu indikasinya ditampakkan oleh siswa dalam
perolehan hasil pembelajaran yang dialami.
Kriteria yang dapat
digunakan untuk mengetahui keberhasilan kegiatan belajar siswa adalah laporan
kerja (makalah), unjuk kerja dan partisipasi yang ditampilkan oleh siswa dalam
pembelajaran dengan cara diskusi dan curah pendapat, serta perkembangan
prestasi belajar siswa setelah mengikuti tes di akhir pembelajaran. Selain itu,
kriteria lain yang dapat digunakan adalah unjuk kerja yang ditampilkan oleh
guru di dalam melaksanakan pendekatan multikultural dalam pembelajarannya.
Tahapan proses tindakan yang
dilakukan dalam mengembangkan model pembelajaran
kontekstual berbasis multikultural
berkarakter dikemukakan dalam matriks berikut.Tahap Kegiatan Deskripsi
Kegiatan :
1.
Studi eksplorasi diri dan lingkungan sosial-budaya (lokal) siswa yang potensial
dengan substansi multikultural Menugaskan kepada siswa untuk melakukan
eksplorasi lokal, yang meliputi terjadinya pelangi dan istilah pelangi dari berbagai daerah
beserta cerita mitosnya.
2. Presentasi hasil eksplorasi Siswa
mempresentasikan hasil eksplorasi (bisa individual atau kelompok) terhadap
masalah terjadinya pelangi dan
warna-warna dari pelangi yang menarik
bagi dirinya, di hadapan teman atau kelompok lain.
3.
Peer group analysis , siswa yang telah dibagi menjadi beberapa kelompok,
dimohon untuk mengalisis dan memberi komentar terhadap presentasi hasil
eksplorasi tentang materi
terjadinya pelangi dan jenis-jenis
warnanya . Secara bergiliran masing-masing siswa atau kelompok
memprensentasikan hasil analisisnya. Guru merekam beberapa masukan dan komentar
yang muncul di antara mereka.
4.
Expert opinion Guru memberikan komentar mengenai hasil eksplorasi yang
dipresentasikan dan beberapa komentar teman.
5.
Refleksi, rekomendasi dan membangun komitmen Guru bersama siswa melakukan
refleksi tampilan siswa
Menyusun
Rancangan Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Multikultural. Beberapa perangkat yang diperlukan dalam menyusun
rancangan pembelajaran berbasis multikultural, antara lain, adalah menetapkan
topik pembelajaran yang mengandung pesan multikultural, organisasi materi, penetapan
strategi, metode dan teknik pembelajaran multikultural, penetapan media, dan
evaluasi pembelajaran penuangan dalam format rancangan pembelajaran.
Alternatif, topik yang diangkat dalam pembelajaran dengan pendekatan
multikultural adalah “Mengembangkan Kesadaran terhadap kebesaran Allah SWT atas
ciptaannya yang bernama pelangi”.Materi tentang dispersi dalam pembelajaran di
kelas XII semester ganjil .Dispersi adalah peristiwa penguraian cahaya
polikromatik(putih) menjadi cahaya monokromatik pada prisma lewat pembiasan
atau pembelokan .Hal ini membuktikan bahwa cahaya putih terdiri dari
harmonisasi brbagai cahaya warna dengan berbeda-beda panjang gelombang
Warna
|
Panjang
gelombang
|
Ungu
|
400-440nm
|
Biru
|
440-495nm
|
Hijau
|
495-580nm
|
Kuning
|
580-600nm
|
Orange
|
600-640nm
|
Merah
|
640-750nm
|
Sebuah prisma atau kisi kisi mempunyai kemampuan untuk
menguraikan cahaya menjadi warna warna spektralnya.
Indeks cahaya suatu bahan menentukan panjang gelombang cahaya mana yang dapat
diuraikan menjadi komponen komponennya. Untuk cahaya ultravioletadalah
prisma dari kristal, untuk cahaya putih adalah prisma dari kaca, untuk cahaya infrared adalah prisma dari garam batu.
Peristiwa dispersi ini terjadi karena perbedaan indeks bias
tiap warna cahaya. Cahaya
berwarna merah mengalami deviasi terkecil sedangkan warna ungu mengalami
deviasi terbesar.
Rancangan
pembelajaran dengan pendekatan multikultural dapat dikemukakan sebagai berikut:
Pokok
Bahasan/Topik: Mengembangkan Kesadaran bahwa berbeda itu indah jika dihimpun
dengan harmoni yang serasi.
Jenjang
: SMA
Kelas
: XII (duabelas)
Semester
: 1 (satu)
I. Kompetensi
Dasar Pembelajaran: Mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri gelombang bunyi dan
cahaya.
Mendeskripsikan
gejala dan ciri-ciri gelombang bunyi dan cahaya
II.
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK):
1.
Siswa dapat mengenali jenis-jenis warna dari pelangi
2.
Siswa dapat menunjukkan adanya perbedaan panjang gelombang pada cahaya
tampak yang terdiri
darimerah,jingga,kuning,hijau,biru,nila,dan ungu.
3.
Siswa dapat menjelaskan terjadinya pelangi
4.
Siswa dapat mengkomunikasikan tentang perbedaan warna pelangi.Ternyata berbeda itu indah
5.
Siswa dapat menemukan nilai-nilai keindahan
dalam harmoni warna putih dengan
adanya perbedaan panjang
gelombang yang dimiliki oleh
masing-masing warna.
III.
Proses Belajar-Mengajar
Hal-hal
yang perlu dipersiapkan:
a.
Model pembelajaran yang digunakan adalah
kontekstual,konstruktivisme
b.
Metode yang dominan: kooperatif learning dialog/diskusi, resitasi (penugasan),
curah pendapat, tanya jawab dan refleksi.
c.
Media dan sumber: (1) Animasi terjadinya
pelangi/film terjadinya pelangi;
(2) Gambar spektrum warna pelangi
beserta nilai panjang gelombangnya (3) Buku-buku Fisika untuk SMA kelas
XII yang relevan.
1.
Kegiatan Awal Pembelajaran:
1.1.
Guru mengkomunikasikan topik (pokok bahasan) pembelajaran kepada sisiwa.
1.2.
Sebagai bahan apersepsi guru bercerita tentang terjadinya pelangi menggunakan film .
1.3.
Guru mengajak siswa untuk mengidentifikasi warna pelangi dengan menggunakan
prisma samasisi yang disinari cahaya dan selanjutnya curah pendapat mengenai
warna warna pelangi yang berbeda serta cerita dari berbagai daerah tentang
pelangi dalam kaitannya dengan keperluan
pembelajaran..
2.
Kegiatan Inti Pembelajaran
(1).
Siswa mengidentifikasi variasi perbedaan warna yang terdapat dalam pelangi.
(2).
Membentuk formasi kelompok, jika memungkinkan dengan posisi melingkar, sehingga
mempermudah untuk melakukan dialog secara mendalam.
(3).
Guru mempersilahkan siswa untuk memperkenalkan diri (nama, daerah asal, agama,
etnis, dan istilah pelangi dan
cerita tentang pelangi dari daerah asal masing-masing) .
(4).
Melakukan kegiatan pembelajaran yang diadaptasi dari tuntutan tujuan pembelajaran
.
a.
Mempersilahkan siswa untuk mengkomunikasikan
cerita mitos dan istilah tentang pelangi
dari daerahnya. b. Mempersilahkan siswa yang lain untuk
mengidentifikasi persamaan dan perbedaan
dari sudut dispersi masing-masing warna oleh
masing-masing kelompok.
c.
Menanyakan kepada siswa tentang adanya
perbedaan warna pelangi dan
bagaimana mengidentifikasi panjang
gelombang dari tiap-tiap warna pelangi
d.
Menugasi siswa uintuk membangun pengetahuan tentang dispersi dari peristiwa terjadinya pelangi. Guru
memfasilitasi, menuliskan hasil diskusi
siswa di papan tulis dan meminta siswa menuliskan di buku masing-masing.
e.
Menugasi siswa untuk melakukan curah pendapat (brainstorming), bagaimana
caranya untuk mengembangkan pengetahuan tentang dispersi dan terjadinya pelangi karena adanya perbedaan panjang gelombang. Kegiatan ini senantiasa
dipersepsikan untuk membangun pola berpikir siswa tentang dispersi dan perbedaan
warna yang membuat pelangi
menjadi indah dipandang dan
mengimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih luas (kehidupan nasional)
Menugasi siswa untuk
melakukan komitmen dalam melestarikan nilai-nilai kerjasama,kejujuran
,menghormati pendapat orang lain dan bersama –sama mengimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari.. Guru memfasilitasi dengan mengajak anak-anak untuk
mengidentifikasi spektrum warna yang dimiliki pelangi ,menigidentifikasi
sifat-sifat cahaya sebagai gelombang dan
dapat menyimpulkan bahwa cahaya putih itu terdiri dari berbagai spektrum warna yang berbeda,ternyata berbeda itu indah.
Guru memberikan pemantapan
kepada siswa. Hal-hal yang perlu ditegaskan sekitar:
•Spektrum
warna pelangi.
•Panjang
gelombang tiap-tiap spektrum warna pelangi.
•sudut
dispersi warna ungu dan merah.
(5).
Melakukan penilaian hasil belajar (diasumsikan penilaian proses,afektif dan
psikomotorik telah dilakukan selama pembelajaran berlangsung).
3.
Kegiatan Akhir Pembelajaran
(1)
Melakukan refleksi. Guru mempersilahkan beberapa siswa untuk melakukan refleksi
sekitar kesan secara umum dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Misalnya apa yang dirasakan dan bisa didapatkan dari kegiatan pembelajaran ini,
dan kesan cara belajar yang digunakan kegiatan pembelajaran.
(2)
Menyampaikan informasi tindak lanjut pembelajaran. Apa yang perlu dilakukan
siswa terhadap materi yang telah dipelajari dan menganjurkan kepada siswa untuk
selalu menghormati dan bersikap adaptif jika mereka hidup di masyarakat dengan berbagai perbedaan yang ada .Ternyata differens is beatiful as rainbow.
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan
penulisan makalah ini, dapat dituliskan beberapa kesimpulan yaitu:
1.
Penerapan pembelajaran berbasis
multikultural berkarakter dalam
pembelajaran fisika berimplikasi terhadap Orientasi Pembelajaran. Pembelajaran
dispersi cahaya dengan model belajar
kontekstual berbasis multikulural yang
berkarakter tidak berorientasi pada produk tetapi berorientasi pada
proses. Pembelajaran tidak dirasakan sebagai suatu proses pembebanan yang
semata-mata berorientasi pada kemampuan siswa dalam merefleksikan apa yang
dikerjakan atau diinformasikan guru. Penekanan pembelajaran terletak pada
kemampuan siswa untuk mengemukakan argumentasi dan mengorganisasi pengalaman
serta menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat yang penuh dengan keberagaman
sifat,etmis,agama, sosial ,ekonomi,dan ras seperti halnya pengungkapan pengetahuan tentang pelangi yang
dimiliki siswa dan memperbaharui perngetahuannya tentang perbedaan itu indah.
2.
Penerapan model pembelajaran kontekstual
berbasis multikultural berkarakter
dalam pembelajaran fisika menuntut perubahan peran guru khususnya dalam
cara pandang terhadap siswa. Model pembelajaran kontekstual berbasis multikultural berkarakter sangat memperhatikan jaringan ide-ide yang
ada dalam struktur kognitif siswa. Pengetahuan bukanlah gambaran dari suatu
realita.. Transformasi pengetahuan dalam konstruktivisme adalah pergeseran
siswa sebagai penerima pasif informasi menjadi pengkonstruksi aktif dalam
proses pembelajaran. Siswa dipandang sebagai subyek yang tumbuh dan berkembang
sesuai dengan kemampuan masing-masing.
B.
SARAN
1.
Para guru fisika disarankan untuk menggunakan model pembelajaran kontekstual berbasis multikultural berkarakter sebagai model pembelajaran alternatif dalam
pembelajaran fisika. Model pembelajaran kontekstual berbasis multikultural
berkarakter dapat menjadikan
siswa saling menghormati pendapat yang berbeda dalam berdiskusi,saling
bekerjasama antar anggota kelompok yang berbeda etnis,agama dan ras,serta
bersikap jujur.
2.
Pembelajaran fisika sangat sarat dengan konsep-konsep yang sangat kontekstual sehingga dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Agar hasil belajar yang dicapai lebih optimum maka
para guru fisika sebaiknya selalu memperhatikan pembelajaran kontekstual
berbasis multikultural yang berkarakter
. Sehingga konsep fisika tentang dispersi dapat membuktikan bahwa cahaya
putih dapat terurai menjadi cahaya
tampak karena adanya perbedaan panjang gelombang yang dimiliki tiap warna.Sama halnya dengan
kehidupan manusia yang berbeda karakter dan sifat jika saling menghormati akan
sangat harmoni dan tidak menimbulkan
konflik antar etnis atau agama . Telah
terbukti bahwa keberagaman dan perbedaan
itu indah jika kita saling hormat
menghormati.
0 comments :
Post a Comment