KUMPULAN CONTOH CERITA RAKYAT DANA MBOJO YANG TERPOPULER SAMPAI DENGAN SEKARANG

Written By putrajunio on Friday, December 27, 2013 | 5:50 PM


selamat siang sobat blogger dimanapun anda berada, terutama sahabat sesama dou mbojo baik yang berada diwilayah daerah mbojo sendiri maupun yang berada di luar daerah mbojo. Sebagai warga dana mbojo yang tercinta, tentunya sudah tidak diragukan lagi akan kecintaanya terhadap daerah kelahiran kita.

Banyak cerita dan kisah-kisah menarik yang bisa kita pelajari dari peninggalan para pejuang-pejuang dana mbojo, salah satunya tentang cerita rakyat yang pernah terjadi. Berikut saya akan mengulas kembali beberapa cerita rakyat bima yang paling populer sampai sekarang. Nach ini bagus buat anak-anak generasi sekarang harus tahu nich.

Berikut beberapa cerita rakyat dana mbojo yang terpopuler sampai dengan saat sekarang :
LAWATA
(Sarangge )Nama Lawata tentu tidak asing lagi bagi msyarakat Bima maupun NTB. Karena nama Pantai yang indah di pintu masuk Kota Bima ini memang sudah sejak lama menjadi obyek wisata andalan bagi Kota Bima. Nama Lawata pun menjadi salah satu nama kompleks pemukiman warga-warga Bima yang ada di mataram. Yaitu di sebelah barat Gomong.

Kenapa dinamakan Lawata ? dan Siapa yang memberi nama itu ? Dalam buku Legenda Tanah Bima sebagaimana ditulis Alan Malingi, Lawata pertama kali diperkenalkan oleh para Ncuhi kepada salah seorang musafir dari Jawa yang dijuluki Sang Bima. Pada saat itu, Sang Bima dengan istrinya yang merupakan puteri salah seorang Ncuhi di Tambora berkunjung ke Istana Ncuhi Dara di pusat Kota. Upacara penyambutan oleh para Ncuhi berlangsung cukup meriah. Ribuan orang menggelar Tarian Adat menjemput kedatangan orang yang dijuluki Sang Bima itu. Karena banyaknya orang yang menjemput, pantai yang membentang di sebelah timur teluk Bima itu pun deberi nama DEWA SEPI. Dewa berarti Tari. Sepi berarti banyak.

Ketika akan memasuki Istana Ncuhi Dara di Gunung Dara ( Sebelah Selatan Terminal Dara Bima sekarang ), Para Ncuhi yang dipimpin Ncuhi Dara menyambut kedatangann Orang Yang Dijuluki Bima itu di tepian pantai. Lalu para Ncuhi mempersilahkan tamunya itu untuk duduk-duduk di pantai itu seraya berkata “ Ake Lawang Ita “Lawang( Pinta Gerbang/Pintu masuk). Ita berarti Tuan. Lawang Dalam bahasa Sangsekerta berarti pintu masuk. Sedangkan Ita adalah Bahasa Bima yang berarti anda atau tuan.  Pada perkembangan selanjutnya nama Lawang Ita itu berubah menjadi LAWATA yang berarti pintu gerbang bagi siapapun yang masuk dan menginjakkan kaki di Kota Bima.

Saat ini Pemerintah Kota Bima terus membenahi Pantai Lawata untuk menjadi salah satu obyek wisata pantai andalan di kota Bima dengan membangun berbagai fasilitas seperti Rumah makan terapung, perlengkapan berenang, panggung hiburan rakyat serta sederetan penataan lainnya.  (Alan)

ASAL MULA KAMPUNG TOLO BALI

Masa kesultanan Bima telah berlangsung lebih dari tiga abad. Pada masa itu perkembangan Islam cukup pesat. Pendidikan Islam dan Alqur’an diberlakukan merata ke seluruh negeri yang dimulai dari pelataran Istana hingga ke pelosok  dusun dan desa. Lantunan Ayat-ayat suci Alqur’an terdengar dari sudut-sudut kampung, di surau dan masjid-masjid terutama ba’da magrib sambil menanti masuknya waktu shalat Isya.

Memasuki abad ke- 17 Dan  18 bisa dikatakan sebagai masa-masa keemasan peradaban Islam di Dana Mbojo. Guru-guru dan Ulama didatangkan dari Sulawesi dan Sumatra. Merekalah yang kemudian dikenal di Dana Mbojo sebagai orang-orang Melayu. Pada perkembangan selanjutnya, para guru dan ulama itu menikah dengan gadis-gadis Mbojo dan beranak keturunan di Bumi Maja Labo Dahu ini.

Sebagai ungkapan terima kasih Sultan Bima kepada para guru dan ulama itu, diberikanlah tanah sawah dan ladang untuk mereka garap yang berloasi di sebelah utara Istana Bima. Tanah-tanah tersebut sebenarnya cukup subur dan menjanjikan harapan. Namun para guru dan ulama itu menolak tanah sawah tersebut dengan alasan bahwa mereka tidak memiliki kemampuan dan bakat untuk bercocok tanam. Mereka lebih suka untuk berdagang, menjadi saudagar  dan  melaut  sambil berdakwah. Akhirnya mereka mengembalikan secara baik-baik sawah tersebut. Sultan Bima tidak tersinggung dengan pengembalian itu. Sultan menyadari dan memahami bahwa memang panggilan hidup mereka adalah sebagai pedagang dan mubalig.

Akhirnya sawah yang dikembalikan itu lama kelamaan menjadi perkampungan yang bernama TOLO BALI. Tolo berarti Sawah. Bali berarti dikembalikan. Jadi Tolo Bali itu adalah Sawah yang dikembalikan.

OI WOBO

Konon kisahnya, putera Mahkota Raja Bima ingin melakukan petualangan. Diawali dari arah barat, menuju ke arah selatan dan berakhir di arah utara. Namun ia belum berhenti sampai di situ. Sekembalinya di istana, ia memohon restu kepada ayahandanya.
“ Anakda ingin berpetualangan lagi.” Katanya “ Berikanlah restu kepada anakda untuk yang terakhir kali.”
“ Aku restui permintaanmu anakda, tetapi kamu harus berhati-hati dan bawalah bekal serta pengawal yang agak banyak.”
“ Terima kasih ayahanda. Segala titah akan anakda laksanakan.”
“ Ke arah mana lagi yang ingin kau telusuri?” Sang Raja ingin tahu.
“ Ke arah timur ayahanda. Saya ingin melihat matahari terbit, setelah di barat saya sudah melihat matahari terbenam.” Jawabnya sambil berpamitan pada ayahandanya.
Pada suatu pagi yang cerah, rombongan putera Mahkota mulai melakukan petualangan. Rombongan itu kelihatannya lebih banyak dari sebelumnya. Pengawal dan dayang-dayang yang mengikutinya cukup banyak. Bekal yang mereka bawapun cukup banyak. Namun jalan yang akan mereka tempuh sepertinya sangat sulit. Banyak bukit-bukit terjal yang harus mereka lewati. Sungai-sungai yang besar harus mereka lewati. Belum lagi ancaman binatang buas di malam harinya.
Sebelum menuju ke arah timur, mereka terlebih dahulu melintas ke arah tenggara. Di sana banyak gunung-gunung yang tinggi menjulang yang harus didaki. Karena sang Putera Mahkota sangat penasaran ingin melihat matahari terbit. Setelah sekian lama mereka mendaki, tibalah mereka di sebuah puncak. Puncak gunung itu bernama puncak La Mbitu. Sebuah gugusan pegunungan yang tertinggi yang bearda di sebelah tenggara tanah Bima.
Di puncak gunung itu mereka bermalam sambil menunggu matahari terbit. Karena lapar dan haus, maka seluruh perbekalan mereka habiskan di tempat itu juga.
“ Ampun yang mulia, Seluruh perbekalan sudah tidak ada.” Salah seorang pengawal datang melapor.
“ Biarlah. Nanti kita akan dapatkan bahan makanan di tengah jalan.” Sang Putera Mahkota menjawab enteng. Seakan masalah makanan dan minuman tidak menjadi beban baginya. Lalu pengawal itu pun kembali ke tempatnya.
Ketika sinar keputih putihan bergulir di langit timur, Sang Putera Mahkota bersama seluruh pengawal dan dayang terbangun. Mereka mengamati gejala alam yang terjadi dari waktu ke waktu. Tak lama kemudian merahlah laut. Dan muncullah mata hari seperti sebuah bola besar yang menggelinding. Semakin lama semakin meninggi. Tak lama kemudian berubah cerah diiringi kicau burung yang semakin riang.
Setelah melihat matahari terbit, rombongan itu turun dari puncak La Mbitu. Mereka meluncur ke arah utara. Mereka terus berjalan menuruni bukit dan lembah yang terjal.Banyak sekali binatang buas yang lalu lalang di hadapan mereka. Namun binatang-binatang itu tidak mengganggu perjalanan mereka berkat kesaktian yang dimiliki oleh Sang Putera Mahkota.
Menjelang sore hari rombongan itu tiba di sebuah tempat yang agak landai. Tempat itu dikelilingi oleh pepohonan yang besar dan berbagai jenis buah-buahan. Suasana sejuk dan nyaman tampak terasa di tempat itu. Sang Putera Mahkota memerintahkan seluruh rombongan untuk beristirahat.
Namun sebuah persoalan menghadang. Mereka dilanda kelaparan dan kehausan yang hebat. Seluruh rombongan lemas tak bertenaga. Mereka tergeletak di akar-akar pepohonan yang lebat. Sang Putera Mahkota mulai kebingungan. Dengan sisa tenaga yang ada ia mulai bangkit. Lalu ia memetik buah-buahan dan pucuk dedaunan di sekitar tempat itu. Ia membagikan kepada seluruh rombongan. Mereka makan dengan lahap. Namun rasa haus yang belum dapat terobati.
“ Ampun baginda, setetes air akan sangat berharga bagi kerongkongan kami.’ Salah seorang pengawal berkata pasrah.
“ Tenang ! Tenang !. Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.” Demikian Sang Putera Mahkota meyakinkan.
“ Bagaimana caranya Baginda ?” Salah seorang pengawal ingin tahu.
“ Ambilkan Wobo itu( Wobo adalah sejenis tongkat atau cambuk yang digunakan untuk memukul Kuda atau binatang lainnya).” Sang Putera Mahkota menyuruh salah seorang pengawal untuk mengambilnya.
Tak lama kemudian Sang Putera Mahkota memukulkan Wobo itu ke arah bebatuan dan akar pepohonan di sekitar tempat itu. Lalu keluarlah air yang segar dan jernih.
“ Minumlah air ini sepuas hati kalian.” Sang Putera Mahkota memerintahkan.
Lalu seluruh rombongan meminum air itu termasuk Putera Mahkota. Sejak saat itu Putera Mahkota bersama rombongan tidak beranjak dari tempat itu. Seiring waktu berlalu mereka mendirikan perkampungan di sekitar tempat itu. Dan jadilah perkampungan yang besar yang bernama Wawo yang berarti di atas. Dan mata air yang keluar itu diberi nama dengan OI WOBO. Kini tempat itu menjadi tempat rekreasi yang sangat menarik. Dan banyak dikunjungi oleh wisatawan terutama yang menyenangi udara pegunungan.

Sekian semoga bermanfaat.....

Bagikan ke :

Facebook Google+ Twitter Digg Technorati Reddit

Ditulis Oleh : putrajunio ~ The Secret Blog

Muh.Akram Anda sedang membaca artikel berjudul KUMPULAN CONTOH CERITA RAKYAT DANA MBOJO YANG TERPOPULER SAMPAI DENGAN SEKARANG yang ditulis oleh The Secret Blog yang berisi tentang : Dan Maaf, Anda tidak diperbolehkan mengcopy paste artikel ini.

Blog, Updated at: 5:50 PM

0 comments :

Post a Comment

The Secret Blog © 2014. All Rights Reserved.
SEOCIPS Areasatu