Orientasi Pengembangan kurikulum menurut Seller menyangkut enam aspek, yaitu :
1. Tujuan pendidikan
menyangkut arah kegiatan pendidikan. Artinya , hendak dibawa ke mana siswa yang
kita didik itu.
2. Pandangan tentang anak.
Apakah anan dianggap sebagai organisme yang aktif atau pasif.
3. Pandangan tentang proses
pembelajaran. Apakah proses pembelajaran itu dianggap sebagai proses
transformasi ilmu pengetahuan atau mengubah prilaku.
4. Pandangan tentang
lingkungan. Apakah lingkungan belajar harus dikelola secara formal, atau secara
bebas yang dapat memungkinkan anak bebas belajar.
5. Konsepsi tentang peran guru
. Apakah guru harus berperan sebagai instruktur yang bersifat otoriter, atau
guru dianggap sebagai fasilitator yang siap memberi bimbingan dan bantuan pada
anak untuk belajar.
6. Evaluasi belajar. Apakah
mengukur keberhasilan ditentukan dengan tes atau nontes.
Orientasi pengembangan kurikulum diartikan sebagai sebuah arah atau pendekatan yang memiliki penekanan tertentu pada suatu hal dalam mengembangkan kurikulum baik bagi para pengembang kurikulum maupun para pelaksana di sekolah.
Orientasi pengembangan kurikulum diartikan sebagai sebuah arah atau pendekatan yang memiliki penekanan tertentu pada suatu hal dalam mengembangkan kurikulum baik bagi para pengembang kurikulum maupun para pelaksana di sekolah.
Ada 3 orientasi:
1. Orientasi Pada Bahan
Pelajaran
Orientasi pada bahan pelajaran yakni masalah bahan pelajaran
sangat di tekankan dan dijadikan pangkal kerja. Secara umum dapat dikatakan
bahwa pendekatan ini mengajarkan materi pelajaran dahulu dan setelah itu
menjabarkannya ke dalam pokok-pokok dan sub-sub pokok bahasan yang nantinya
akan diajarkan kepada siswa.
Pertimbangan-pertimbangan dalam menentukan bahan-bahan
pelajaran didasarkan pada:
a. Penting
atau tidaknya bahan pelajaran tersebut untuk diajarkan di sekolah tertentu.
b. Manfaat
dari bahan tersebut.
c.
Kerelevansianya dengan kebutuhan anak setelah nantinya terjun ke masyarakat.
Pengembangan kurikulum yang berorientasi pada bahan
pelajaran yang dipentingkan adalah apa materi atau bahan yang disajikan, bukan
pada apa tujuannya, sebab tujuan dapat ditentukan setelah jelas bahan
pelajaranya.
Dalam referensi lain pun diterangkan bahwasanya perencanaan
dan pengembangan kurikulum berdasar materi atau bahan ajar inilah yang
mula-mula dilaksanakan. Inti dari proses belajar mengajar ditentukan oleh
pemilihan materi. Pembahasan mengenai pembaharuan kurikulum terutama hanya
membahas bagaimana sumber bahan dapat berkembang.
Kelebihannya:
Adanya kebebasan dan keluwesan dalam memilih dan menentukan bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan sebab tidak ada tujuan-tujuan yang membuatnya terikat.
Kelemahannya:
Bahan pelajaran yang disusun kurang jelas arah dan tujuannya. Kurang adanya pegangan yang pasti untuk menentukan cara atau metode yang cocok untuk dipakai menyajikan materi tersebut. Kurang jelas segi apa yang harus dinilai pada murid setelah berakhirnya kegiatan dan bagaimana cara menilainya.
2.
Orientasi Pada Tujuan
Pendekatan yang berorientasi pada tujuan ini, menempati
rumusan atau penetapan tujuan yang hendak dicapai dalam posisi sentral, sebab
tujuan adalah pemberi arah dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Seperti
tertera pada Hirarki Tujuan Pendidikan Indonesia terdiri atas :
a. Tujuan
Nasional-Tujuan Pendidikan Nasional.
b. Tujuan Institusional-Tujuan
Kurikuler.
c. Tujuan Instruksional,
yang terbagi lagi menjadi Tujuan Instruksional umum, dan Tujuan Instruksional
Khusus.
Masing-masing tujuan yang ada di bawahnya terkait secara
langsung dengan tujuan yang ada di atasnya. Penyusunan kurikulum dengan
orientasi berdasarkan tujuan, artinya bahwa tujuan pendidikan dicantumkan
terlebih dahulu. Tujuan pendidikan di Indonesia tertera pada GBHN.
Atas dasar
tujuan-tujuan yang telah ada, selanjutnya ditetapkan pokok-pokok bahan
pelajaran dan kegiatan belajar mengajar, yang kesemuanya itu diarahkan untuk
mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan. Pengembangan kurikulum yang menganut
pendekatan berorientasi pada tujuan ini mendasarkan diri pada tujuan-tujuan
pendidikan yang telah dirumuskan secara jelas dari tujuan nasional sampai
tujuan instruksional.
Dalam hal ini kegiatan pertama adalah merumuskan
tujuan-tujuan pendidikan yang akan dilaksanakan dan dicapai melalui kegiatan
belajar mengajar mengajar. Tujuan-tujuan pendidikan yang dirumuskan biasanya
bersifat menyeluruh, mencakup aspek-aspek, mulai aspek pengetahuan,
nilai-nilai, keterampilan maupun sikap. Dalam pengembangan semacam ini yang
menjadi persoalan adalah menentukan tujuan-tujuan atau harapan apa yang
diinginkan dari tercapainya hasil pembelajaran tersebut.
Pengembangan kurikulum
yang semacam ini di Indonesia adalah kurikulum 1975. Berdasarkan tujuan yang
dirumuskan tersebut maka disusun atau diterapkanlah bahan pelajaran yang
meliputi pokok-pokok dan sub-sub pokok bahasan sehingga lebih terarah.
Kelebihannya:
a. Tujuan yang ingin
dicapai sudah jelas dan tegas, sehingga bahan, metode, jenis-jenis kegiatan
juga jelas dalam menetapkannya. Karena telah ada tujuan-tujuan yang jelas maka
memudahkan penilaian- penilaian untuk mengukur hasil kegiatan.
b. Hasil penilaian yang
terarah akan mampu membantu para pengembang kurikulum mengadakan
perbaikan-perbaikan / perubahan-perubahan penyesuaian yang diperlukan.
Kekurangannya:
- Sulit
- Merumuskan, apalagi jika merumuskan secara operasional setiap kali melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
3. Orientasi Pada Keterampilan Proses
Dalam pendekatan ini yang lebih di tekankan adalah masalah
kegiatan proses belajar mengajar apa yang harus dilakukan siswa dan bagaimana
cara melakukan proses harus di pikirkan dan dikembangkan. Keterampilan proses
adalah pendekatan belajat mengajar yang memberi tekanan kepada proses
pembentukkan keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan
perolehannya.
Pendekatan keterampilan proses diupayakan dilakukan secara
efektif dan efesien dalam mencapai tujuan pelajaran. Titik berat yakni
memikirkan, merencanakan, dan melaksanakan bagaimana, cara dan langkah-langkah
agar siswa menguasai keterampilan serta memahami ilmu pengetahuan. Pengembangan
kurikulum di Indonesia yang menganut orientasi tersebut adalah kurikulum 1984.
Pendekatan ini menurut keaktifan keduanya, baik guru maupun siswa. guru secara
aktif merencanakan, memilih, menentukan, membimbing, menyerahi kegiatan, sedang
siswa harus terlibat baik secara fisik, mental, maupun emosional, serta mereka
harus menemukan sendiri, mengelola, mempergunakan serta mengkomunikasikan
segala hal yang di temukan dalam proses belajar.
Kelebihan:
a. Pendekatan lebih
mengutamakan siswa dapat menguasai keterampilan “ bagaimana cara belajar” ( how
learn to learn) daripada hasilnya.
b. Dapat mempergunakan dan
mengembangkan sendiri keterampilan yang telah didapat. Jadi dengan pendekatan
ini diharapkan siswa akan berlatih mencari, menemukan, dan mengembangkan
sendiri masalah-masalah pengetahuan, dalam hal ini guru harus menciptakan
suasana yang baik dan diperlukan kemampuan untuk bertanya, membuat siswa aktif
menjawab pertanyaan siswa serta mengorganisasi kelas.
Kekurangan:
a. Sulitnya
mengorganisasi kelas, sebab dalam hal ini guru dituntut aktif secara dapat
membuat siswa ikut aktif.
0 comments :
Post a Comment