CONTOH MAKALAH PENDIDIKAN DAN PERKEMBANGAN TENTANG KONSEP BERMAIN PADA ANAK

Written By putrajunio on Wednesday, June 11, 2014 | 8:26 PM

A. PENGERTIAN BERMAIN PADA ANAK
Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi   kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa. Sebagai suatu aktivitas yang memberikan stimulasi dalam kemampuan keterampilan, kognitif, dan afektif maka sepatutnya diperlukan suatu bimbingan, mengingat bermain bagi anak merupakan suatu kebutuhan bagi dirinya sebagaimana kebutuhan lainnya seperti kebutuhan makan, kebutuhan rasa aman dan nyaman, kabutuhan kasih sayang dan lain-lain. Sebagai suatu kebutuhan sebaiknya juga perlu diperhatikan secaracermat bukan hanya dijadikan mengisi kesibukan atau mengisi waktu luang.
Bagi orang tua bermain pada anak harus selalu diperhatikan sebagaimana memperhatikan terhadap pemenuhan kebutuhan lainnya. Dengan bermain anak akan selalu mengenal dunia, mampu mengembangkan kematangan dari fisik, emosional dan mental sehingga akan membuatanak tumbuh menjadi anak yang kreatif, cerdas dan penuh inovatif.
Banyak ditemukan anak pada masa tumbuh kembang mengalami perlambatan yang dapat disebabkan kurangnya pemenuhan kebutuhan pada anak termasuk didalamnya adalah kebutuhan bermain, yang seharusnya pada masa tersebut merupakan masa bermain yang diharapkan menumbuhkan kematangan, pertumbuhan serta perkembangannya karena masa tersebut tidak digunakan ssebaik mungkin akhirnya mengganggu tumbuh kembangnya.

B. FUNGSI BERMAIN PADA ANAK
Sebelum memberikan berbagai jenis mainan pada anak, amak orang tua seharusnya mengetahui maksud dan tujuan permainan pada anak yang akan diberikan, agar diketahui perkembangan anak lebi lanjut, mengingat anak memiliki berbagai masa dalam tumbuh kembangyang membutuhkan stimulasi dalam pencapaian puncaknyaseperti masa kritis, dan sensitif.

Dibawah ini beberapa fungsi bermain pada anak yaitu:
Pertama: membantu perkembangan sensorik dan motorik. Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan memberi rangsangan pada sensorik dan motorik melaului ransangan ini aktivitas anak dapat mengeksplorasikan alam sekitarnya sebagai contoh, bayi dapat dilakukan dengan rangsangan taktil, audio dan visual melalui ransangan ini perkembangan sensorik dan motorik akan meningkat. Hal tersebut dapat dicontohkan sejak lahir. Anak yang telah dikenalkan atau dirangsang visualnya maka anak dikemudian hari kemampuan visualnya akan lebih menonjol seperti akan lebih cepat mengenal sesuatu yang baru dilihatnya. Demikian pula pendengaran, apabila sejak bayi dikenalkan atau dirangsang dengan suara-suara maka daya pendegaran dikemudian hari akan lebih cepat berkembang dibanding anak yang tidak ada stimulus sejak dini. Kemudian pada perkembangan motorik apabilasejak usia bayi kemampuan motorik sudah diberi stimulus maka kemampuan motorik akan cepat berkembangdibanding dengan tanpa stimulus seperti rangsangan kemampuan menggenggam ini akan memberikan dasar kemampuan motorik selanjutnya. Jadi rangsangan atau stimulus yang dimaksud melaului permainan.
Kedua : membantu perkembangan kognitif, perkembangan kognitif dapat dirangsang melaului permainan. Hal ini dapat terlihat pada saat anak bermain, maka anak akan mencoba melakukan komunikasi dengan bahasa anak, mampu memahami objek permainan seperti dunia tempat tinggal, mampu membedakan khayalan dan kenyataan. Mampu belajar warna, memahami bentuk ukuran  dan manfaat beberapa benda, mampu belajar warna sehingga funsi bermain saat ini akan meningkatkan perkembangan kognitif selanjutnya.
Ketiga : Pada usia todler anak akan mencoba bermain dengan sesamanya dan ini sudah mulai proses sosialisasi dengan orang lain. Kemudian bermain peran seperti berpura-pura jadi seorang guru, jadi seorang anak, jadi seorang bapak, jadi seorang ibu dan lain-lain. Kemudian pada usia prasekolah sudah mulai menyadari akan keberadaan teman sebaya sehingga harapan anak sudah mampu melakukan sosialisasi dengan teman dan orang lain.
Keempat: meningkatkan kreatifitas, bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreativitas, dimana anak mulai belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang dan mampu memodifikasi objk yang digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif melalui model permainan ini, seperti bermain bongkar pasang mobil-mobilan.
Kelima: meningkatkan kesadaran diri, bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk eksplorasi tubuh dan merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang merupakan bagian dari individu yang saling berhubungan, anak mau belajar, mengatur perilaku, dan membandingkan dengan perilaku orang lain.
Keenam: memiliki nilai terapeutik, bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya stress dan ketegangan dapat dihindarkan, meningkatkan bermain dapat menghibur diri anak terhadap dunianya.
Ketujuh: mempunyai nilai moral pada anak, hal ini dapat dijumpai anak sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya dirumah, disekolah atau ketika berinteraksi dengan temannya, dan juga ada beberapa permainan yang memiki aturan aturan yang harus dilakukan tidak boleh dilanggar.

C. PANDANGAN ISLAM TENTANG BERMAIN PADA ANAK
Seorang datang kepada Nabi Saw dan bertanya, " Ya Rasulullah, apa hak anakku ini?" Nabi Saw menjawab, "Memberinya nama yang baik, mendidik adab yang baik, dan memberinya kedudukan yang baik (dalam hatirnu)."(HR.-Aththusi).
Ada beragam boneka, di antaranya yang terbuat dari kapas yang memiliki kepala, dua tangan, dan dua kaki. Ada pula yang sempurna menyerupai manusia. Ada yang bisa bicara, menangis, atau berjalan. Lalu apa hukum membuat atau membeli boneka semacam itu untuk anak-anak perempuan dalam rangka pengajaran sekaligus mainan.
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin t menjawab: “Boneka yang tidak detail bentuknya menyerupai manusia/ makhluk hidup (secara sempurna) namun hanya berbentuk anggota tubuh dan kepala yang tidak begitu jelas maka tidak diragukan kebolehannya dan ini termasuk jenis anak-anakan yang dimainkan Aisyah Adapun bila boneka itu bentuknya detail, mirip sekali dengan manusia sehingga seakan-akan kita melihat sosok seorang manusia, apalagi bila dapat bergerak atau bersuara, maka ada keraguan di jiwa saya untuk membolehkannya. Karena boneka itu menyerupai makhluk Allah  secara sempurna. Sedangkan yang dzahir, boneka yang dimainkan `Aisyah, tidaklah demikian modelnya (tidaklah rinci/ detail bentuknya). Dengan demikian menghindarinya lebih utama. Namun saya juga tidak bisa memastikan keharamannya, karena memandang, anak-anak kecil itu diberikan rukhshah/ keringanan yang tidak diberikan kepada orang dewasa seperti perkara ini. Disebabkan anak-anak memang tabiatnya suka bermain dan hiburan, mereka tidaklah dibebani dengan satu macam ibadah pun sehingga kita tidak dapat berkomentar bahwa waktu si anak sia-sia terbuang percuma dengan main-main. Jika seseorang ingin berhati-hati dalam hal ini, hendaknya ia melepas kepala boneka itu atau melelehkannya di atas api hingga lumer, kemudian menekannya hingga hilang bentuk wajah boneka tersebut (tidak lagi tampak/berbentuk hidung, mata, mulutnya, dsb, -pent.).”(Majmu’ Fatawa wa Rasa`il Fadhilatusy Syaikh Ibnu ‘Utsaimin, no. 329, 2/277-278)
Banyak sekali dijumpai pendapat dan fatwa seputar permainan anak-anak. Lalu apa hukum boneka/ anak-anakan dan boneka hewan? Bagaimana pula hukumnya menggunakan kartu bergambar guna mengajari huruf dan angka?
Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah menjawab: “Tidak boleh mengambil/ menyimpan gambar makhluk yang memiliki nyawa (kecuali gambar yang darurat seperti foto di KTP, SIM). Adapun yang selain itu tidaklah diperbolehkan. Termasuk pula dalam hal ini boneka untuk mainan anak-anak atau gambar yang digunakan untuk mengajari mereka (seperti memperkenalkan bentuk-bentuk hewan dengan memperlihatkan gambarnya), karena keumuman larangan membuat gambar dan memanfaatkannya. Padahal banyak kita dapatkan mainan anak-anak tanpa gambar/ berbentuk makhluk hidup. Dan masih banyak sarana yang bisa kita gunakan untuk mengajari mereka
adapun pendapat yang membolehkan mainan boneka untuk anak-anak, maka pendapatnya lemah karena bersandar dengan hadits tentang mainan ‘Aisyah  ketika ia masih kecil. Namun ada yang mengatakan hadits ‘Aisyah tersebut mansukh (dihapus hukumnya) dengan hadits-hadits yang menunjukkan diharamkannya gambar. Ada pula yang mengatakan bentuk boneka/ anak-anakan ‘Aisyah tidaklah seperti boneka yang ada sekarang, karena boneka ‘Aisyah terbuat dari kain dan tidak mirip dengan boneka berbentuk makhluk hidup yang ada sekarang. Inilah pendapat yang kuat, wallahu a’lam. Sementara boneka yang ada sekarang sangat mirip dengan makhluk hidup (detail/ rinci bentuknya). Bahkan ada yang bisa bergerak seperti gerakan makhluk hidup.”(Kitabud Da’wah, 8/23-24, seperti dinukil dalam Fatawa ‘Ulama` Al-Baladil Haram hal. 1228-1229)

D. JENIS-JENIS PERMAINAN ANAK SESUAI PERIODE PERKEMBANGANNYA
Memilih mainan anak yang tepat untuk anak dapat menjadi salah satu hal yang paling penting yang harus kitalakukan untuk anak-anak kita.
.Anak anak sangat identik dengan bermain.Bermain adalah dunia anak yang paling dominan.Bahkan untuk  dapat lebih maksimal dalam menyampaikan pelajaran, pendidikan anak usia dini menerapkan sistem belajar sambil bermain. Hal ini disebabkan oleh kemampuan dari otak anak itu sendiri yang sedang gemar melakukan hal-hal yang menyenangkan seperti bermain.Maka dari itu,metode pembelajaran pun harus disesuaikan dengan kemampuan anak-anak sesuai usianya.Dengan bermain, dipercaya bahwa pelajaran yang disampaikan akan   lebih mudah diterima dan diserap oleh anak. Namun, sebagai orang tua, kita perlu menjadi lebih bijak dalam memilihkan jenis mainan yang tepat untuk anak-anak kita
di sini berarti kita mampu memilih jenis mainan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak-anak kita dalam menggunakannya dan sekaligus memanfaatkan nya sebagai media belajar.Sehingg kegiatan bermain anak akan berjalan dengan lebih efektif dan efisien sesuia dengan kebutuhan dan kemampuan otaknya. Ada beberapa fase penting dalam usia anak yang perlu kita jadikan sebagai bahan pertimbangan saat memilih mainan yang tepat untuk anak kita. Fase-fasetersebutantaralainadalah:
1.   Fase 0-2 tahun. Dalam fase awal ini anak memiliki kemampuan yang di dominasi oleh kemampuan sensor motorik pada otak anak. Sehingga akan lebih efektif jika kita memberikan mainan pada anak dengan wujud yang lebih mencolok seperti pada warna, bau dan tekstur. Mainan yang menggunakan ekspresi juga dapat menjadi salah satua ternatifnya. Misalnya : Buku bergambar yang berwarna-warni, menyusun balok, bermain dengan kaca, air, telepon mainan. Lempar bola, mainan yang dapat didorong dan ditarik, puzzle sederhana. Bermain pasir dan air, boneka, miniatur binatang.
2.   Fase 3-6 tahun. Pada usia-usia tersebut anak sudah mulai tertarik untuk bereksplorasi sehingga permainan yang memancing minat petualangan Mereka akan sangat mendukung minat anak-anak kita. Hal ini dapat kita gunakan juga sebagai sarana untuk mendorong rasa percaya diri anak sehingga mereka tida kragu-ragu untuk mengeksplorasi hal-hal baru. Misalnya, mulai mengembangkan permainan imajinasi: rumah boneka, bermain perang-perangan, bermain dengan sepeda (mulai mengayuh sendiri), mewarnai, melukis, meronce, memotong dan menempel, mulai menyukai permainan yang mempunyai aturan sederhana, misalnya ular tangga, smart board.
3.   Fase prasekolah. Padafaseini, yang anak butuhkan adalah jenis permainan yang dapat mengembangkan rasa kerja sama dan kemampuan sosialisasi mereka. Hal ini sangat diperlukan oleh anak-anak kita karena mereka akan membutuhkan kemampuan untuk bersosialisasi dengan lingkungan barunya di sekolah.
Untuk fase berikutnya, permainan yang cocok untuk anak anak kitaa dalah permainan yang memiliki kemampuan untuk merangsang kemampuan peran, ketangkasan, dan kreativitas pada anak.Dengan memilih mainan yang tepat untuk anak, berarti kita sama juga dengan mendukung  kesempatan mereka untuk  belajar dengan lebih efektif dan efisien sesuai dengan fase usia mereka masing-masing. Pemilihan mainan untuk anak secara bijak juga dapat membantu mereka untuk memiliki hidup yang lebih seimbang ke depannya.Dengan kata lain, kita sebagia orang tua
Memiliki peranan yang cukup penting dalam menentukan apa yang perlu anak kita dapatkan salah satunya dengancara memilih mainan yang tepat untuk anak kita. Melalui bermain, anak dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya. Dari psikoanalisa, bermain dapat membantu anak mengatasi kecemasan.
Beberapa tips untuk bermain dengan anak, walaupun Anda sibuk bekerja:
1)      Pilih satu waktu sepulang Anda bekerja, sekitar 20-30 menit, di mana dalam waktu tersebut, Anda tidak terganggu dengan hal lain, dan pastikan waktu itu hanya untuk Anda dan buah hati Anda.
2)      Relaks, sabar dan waspada pada suasana hati Anda. Apabila Anda merasa tertekan, marah atau kesal, sebaiknya Anda menjauh untuk sementara waktu, tenangkan diri terlebih dahulu sebelum Anda bermain dengan anak, karena perasaan-perasaan itu dapat mempengaruhi cara bermain Anda, sehingga pada saat bermain, anak akan menjadi tertekan atau takut karena Anda marah-marah ketika anak tidak mengerti apa yang Anda maksud.
3)      Pahami kebutuhan anak. Berikan permainan yang memang sesuai dengan kebutuhan anak saat itu. Misalnya anak yang masih mencari permainan yang berbentuk fisik, misalnya berlari-larian, melompat, tapi permainan yang tersedia lebih menuntut anak untuk diam. Sesuaikan dengan tahap perkembangan anak (dalam insert box).
4)      Perhatikan suara dan bahasa tubuh Anda. Dalam bermain, sebaiknya Anda menunjukkan kehangatan dan keterlibatan secara utuh, serta menunjukkan ketertarikan bukan dengan perintah dan suara tinggi. Jadi dalam bermain, orang tua diharapkan dapat menciptakan suasana yang menyenangkan untuk anak bukan menyenangkan untuk orang tua (FUN FOR CHILD).
5)      Bagi orang tua yang super sibuk: pilihlah satu kegiatan yang secara konsisten dilakukan hanya antara Anda dan anak (tidak ada keterlibatan orang lain), misalnya: setiap bangun pagi, mama selalu bermain petak umpet dengan menggunakan selimut. Hal ini dimaksudkan agar anak mempunyai anggapan bahwa pada saat itu hanya ada aku dan mama (kedekatan spesial).

E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERMAIN PADA ANAK
1.         Faktor kesehatan.
Anak-anak yang memiliki kesehatan yang baik tentu saja memiliki lebih banyak energi untuk bermain daripada anak-anak yang kurang sehat dan sering sakit-sakitan, sehingga anak-anak yang sehat biasanya lebih banyak menghabiskan waktunya dengan permainan yang membutuhkan energi yang lebih banyak.
2.         Faktor intelegensi.
Anak-anak yang memiliki kecerdasan biasanya lebih aktif dalam bermain dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki tingkat kecerdasan yang kurang. Anak-anak yang cerdas biasanya lebih memilih permainan yang bersifat intelektual dan merangsang daya fikir mereka, sementara anak-anak yang kurang cerdas biasanya memilih permainan yang monoton.
3.         Faktor Lingkungan
Lingkungan yang menyediakan fasilitas, ruang maupun waktu bermain bagi anak-anak biasanya merangsang anak-anak untuk banyak bermain. Karena itu penting bagi orang tua untuk memilih kompleks perumahan yang menyediakan lokasi perumahan yang menyediakan lokasi permainan umum.
4.         Faktor jenis kelamin
Biasanya anak-anak perempuan lebih senang melakukan permainan yang tidak menghabiskan energi yang lebih banyak, seperti bermain boneka, rumah-rumahan, dan biasanya mereka malas melakukan permainan seperti memanjat, berlari-lari, atau kegiatan fisik yang lain karena lebih menghabiskan banyak energi, hal tersebut berbeda dengan anak laki-laki.
5.         Faktor ekonomi
Status ekonomi seorang anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga berada, yang difasilitas dengan mainan, berbeda dengan anak yang tumbuh dalam keluarga dengan status ekonomi yang lebih terbatas.


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa.
Beberapa fungsi bermain pada anak yaitu: membantu perkembangan sensorik dan motorik, meningkatkan sosialisasi anak,meningkatkan kreatifitas, memiliki nilai terapeutik dan lain-lain.
Dalam islam konsep bermain dipandang sebagai suatu sarana untuk memberikan pendidikan dan asuhan kepada anak. Sebagaimana salah satu hadits menjelsakannya. Yaitu: Seorang datang kepada Nabi Saw dan bertanya, " Ya Rasulullah, apa hak anakku ini?" Nabi Saw menjawab, "Memberinya nama yang baik, mendidik adab yang baik, dan memberinya kedudukan yang baik (dalam hatirnu)."(HR.-Aththusi).

Bagikan ke :

Facebook Google+ Twitter Digg Technorati Reddit

Ditulis Oleh : putrajunio ~ The Secret Blog

Muh.Akram Anda sedang membaca artikel berjudul CONTOH MAKALAH PENDIDIKAN DAN PERKEMBANGAN TENTANG KONSEP BERMAIN PADA ANAK yang ditulis oleh The Secret Blog yang berisi tentang : Dan Maaf, Anda tidak diperbolehkan mengcopy paste artikel ini.

Blog, Updated at: 8:26 PM

0 comments :

Post a Comment

The Secret Blog © 2014. All Rights Reserved.
SEOCIPS Areasatu