Hakikat Matematika
Ruseffendi ( 1988: 157): Menyatakan bahwa matematika adalah
ilmu seni kreatif. Oleh karena itu, matematika harus dipelajari dan diajarkan
sebagai ilmu seni. Agak berbeda dengan pendapat Dienes, Ernest (2001): Melihat
matematika sebagai suatu konstruktivisme sosial yang memenuhi tiga premis
sebagai berikut: (i) The basis of mathematical knowledge is linguistic
language, conventions and rules, and language is a social constructions; (ii)
Interpersonal social processes are required to turn an individual's subjective
mathematical knowledge, after publication, into accepted objective mathematical
knowledge; and (Hi) Objectivity itself will be understood to be social.
Reys. dkk. (dalam Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika,
2001: 9) menyatakan bahwa matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan,
suatu jalan atau pola berfikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat.
Berbagai pendapat tentang matematika tidak terlepas dari sifat matematika yang
abstrak dan ilmu deduktif.
Dari pemaparan diatas, terdapat beragam pendapat dari para
ahli tentang definisi matematika. Pemaparan yang berbeda dapat disebabkan karena
sudut pandang yang digunakan oleh setiap tokoh berbeda pula. Namun, setidaknya
pemaparan tersebut dapat memberikan gambaran kepada kita tentang hakikat
matematika.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan
bahwa matematika merupakan telaah pola dan hubungan, maksudnya pola dan
hubungan antara satu konsep dengan konsep lainnya. Matematika juga merupakan
pola berpikir, dimana matematika tidak terlepas dari aturan yang ajeg dan
logis. Matematika merupakan bahasa dan seni, dimana bahasa matematika
diekspresikan dalam bentuk simbol-simbol. Hakikat lain yang sangat terkait
dengan matematika adalah matematika merupakan konstruksi sosial, dimana dasar
dari pengetahuan matematika adalah keterampilan bahasa. Matematika sebagai
konstruksi sosial mengarahkan individu untuk memahami lingkungan sosialnya.
Matematika sebagai Ilmu Deduktif
Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif. Ini berarti proses
pengerjaan matematika harus bersifat deduktif, berbeda dengan ilmu alam dan
ilmu umum yang lebih bersifat induktif. Matematika tidak menerima generalisasi
berdasarkan pengamatan, tetapi harus berdasarkan pembuktian deduktif. Meskipun
demikian, untuk membantu pemikiran pada tahap-tahap awal seringkali kita
memerlukan bantuan contoh-contoh khusus atau ilustrasi geometris, dalam kata
lain menggunakan pola induktif (Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika,
2001:47).
Matematika sebagai Ilmu Terstruktur
Menurut Sujono (2001): Mengemukakan beberapa pengertian
matematika. Di antaranya, matematika diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan
yang eksak dan terorganisasi secara sistematik. Pengertian matematika sebagai
ilmu tentang struktur yang terorganisir juga dikemukakan oleh Ruseffendi (1988:
261).
Konsep-konsep matematika tersusun secara hierarkis,
terstruktur, logis, dan sistematis. Mulai dari unsur-unsur yang tidak
didefinisikan, kemudian kepada unsur-unsur yang didefinisikan. Mulai dari
konsep yang paling sederhana, sampai konsep yang sangat kompleks.
Contoh yang kerap kita jumpai adalah pada Geometri Euclid,
dikenal adanya unsur yang tidak terdefinisi seperti titik, garis, dan bidang.
Dari unsur-unsur yang tidak terdefinisi tersebut melahirkan unsur yang
didefinisikan seperti sudut, persegi, belah ketupat, bangun ruang, dan
sebagainya. Dari unsur yang didefinisikan, kita ketahui adanya aksioma seperti
melalui sebuah titik diluar garis hanya dapat ditarik sebuah garis yang tegak
lurus terhadap garis tersebut. Kemudian berlanjut hingga kita ketahui adanya
teorema, seperti jumlah sudut segiempat adalah 360°.
Matematika sebagai Ratu dan Pelayan Ilmu
Matematika disebut sebagai ratunya ilmu, karena tidak dapat
disangkal lagi bahwa pengembangan ilmu-ilmu lainnya sangat bergantung pada
perkembangan konsep matematika. Dapat kita katakan bahwa matematika sebagai
sumber dari ilmu lainnya. Namun dari kedudukan matematika sebagai ratu ilmu.
tcrsirat bahwa matematika menjadi pelayan bagi ilmu yang lain.
Pemahaman Konsep
Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya, belajar
matematika itu memerlukan pemahaman konsep-konsep, konsep-konsep ini akan
melahirkan teorema atau rumus. Dengan memahami konsep, maka siswa akan dapat
berfikir kritis, logis, bahkan kreatif, dan dapat mengaplikasikannya pada
berbagai situasi. Seperti yang dikatakan oleh Hidayat (2003: 22): Bahwa kunci
kesuksesan siswa adalah mampu memahami konsep, hukum, teori, dan algoritma
(prosedur).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
"pemahaman" berasal dari kata "paham" yang berarti mengerti
benar akan sesuatu, tahu benar. Pemahaman diartikan sebagai proses, cara,
perbuatan memahami atau memahamkan. Sedangkan konsep mempunyai pengertian
gambaran mental dari obyek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang
digunakan oleh akal budi, untuk memahami hal-hal lain. Jadi pemahaman konsep
adalah suatu tingkat kemampuan menangkap pengertian akan gambaran mental dari
obyek, proses, atau apapun untuk memahami suatu hal.
Bloom menuturkan (2003: 23): Bahwa pemahaman adalah
kemampuan menangkap pengertian seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang
disajikan dalam bentuk yang dapat dipahami, mampu memberikan interpretasi dan
mampu mengklasifikasikannya.
Sementara Michener (1987: 22): Menuturkan bahwa untuk
memahami suatu obyek secara mendalam, seseorang harus mengetahui: 1) obyek itu
sendiri, 2) relasinya dengan obyek lain yang sejenis, 3) relasinya dengan obyek
lain yang tidak sejenis, 4) relasi dual dengan obyek lain yang sejenis, dan 5)
relasi dengan obyek dalam teori lainnya.
Polya mengemukakan empat tingkat pemahaman suatu konsep,
yaitu: Pemahaman Mekanikal, di mana siswa dapat mengingat dan menerapkan suatu
konsep secara benar, Pemahaman Induktif, di mana siswa telah mencobakan konsep
tersebut dalam suatu kasus sederhana, dan yakin bahwa konsep itu berlaku untuk
kasus serupa, dan Pemahaman Rasional, di mana siswa dapat membuktikan konsep
tersebut, serta Pemahaman Intuitif, yaitu yakin akan kebenaran konsep tersebut
tanpa ragu-ragu lagi. Menurut Bruner yang dimaksud intuitif, jika siswa dapat
dengan segera memberikan tebakan yang sangat baik yang kemudian terbukti
kebenarannya.
Sementara itu Skemp (1987: 23): Membagi pemahaman ke dalam
dua kategori, yaitu: pemahaman instrumental, merupakan pemahaman atas konsep
yang saling terpisah dan hanya hafal rumus dalam perhitungan sederhana; dan
pemahaman relasional, di mana termuat suatu skema atau struktur yang dapat
digunakan pada penyelesaian masalah yang lebih luas.
Menurut Hudoyo (2001: 136): Suatu konsep matematika adalah
suatu ide abstrak yang memungkinkan kita mengklasifikasikan obyek-obyek atau
peristiwa-peristiwa serta mengklasifikasikan apakah obyek-obyek atau
peristiwa-peristiwa itu termasuk atau tidak termasuk ke dalam ide abstrak
tersebut. Hal ini berarti sebelum konsep formal diperoleh siswa, siswa dapat
melihat konsep tersebut melalui fenomena kasar (fisik) yang dapat dilihat atau
diamati.
Dari beberapa penuturan tentang pemahaman dan konsep, dapat
ditarik suatu pengertian tentang pemahaman konsep. yaitu suatu tingkat
kemampuan untuk menangkap pengertian atau ide abstrak dari obyek-obyek atau
peristiwa-peristiwa sehingga mampu melakukan penafsiran, menjelaskan, melakukan
pengklasifikasian dalam bentuk yang paling dimengerti menurut pengetahuan yang
diperoleh siswa, mengaitkan dengan konsep lain, bahkan hingga menemukan konsep
lainnya.
Pemahaman konsep yang digunakan adalah
pemahaman yang dikemukakan oleh Skemp. Pemahaman tersebut meliputi pemahaman
instrumental dan pemahaman relasional.
Secara umum, belajar konsep berguna dalam rangka pendidikan
siswa atau paling tidak punya pengaruh tertentu, antara lain:
1. Konsep mengurangi kerumitan lingkungan.
Lingkungan sangat kompleks, sulit mempelajarinya jika tidak dirinci menjadi
unsur-unsur yang lebih sederhana. Oleh karena itu, lingkungan yang luas dan
rumit itu dapat dikurangi kerumitannya dengan menjabarkarmya menjadi sejumlah
konsep.
2. Konsep membantu kita dalam
mengidentifikasi obyek-obyek yang ada di sekitar kita, yaitu dengan mengenali
ciri-ciri masing-masing obyek.
3. Konsep dan prinsip membantu kita dalam
mempelajari sesuatu yang baru dengan yang lebih luas dan lebih maju.
4. Konsep dan prinsip mengarahkan kegiatan
instrumental. Berdasarkan konsep dan prinsip yang telah diketahui, seseorang
dapat menentukan tindakan-tindakan apa yang selanjutnya perlu dilakukannya.
5. Konsep dan prinsip memungkinkan
pelaksanaan pengajaran. Pengajaran umumnya berlangsung secara lisan, di mana
ini terjadi hampir pada semua jenjang persekolahan. Pengajaran yang lebih
tinggi dapat berlangsung secara efektif jika siswa telah memiliki konsep dan
prinsip mengenai berbagai mata pelajaran yang telah diberikan pada jenjang
sebelumnya.
6. Konsep dapat digunakan untuk mempelajari
dua hal yang berbeda dalam kelas yang sama.
Sementara itu, Dahar (2003: 14) secara khusus merinci
kegunaan konsep dalam matematika, yaitu:
1. Komunikasi. Komunikasi tidak akan
berlangsung dengan baik jika konsep yang dibicarakan tidak jelas.
2. Menarik deduksi atau konklusi. Karena
matematika bersifat deduktif maka dengan konsep kita dapat mengetahui bahwa
klasifikasi yang kita lakukan adalah benar.
3. Generalisasi. Konsep yang sudah
diketahui dapat digunakan untuk membuat generalisasi.
4. Memperoleh pengetahuan baru.
0 comments :
Post a Comment