SEBAB-SEBAB ANAK SUKA
MELAWAN DAN KERAS KEPALA SERTA CARA MENGATASINYA
Ada masa ketika anak-anak berusia 2-5 tahun menjadi suka
melawan dan keras kepala. Ini adalah fase yang sangat alami pada masa
pertumbuhan kejiwaan anak, karena ini adalah fase dimana anak-anak mulai
menyadari bahwa dirinya adalah pribadi yang independen dari orang-orang dewasa
terutama orang tuanya.
Sebab-sebab anak suka
melawan dan keras kepala antara lain :
1.
Meniru perbuatan orang tuanya yang -maaf- juga
keras kepala, atau anak sering menyaksikan orang tuanya bertengkar.
2.
Sering menonton tayangan televisi yang
menampilkan tayangan kekerasan atau ketidak hormatan anak terhadap orang tuanya
atau tidak bernilai educations
3.
Orangtua terlalu memanjakan, selalu memberikan
apa yang diinginkannya. Ketika suatu saat keinginan tersebut tidak dipenuhi,
tentu anak akan memprotes dan melawan.
4.
Tidak adanya ikatan kasih sayang dan pengertian
antara orang tua dan anak.
5.
Orangtua terlalu membiasakannya taat pada
sesuatu secara fanatik.
6.
Anak-anak terlalu sering disuruh mengalah, tanpa
memberi pengertian yang dapat membuatnya mengerti.
Beberapa orang tua mengeluh tentang sifat anaknya yang keras
kepala. Mereka bingung bagaimana cara menasehati mereka. Bila dilarang untuk
melakukan sesuatu mereka akan mengamuk, atau bahkan melawan.
Cara menghadapi
anak-anak yang suka melawan dan keras kepala:
1.
Lihat diri kita
Kadang kita tidak menyadari bila buah hati kita memiliki
hati yang keras, salah satu sebabnya adalah diri kita sendiri. Bila kita
memiliki hati yang keras, sukar dinasehati, tentu saja secara tidak langsung
itu juga akan menular pada diri buah hati kita. Bila setiap hari buah hati kita
melihat hal ini, tentu lama kelamaan buah hati kita akan menirunya. Bila kita
saat ini terlalu sombong, marilah kita merendahkan hati kita. Bila kita kurang
mau mendengarkan orang lain, maka marilah kita mulai saat ini belajar
mendengarkan. Supaya kita pun juga akan semakin mengerti segala kebutuhan buah
hati kita, dengan mau dan menyediakan waktu untuk buah hati kita.
2.
Hendaklah lebih fleksibel, lebih memberikan
kasih sayang dan pengertian kepada anak.
Kebutuhan seorang anak sebenarnya tidak banyak. Mereka
menginginkan perhatian dan kasih sayang kita sebagai orang tua. Kasih sayang
dan perhatian yang cukup akan meminimalisir kebutuhan anak-anak pada “materi”.
Jadi kalau anak mulai minta ini itu, mudah merengek, dan cepat bosan terhadap
apa yang dia beli, itu sebenarnya sebagai ungkapan atau pengaruh dari adanya
bagian hati mereka yang kosong. Dan sebenarnya bagian hati yang kosong tersebut
hanya bisa diisi dengan kasih sayang dan kehangatan yang ada di dalam sebuah
keluarga.
3.
Salurkan Hobinya
Setiap anak tentu memiliki bakat dan minat yang berbeda.
Sebagai orang tua kita harus cermat mengerti hal ini. Misalnya bila buah hati
kita suka mencoret-coret di atas kertas, mulailah mencoba memasukkan buah hati
kita pada sanggar-sanggar melukis. Anak-anak yang normal, biasanya memiliki
“kelebihan tenaga”. Itulah kenapa kita sering melihat anak-anak susah untuk
diam. Dia akan selalu bergerak, dan mencari keasyikan yang bisa dia lakukan.
Jadi arahkanlah “sisa tenaga” yang ada di dalam diri sang buah hati. Hal ini
akan sangat bermanfaat supaya emosi mereka bisa diarahkan kepada hal-hal yang
positif. Hal ini akan sangat mengurangi pengaruh-pengaruh negatif dari luar
yang bisa menyebabkan mereka gampang marah, bosan, sedih, dan sifat-sifat
lainnya.
4.
Jadilah orang tua yang bijak
Orang tua yang bijak mempunyai kepekaan terhadap buah hatinya,
selalu berusaha melakukan yang terbaik dan memberikan pilihan terbaik kepada
sang buah hati. Yang terbaik bagi anak, kadang bukanlah yang terbaik bagi orang
tua. Disinilah terkadang kita temukan kesalahpahaman antara orang tua dan anak.
Agar pilihan orang tua dan anak bisa selaras, perlu sekali adanya komunikasi
yang intens. Disinilah waktu anda sangat dibutuhkan. Bukan banyaknya waktu yang
anda berikan kepada anak, melainkan kualitas kebersamaan anda pada anak. Dari
kedekatan inilah, anda akan semakin memahami buah hati anda. Sehingga pemikiran
kita dengan sang buah hati kita pun bisa menyatu, dan meminimalisir
kesalahpahaman yang biasanya terjadi karena adanya “batas” antara orang tua dan
anak. Dan dari kedekatan inilah, anda bisa menasehati anak dengan bijak.
5.
Tidak Mempermalukan Anak di Depan Umum
Saat menasehati anak, akan lebih baik bila kita
menasehatinya di tempat yang rahasia dan dengan suara lembut. Jangan memberikan
larangan, melainkan himbauan. Jangan berkata,”Kamu tidak boleh menggambar di
tembok”, tetapi katakanlah ”Kalau kamu suka menggambar besok mama belikan buku
gambar yang besar.” Mengharapkan anak berubah dengan mempermalukan mereka di
tempat umum bukanlah cara menasehati yang baik. Karena pada saat itu juga, kita
sudah mengajarkan kepada anak kalau mempermalukan orang lain di tempat umum
adalah sesuatu yang wajar dan halal.
6.
Tidak Memaksa
Kita harus belajar mengatakan sesuatu kepada buah hati kita
dengan lembut tanpa ada unsur pemaksaan. Kita harus belajar mengajak daripada
menyuruh. Kenapa? Karena menyuruh berarti meminta seseorang melakukan sesuatu
dan itu harus dilakukan sedangkan kita sendiri tidak mau melakukan hal yang
sama. Sedangkan mengajak, adalah meminta seseorang melakukan sesuatu dan mau
menjadi satu dengan orang yang kita minta dengan prinsip kebersamaan.
7.
Saat Yang Tepat Saat menasehati
Waktu yang tepat adalah sesuatu yang penting dan perlu kita
perhatikan pada saat kita hendak menasehati buah hati kita. Pilihlah saat yang
tepat dimana kita bisa mentransfer “ilmu moral” kita kepada buah hati kita,
tanpa dia merasa terpaksa. Contohnya adalah dengan mengajak sang buah hati
untuk jalan-jalan. Setelah dia merasa senang, dan merasa lapar, anda bisa
mengajak makan bersama. Dan pada saat itulah anda bisa mengobrol dan mengatakan
harapan-harapan anda pada sang buah hati. Misalnya dengan mengatakan,”Mama suka
kalau kamu berdandan rapi. Kamu kelihatan cantik sekali.” Atau dengan
memujinya,”Wah… Anak mama sudah besar dan tambah dewasa, sudah bisa makan
sendiri.” Dengan pancingan-pancingan seperti itu, biasanya anak akan menjadi
lebih tertarik untuk mau mendengarkan nasihat anda, sehingga untuk kedepannya
mereka pun bisa berubah sedikit demi sedikit.
8.
Bersikap seimbang dalam mendidik anak. Tidak
terlalu memanjakan, tapi juga tidak terlalu keras.
9.
Memberikan hadiah untuk sikapnya yang baik dan
memberikan hukuman jika ia melakukan pelanggaran.
10.
Senantiasa berusaha untuk membuat hati anak
senang dan gembira, tapi tidak berlebihan.
11.
Dengarkan ceritanya, jika anak mempunyai masalah
dan berikan solusi terbaik buatnya.
12.
Tidak bersikap plin plan, dalam artian tidak
menyuruh anak atau membiarkan anak melakukan sesuatu, tapi kemudian melarang
anak melakukan hal tersebut di lain waktu.
Demikian info sederhana ini, semoga bermanfaat buat para
orang tua.
0 comments :
Post a Comment