CONTOH MAKALAH PENDIDIKAN TENTANG "DEFINISI BERMAIN DAN PENTINGNYA BERMAIN BAGI ANAK"

Written By putrajunio on Sunday, February 2, 2014 | 12:53 AM



A.    Definisi Bermain Menurut Para Ahli

Bermain merupakan konsep yang tidak mudah untuk dijabarkan.  Mungkin, mayoritas orang, seringkali mendengar kata-kata bermain. Bahkan mereka seringkali melakukan permainan. Namun, seringkali orang belum mampu memberikan definisi bermain. Para ahli, mendefinisikan konsep bermain  berbeda-beda menurut perspektif masing-masing.Berikut ini adalah beberapa definisi bermain menurut sebagian kecil para ahli.para ahli. 

1.      Menurut  Piaget, 1951  bermain merupakan  kegiatan yang dilakukan
berulang-ulang demi kesenangan (Piaget, 1951).
2.      secara lebih umum dalam term psikologi, Joan Freeman dan Utami Munandar (1996) mendefinisikan bermain sebagai suatu aktivitas  yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral dan emosional.
3.      Bermain menurut pendapat Elizabeth Hurlock (1987:320) adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya tanpa mempertimbangkan hasil akhir.
4.      Menurut Hughes (1999), seorang ahli perkembangan anak dalam bukunya Children, Play, and Development, mengatakan bermain merupakan hal yang berbeda dengan belajar dan bekerja. Suatu kegiatan yang disebut bermain harus ada lima unsur didalamnya, yaitu:
a.       Mempunyai tujuan yaitu permainan itu sendiri untuk mendapat kepuasan .
b.      Memilih dengan bebas dan tas kehendak sendiri, tidak ada yang menyuruh  ataupun memaksa.
c.       Menyenangkan dan dapat menikmati.
d.      Mengkhayal untuk mengembangkan daya imaginatif dan kreativitas
e.       Melakukan secara aktif dan sadar (DWP, 2005).

5.         Friedrich Froebel ( 1782- 1852 ) menjelaskan bahwa konsep bermain merupakan proses belajar bagi anak usia dini. Anak diajak bekerja di kebun, bermain dengan pimpinan, bernyanyi, pekerjaan tangan atau keterampilan, bersosialisasi, berfantasi, adalah merupakan proses belajar sambil bekerja.
6.      Menurut Karl Buhler dan Schenk Danziger,  bermain adalah ”kegiatan yang menimbulkan kenikmatan”. Dan kenikmatan itu menjadi rangsangan bagi perilaku lainnya.
7.      Andang Ismail (2009: 26) menuturkan bahwa permainan ada dua pengertian.
a.       Pertama, permainan adalah sebuah aktifitas bermain yang murni mencari kesenangan tanpa mencari menang atau kalah.
b.      Kedua, permainan diartikan sebagai aktifitas bermain yang dilakukan dalam rangka mencari kesenangan dan kepuasan, namun ditandai pencarian menang-kalah.
8.      Menurut Kimpraswil (dalam As’adi Muhammad, 2009: 26) mengatakan bahwa definisi bermain adalah usaha olah diri (olah pikiran dan olah fisik) yang sangat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan motivasi, kinerja, dan prestasi dalam melaksanakan tugas dan kepentingan organisasi dengan lebih baik.
9.      Menurut Hans Daeng (dalam Andang Ismail, 2009: 17)  bermain adalah bagian mutlak dari kehidupan anak dan permainan merupakan bagian integral dari proses pembentukan kepribadian anak.
10.  Bermain menurut Mulyadi (2004), secara umum sering dikaitkan dengan kegiatan anak-anak yang dilakukan secara spontan. Terdapat lima pengertian bermain :
a.       Sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai intrinsik pada anak
b.      Tidak memiliki tujuan ekstrinsik, motivasinya lebih bersifat intrinsik
c.       Bersifat spontan dan sukarela, tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas dipilih oleh anak
d.      Melibatkan peran aktif keikutsertaan anak
e.       Memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan seuatu yang bukan bermain, seperti kreativitas, pemecahan masalah, belajar bahasa, perkembangan sosial dan sebagainya

Berdasarkan beberapa pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan keseluruhan aktivitas yang dilakukan oleh individu yang sifatnya menyenangkan, yang berfungsi untuk membantu individu mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral dan emosional.

B.     Mengapa Bermain Penting untuk dikembangkan?

Bagi siapa bermain itu penting dilakukan?
Berdasarkan perspektif psikologi, menurut aliran psikoanalisa, Sigmund  Freud, perkembangan pada masa dini kanak-kanak, khususnya dalam rentang 5 tahun pertamanya,  memiliki pengaruh kuat  terhadap kepribadian di masa dewasa.  Oleh karena itu, pada awa kehidupan manusia, perlu dikembangkan kepribadiannya secara optimal. Hasil penelitian di bidang neurologi yang dilakukan Benyamin S. Bloom, seorang ahli pendidikan memperlihatkan, bahwa pertumbuhan sel jaringan otak pada anak usia 0-4 tahun mencapai 50 %, hingga usia 8 tahun mencapai 80 %. Artinya apabila pada usia tersebut otak anak tidak mendapatkan rangsangan yang optimal maka perkembangan otak anak tidak akan berkembang secara maksimal. Semakin dini penanganan dan bentuk-bentuk rangsangan yang dilakukan orang tua/ pendidik terhadap anaknya maka hasilnya akan semakin baik. Sebaliknya, semakin lama (lambat) anak mendapatkan penanganan dan bentuk-bentuk rangsangan yang baik, maka semakin buruk hasilnya.
Perkembangan kepribadian pada anak ini, lebih cocok dikembangkan melalui aktivitas bermain. Karena menurut piaget, seorang ahli dalam perkembangan kognitif, anak anak usia 2-7 tahun berada dahap tahap praorerasional yang di tandai dengan pemikiran sebagai berikut :
  • Berpikir secara konkrit, dimana anak belum daat memahami atau memikirkan hal-hal yang bersifat abstrak (seperti cinta dan keadailan)
  • Realisme, yaitu kecenderungan yang kuat untuk menanggapi segala sesuatu sebagai hal yang riil atau nyata
  • Egosentris, yaitu melihat segala sesuatu hanya dari sudut pandangnya sendiri dan tidak mudah menerima penjelasan dari si lain
  • Kecenderungan untuk berpikir sederhana dan tidak mudah menerima sesuatu yang majemuk
  • Animisme, yaitu kecenderungan untuk berpikir bahwa semua objek yang ada dilingkungannya memiliki kualitas kemanusiaan sebagaimana yang dimiliki anak
  • Sentrasi, yaitu kecenderungan untuk mengkonsentrasikan dirinya pada satu aspek dari suatu situasi
  • Anak usia dini dapat dikatakan memiliki imajinasi yang sangat kaya dan imajinasi ini yang sering dikatakan sebagai awal munculnya bibit kreativitas pada anak.
Dapat disimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berusia 2 – 6 tahun, yang berada pada tahap perkembangan awal masa kanak-kanak, yang memiliki karakteristik berpikir konkrit, realisme, sederhana, animism, sentrasi, dan memiliki daya imajinasi yang kaya. Oleh karena itu, pada tahap ini, perlu dikembangkan seluruh totalitas kepribadian anak melalui aktivitas bermain karena bermain merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan dan spontan sehingga hal ini memberikan rasa aman secara psikologis pada anak. 

Mengapa bermain pada anak perlu dikembangkan?

Berdasarkan perspektif psikologi,  menurut Erik Erikson, bermain berfungsi memelihara ego anak-anak. Hal ini dapat dipahami karena anak yang sedang bermain merasakan senang sehingga terpaksa ia harus mempertahankan kesenangannya itu atau sebaliknya ia akan memelihara egonya secara proporsional, sehingga menimbulkan rasionalitas dan tenggang rasa terhadap anak lainnya.  Semakin intens pengalaman itu dilalui anak akan semakin kuat juga interaksi sosialnya dalam proses sosialisasi tersebut. Peran bermain dalam  perkembangan sosial anak misalnya, menurut pandangan psikoanalisis adalah untuk mengatasi pengalaman traumatik dan keluar dari rasa frustasi. Tampaknya Freud melihatnya dalam pengalaman lahir. Dalam peristiwa kelahiran seorang bayi menyiratkan kesan tidak enak, trauma dan mungkin juga frustasi keluar dari rahim ibunya, sehingga anak akan merasa tenang dalam dekapan ibunya, dan bermain menyebabkan anak ceria dan menimbulkan kreatifitas.

 Menurut para ahli perkembangan kognitif, bermain mempunyai arti penting tersendiri.Menurut  Piaget, peran bermain terhadap perkembangan sosial anak adalah untuk memperaktikkan dan melakukan konsolidasi konsep-konsep serta keterampilan yang telah dipelajari sebelumnya.  Menurut Vygotsky, bermain dapat memajukan berpikir abstrak dan dengan belajar ia akan dapat mengatur dirinya.

Sedangkan dalam perspektif sosiologi, seperti yang dikemukakan oleh Mildred Farten, menyatakan bahwa kegiatan bermain merupakan sarana sosialisasi. Dengan bermain kadar interaksi sosialnya akan  meningkat. Kadar interaksi sosial tersebut dimulai dari bermain sendiri dan dilanjutkan dengan bermain secara bersama. Karena itu dalam konteks ini akan tampak, bahwa anak yang dibiasakan bermain akan lebih mudah menerima kehadiran orang lain dan berinteraksi dengan orang lain. Semakin banyak ia disosialisasikan dengan orang lain, maka akan semakin mudah ia berinteraksi dengan dan menerima (kehadiran) orang lain.
Sedangkan menurut menurut buku 'Games Therapy untuk Kecerdasan Bayi dan Balita' yang ditulis oleh Psikolog Effiana Yuriastien, dkk ada 9 manfaat bermain bagi anak

1. Memahami diri sendiri dan mengembangkan harga diri
Ketika bermain, anak akan menentukan pilihan-pilihan. Mereka harus memilih apa yang akan dimainkan. Anak juga memilih di mana dan dengan siapa mereka bermain. Semua pilihan itu akan membantu terbentuknya gambaran tentang diri mereka dan membuatnya merasa mampu mengendalikan diri. Permainan memotong kertas, mengatur letak atau mewarnai misalnya dapat dilakukan dalam beragam bentuk. Tidak ada batasan yang harus diikuti.Identitas dan kepercayaan diri dapat berkembang tanpa rasa ketakutan akan kalah atau gagal. Pada saat anak menjadi semakin dewasa dan identitasnya telah terbentuk dengan lebih baik, mereka akan semakin mampu menghadapi tantangan permainan yang terstruktur, bertujuan dan lebih dibatasi oleh aturan-aturan.

2. Menemukan apa yang dapat mereka lakukan dan mengembangkan kepercayaan
diri.
Permainan mendorong berkembangnya keterampilan, fisik, sosial dan intelektual. Misalnya perkembangan keterampilan sosial dapat terlihat dari cara anak mendekati dan bersama dengan orang lain, berkompromi serta bernegosiasi.
Apabila anak mengalami kegagalan saat melakukan suatu permainan, hal itu akan membantu mereka menghadapi kegagalan dalam arti sebenarnya dan mengelolanya pada saat mereka benar-benar harus bertanggungjawab.

3. Melatih mental anak
Ketika bermain, anak berimajinasi dan mengeluarkan ide-ide yang tersimpan di dalam dirinya. Anak mengekspresikan pengetahuan yang dia miliki sekaligus mendapatkan pengetahuan baru.
Orangtua akan dapat semakin mengenal anak dengan mengamati saat bermain. Bahkan, lewat permainan (terutama bermain pura-pura) orangtua juga dapat menemukan kesan-kesan dan harapan anak terhadap orangtua serta keluarganya.

4. Meningkatkan daya kreativitas dan membebaskan anak dari stres
Kreativitas anak akan berkembang melalui permainan. Ide-ide yang orisinil akan keluar dari pikiran mereka, walaupun kadang terasa abstrak untuk orangtua. Bermain juga dapat membantu anak untuk lepas dari stres kehidupan sehari-hari. Stres pada anak biasanya disebabkan oleh rutinitas harian yang membosankan.

5. Mengembangkan pola sosialisasi dan emosi anak
Dalam permainan kelompok, anak belajar tentang sosialisasi. Anak mempelajari nilai keberhasilan pribadi ketika berhasil memasuki suatu kelompok. Ketika anak memainkan peran 'baik' dan 'jahat', hal ini membuat mereka kaya akan pengalaman emosi. Anak akan memahami perasaan yang terkait dari ketakutan dan penolakan dari situasi yang dia hadapi. 

6. Melatih motorik dan mengasah daya analisa anak
Melalui permainan, anak dapat belajar banyak gal. Di antaranya melatih kemampuan menyeimbangkan antara motorik halus dan kasar. Hal ini sangat mepengaruhi perkembangan psikologisnya.
Permainan akan memberi kesempatan anak untuk belajar menghadapi situasi kehidupan pribadi sekaligus memecahkan masalah. Anak-anak akan berusaha menganalisa dan memahami persoalan yang terdapat dalam setiap permainan.

7. Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan anak
Kebutuhan dan keinginan yang tidak dapat dipenuhi dengan cara lain, seringkali dapat dipenuhi dengan bermain. Anak yang tidak mampu mencapai peran pemimpin dalam kehidupan nyata, mungkin akan memperlohen pemenuhan keinginan itu dengan menjadi pemimpin tentara saat bermain.

8. Standar moral
            Walaupun anak belajar di rumah dan sekolah tentang apa yang dianggap baik dan buruk oleh kelompok, tidak ada pemaksaan standar moral selain dalam kelompok bermain.

9. Mengembangkan otak kanan anak
Bermain memiliki aspek-aspek yang menyenangkan dan membuka kesempatan untuk menguji kemampuan dirinya berhadapan dengan teman sebaya serta mengembangkan perasaan realistis akan dirinya. Dengan begitu, bermain memberi kesempatan pada anak untuk mengembangkan otak kanan, kemampuan yang mungkin kurang terasah baik di sekolah maupun di rumah.

Bagikan ke :

Facebook Google+ Twitter Digg Technorati Reddit

Ditulis Oleh : putrajunio ~ The Secret Blog

Muh.Akram Anda sedang membaca artikel berjudul CONTOH MAKALAH PENDIDIKAN TENTANG "DEFINISI BERMAIN DAN PENTINGNYA BERMAIN BAGI ANAK" yang ditulis oleh The Secret Blog yang berisi tentang : Dan Maaf, Anda tidak diperbolehkan mengcopy paste artikel ini.

Blog, Updated at: 12:53 AM

0 comments :

Post a Comment

The Secret Blog © 2014. All Rights Reserved.
SEOCIPS Areasatu