A. Definisi Bermain
Menurut Para Ahli
Bermain
merupakan konsep yang tidak mudah untuk dijabarkan. Mungkin, mayoritas orang, seringkali mendengar
kata-kata bermain. Bahkan mereka seringkali melakukan permainan. Namun,
seringkali orang belum mampu memberikan definisi bermain. Para ahli,
mendefinisikan konsep bermain
berbeda-beda menurut perspektif masing-masing.Berikut ini adalah
beberapa definisi bermain menurut sebagian kecil para ahli.para ahli.
1.
Menurut Piaget, 1951 bermain merupakan kegiatan yang dilakukan
berulang-ulang demi kesenangan (Piaget, 1951).
berulang-ulang demi kesenangan (Piaget, 1951).
2.
secara lebih umum dalam
term psikologi, Joan Freeman dan Utami Munandar (1996) mendefinisikan bermain
sebagai suatu aktivitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang
utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral dan emosional.
3.
Bermain menurut pendapat
Elizabeth Hurlock (1987:320) adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk
kesenangan yang ditimbulkannya tanpa mempertimbangkan hasil akhir.
4.
Menurut Hughes (1999),
seorang ahli perkembangan anak dalam bukunya Children, Play, and Development,
mengatakan bermain merupakan hal yang berbeda dengan belajar dan bekerja. Suatu
kegiatan yang disebut bermain harus ada lima unsur didalamnya, yaitu:
a.
Mempunyai tujuan yaitu
permainan itu sendiri untuk mendapat kepuasan .
b.
Memilih dengan bebas
dan tas kehendak sendiri, tidak ada yang menyuruh ataupun memaksa.
c.
Menyenangkan dan dapat
menikmati.
d.
Mengkhayal untuk
mengembangkan daya imaginatif dan kreativitas
e.
Melakukan secara aktif
dan sadar (DWP, 2005).
5.
Friedrich Froebel (
1782- 1852 ) menjelaskan bahwa konsep bermain merupakan proses belajar bagi
anak usia dini. Anak diajak bekerja di kebun, bermain dengan pimpinan,
bernyanyi, pekerjaan tangan atau keterampilan, bersosialisasi, berfantasi,
adalah merupakan proses belajar sambil bekerja.
6.
Menurut Karl Buhler dan
Schenk Danziger, bermain adalah ”kegiatan yang menimbulkan kenikmatan”.
Dan kenikmatan itu menjadi rangsangan bagi perilaku lainnya.
7.
Andang Ismail (2009: 26)
menuturkan bahwa permainan ada dua pengertian.
a.
Pertama, permainan adalah
sebuah aktifitas bermain yang murni mencari kesenangan tanpa mencari menang
atau kalah.
b.
Kedua, permainan diartikan
sebagai aktifitas bermain yang dilakukan dalam rangka mencari kesenangan dan
kepuasan, namun ditandai pencarian menang-kalah.
8.
Menurut Kimpraswil (dalam
As’adi Muhammad, 2009: 26) mengatakan bahwa definisi bermain adalah usaha olah
diri (olah pikiran dan olah fisik) yang sangat bermanfaat bagi peningkatan dan
pengembangan motivasi, kinerja, dan prestasi dalam melaksanakan tugas dan
kepentingan organisasi dengan lebih baik.
9.
Menurut Hans Daeng (dalam
Andang Ismail, 2009: 17) bermain adalah
bagian mutlak dari kehidupan anak dan permainan merupakan bagian integral dari
proses pembentukan kepribadian anak.
10. Bermain menurut Mulyadi (2004), secara umum sering
dikaitkan dengan kegiatan anak-anak yang dilakukan secara spontan. Terdapat
lima pengertian bermain :
a.
Sesuatu
yang menyenangkan dan memiliki nilai intrinsik pada anak
b.
Tidak
memiliki tujuan ekstrinsik, motivasinya lebih bersifat intrinsik
c.
Bersifat
spontan dan sukarela, tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas dipilih oleh anak
d.
Melibatkan
peran aktif keikutsertaan anak
e.
Memiliki
hubungan sistematik yang khusus dengan seuatu yang bukan bermain, seperti
kreativitas, pemecahan masalah, belajar bahasa, perkembangan sosial dan
sebagainya
Berdasarkan beberapa
pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan keseluruhan aktivitas
yang dilakukan oleh individu yang sifatnya menyenangkan, yang berfungsi untuk membantu
individu mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial,
moral dan emosional.
B. Mengapa Bermain Penting
untuk dikembangkan?
Bagi siapa bermain itu penting
dilakukan?
Berdasarkan perspektif
psikologi, menurut aliran psikoanalisa, Sigmund
Freud, perkembangan pada masa dini kanak-kanak, khususnya dalam rentang
5 tahun pertamanya, memiliki pengaruh
kuat terhadap kepribadian di masa
dewasa. Oleh karena itu, pada awa
kehidupan manusia, perlu dikembangkan kepribadiannya secara optimal. Hasil
penelitian di bidang neurologi yang dilakukan Benyamin S. Bloom, seorang ahli
pendidikan memperlihatkan, bahwa pertumbuhan sel jaringan otak pada anak usia
0-4 tahun mencapai 50 %, hingga usia 8 tahun mencapai 80 %. Artinya apabila
pada usia tersebut otak anak tidak mendapatkan rangsangan yang optimal maka
perkembangan otak anak tidak akan berkembang secara maksimal. Semakin dini
penanganan dan bentuk-bentuk rangsangan yang dilakukan orang tua/ pendidik
terhadap anaknya maka hasilnya akan semakin baik. Sebaliknya, semakin lama
(lambat) anak mendapatkan penanganan dan bentuk-bentuk rangsangan yang baik,
maka semakin buruk hasilnya.
Perkembangan
kepribadian pada anak ini, lebih cocok dikembangkan melalui aktivitas bermain.
Karena menurut piaget, seorang ahli dalam perkembangan kognitif, anak anak usia 2-7 tahun berada dahap tahap
praorerasional yang di tandai dengan pemikiran sebagai berikut :
- Berpikir secara konkrit, dimana anak belum daat memahami atau memikirkan hal-hal yang bersifat abstrak (seperti cinta dan keadailan)
- Realisme, yaitu kecenderungan yang kuat untuk menanggapi segala sesuatu sebagai hal yang riil atau nyata
- Egosentris, yaitu melihat segala sesuatu hanya dari sudut pandangnya sendiri dan tidak mudah menerima penjelasan dari si lain
- Kecenderungan untuk berpikir sederhana dan tidak mudah menerima sesuatu yang majemuk
- Animisme, yaitu kecenderungan untuk berpikir bahwa semua objek yang ada dilingkungannya memiliki kualitas kemanusiaan sebagaimana yang dimiliki anak
- Sentrasi, yaitu kecenderungan untuk mengkonsentrasikan dirinya pada satu aspek dari suatu situasi
- Anak usia dini dapat dikatakan memiliki imajinasi yang sangat kaya dan imajinasi ini yang sering dikatakan sebagai awal munculnya bibit kreativitas pada anak.
Dapat disimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang
berusia 2 – 6 tahun, yang berada pada tahap perkembangan awal masa kanak-kanak,
yang memiliki karakteristik berpikir konkrit, realisme, sederhana, animism,
sentrasi, dan memiliki daya imajinasi yang kaya. Oleh karena itu, pada tahap
ini, perlu dikembangkan seluruh totalitas kepribadian anak melalui aktivitas
bermain karena bermain merupakan
suatu kegiatan yang menyenangkan dan spontan sehingga hal ini memberikan rasa
aman secara psikologis pada anak.
Mengapa bermain pada
anak perlu dikembangkan?
Berdasarkan
perspektif psikologi, menurut Erik Erikson, bermain berfungsi
memelihara ego anak-anak. Hal ini dapat dipahami karena anak yang sedang
bermain merasakan senang sehingga terpaksa ia harus mempertahankan
kesenangannya itu atau sebaliknya ia akan memelihara egonya secara proporsional,
sehingga menimbulkan rasionalitas dan tenggang rasa terhadap anak
lainnya. Semakin intens pengalaman itu dilalui anak akan semakin kuat
juga interaksi sosialnya dalam proses sosialisasi tersebut. Peran bermain
dalam perkembangan sosial anak misalnya, menurut pandangan psikoanalisis
adalah untuk mengatasi pengalaman traumatik dan keluar dari rasa frustasi.
Tampaknya Freud melihatnya dalam pengalaman lahir. Dalam peristiwa kelahiran
seorang bayi menyiratkan kesan tidak enak, trauma dan mungkin juga frustasi
keluar dari rahim ibunya, sehingga anak akan merasa tenang dalam dekapan
ibunya, dan bermain menyebabkan anak ceria dan menimbulkan kreatifitas.
Menurut
para ahli perkembangan kognitif, bermain mempunyai arti penting
tersendiri.Menurut Piaget, peran bermain
terhadap perkembangan sosial anak adalah untuk memperaktikkan dan melakukan
konsolidasi konsep-konsep serta keterampilan yang telah dipelajari sebelumnya. Menurut Vygotsky, bermain dapat memajukan
berpikir abstrak dan dengan belajar ia akan dapat mengatur dirinya.
Sedangkan dalam perspektif sosiologi,
seperti yang dikemukakan oleh Mildred Farten, menyatakan bahwa kegiatan bermain
merupakan sarana sosialisasi. Dengan bermain kadar interaksi sosialnya
akan meningkat. Kadar interaksi sosial tersebut dimulai dari bermain
sendiri dan dilanjutkan dengan bermain secara bersama. Karena itu dalam konteks
ini akan tampak, bahwa anak yang dibiasakan bermain akan lebih mudah menerima
kehadiran orang lain dan berinteraksi dengan orang lain. Semakin banyak ia
disosialisasikan dengan orang lain, maka akan semakin mudah ia berinteraksi
dengan dan menerima (kehadiran) orang lain.
Sedangkan
menurut menurut buku 'Games Therapy untuk Kecerdasan Bayi dan Balita' yang
ditulis oleh Psikolog Effiana Yuriastien, dkk ada 9 manfaat bermain bagi anak
1.
Memahami diri sendiri dan mengembangkan harga diri
Ketika
bermain, anak akan menentukan pilihan-pilihan. Mereka harus memilih apa yang
akan dimainkan. Anak juga memilih di mana dan dengan siapa mereka bermain.
Semua pilihan itu akan membantu terbentuknya gambaran tentang diri mereka dan
membuatnya merasa mampu mengendalikan diri. Permainan memotong kertas, mengatur
letak atau mewarnai misalnya dapat dilakukan dalam beragam bentuk. Tidak ada
batasan yang harus diikuti.Identitas dan kepercayaan diri dapat berkembang
tanpa rasa ketakutan akan kalah atau gagal. Pada saat anak menjadi semakin
dewasa dan identitasnya telah terbentuk dengan lebih baik, mereka akan semakin
mampu menghadapi tantangan permainan yang terstruktur, bertujuan dan lebih
dibatasi oleh aturan-aturan.
2.
Menemukan apa yang dapat mereka lakukan dan mengembangkan kepercayaan
diri.
Permainan mendorong berkembangnya keterampilan, fisik, sosial dan
intelektual. Misalnya perkembangan keterampilan sosial dapat terlihat dari cara
anak mendekati dan bersama dengan orang lain, berkompromi serta bernegosiasi.
Apabila
anak mengalami kegagalan saat melakukan suatu permainan, hal itu akan membantu
mereka menghadapi kegagalan dalam arti sebenarnya dan mengelolanya pada saat
mereka benar-benar harus bertanggungjawab.
3.
Melatih mental anak
Ketika bermain, anak berimajinasi dan mengeluarkan ide-ide yang
tersimpan di dalam dirinya. Anak mengekspresikan pengetahuan yang dia miliki
sekaligus mendapatkan pengetahuan baru.
Orangtua
akan dapat semakin mengenal anak dengan mengamati saat bermain. Bahkan, lewat
permainan (terutama bermain pura-pura) orangtua juga dapat menemukan
kesan-kesan dan harapan anak terhadap orangtua serta keluarganya.
4.
Meningkatkan daya kreativitas dan membebaskan anak dari stres
Kreativitas anak akan berkembang melalui permainan. Ide-ide yang
orisinil akan keluar dari pikiran mereka, walaupun kadang terasa abstrak untuk
orangtua. Bermain juga dapat membantu anak untuk lepas dari stres kehidupan
sehari-hari. Stres pada anak biasanya disebabkan oleh rutinitas harian yang
membosankan.
5.
Mengembangkan pola sosialisasi dan emosi anak
Dalam
permainan kelompok, anak belajar tentang sosialisasi. Anak mempelajari nilai
keberhasilan pribadi ketika berhasil memasuki suatu kelompok. Ketika anak
memainkan peran 'baik' dan 'jahat', hal ini membuat mereka kaya akan pengalaman
emosi. Anak akan memahami perasaan yang terkait dari ketakutan dan penolakan
dari situasi yang dia hadapi.
6.
Melatih motorik dan mengasah daya analisa anak
Melalui
permainan, anak dapat belajar banyak gal. Di antaranya melatih kemampuan
menyeimbangkan antara motorik halus dan kasar. Hal ini sangat mepengaruhi
perkembangan psikologisnya.
Permainan
akan memberi kesempatan anak untuk belajar menghadapi situasi kehidupan pribadi
sekaligus memecahkan masalah. Anak-anak akan berusaha menganalisa dan memahami
persoalan yang terdapat dalam setiap permainan.
7.
Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan anak
Kebutuhan
dan keinginan yang tidak dapat dipenuhi dengan cara lain, seringkali dapat
dipenuhi dengan bermain. Anak yang tidak mampu mencapai peran pemimpin dalam
kehidupan nyata, mungkin akan memperlohen pemenuhan keinginan itu dengan
menjadi pemimpin tentara saat bermain.
8.
Standar moral
Walaupun anak belajar di rumah dan
sekolah tentang apa yang dianggap baik dan buruk oleh kelompok, tidak ada
pemaksaan standar moral selain dalam kelompok bermain.
9.
Mengembangkan otak kanan anak
Bermain memiliki aspek-aspek yang menyenangkan
dan membuka kesempatan untuk menguji kemampuan dirinya berhadapan dengan teman
sebaya serta mengembangkan perasaan realistis akan dirinya. Dengan begitu,
bermain memberi kesempatan pada anak untuk mengembangkan otak kanan, kemampuan
yang mungkin kurang terasah baik di sekolah maupun di rumah.
0 comments :
Post a Comment