1. Pendekatan Individual
Pendekatan individual merupakan
pendekatan langsung dilakukan guru terhadap anak didiknya untuk memecahkan
kasus anak didiknya tersebut. Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat
penting bagi kepentingan pengajaran. Pengelolaan kelas sangat memerlukan
pendekatan individual ini. Pemilihan metode tidak bisa begitu saja mengabaikan
kegunaan pendekatan individual, sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya
selalu saja melakukan pendekatan individual terhadap anak didik di kelas.
Persoalan kesulitan belajar anak lebih mudah dipecahkan dengan menggunakan
pendekatan individual, walaupun suatu saat pendekatan kelompok diperlukan.
Pendekatan individual adalah
suatu pendekatan yang melayani perbedaan-perbedaan perorangan siswa sedemikian
rupa, sehingga dengan penerapan pendekatan individual memungkinkan
berkembangnya potensi masing-masing siswa secara optimal. Dasar pemikiran dari
pendekatan individual ini ialah adanya pengakuan terhadap perbedaan individual
masing-masing siswa. Sebagai individu anak mempunyai kebutuhan dasar baik fisik
maupun kebutuan anak untuk diakui sebagai pribadi, kebutuhan untuk dihargai dan
menghargai orang lain, kebutuhan rasa aman, dan juga sebgai makhluk sosial,
anak mempunyai kebutuhan untuk menyesuaikan dengan lingkungan baik dengan
temannya ataupun dengan guru dan orang tuanya.
Pembelajaran individual merupakan
salah satu cara guru untuk membantu siswa membelajarkan siswa, membantu
merencanakan kegiatan belajar siswa sesuai dengan kemampuan dan daya dukung
yang dimiliki siswa. Pendekatan individual akan melibatkan hubungan yang
terbuka antara guru dan siswa, yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan bebas
dalam belajar sehingga terjadi hubungan yang harmonis antara guru dengan siswa
dalam belajar. Untuk mencapai hal itu, guru harus melakukan hal berikut ini;
a)
mendengarkan secara simpati dan menanggapi secara positif pikiran anak didik
dan membuat hubungan saling percaya.
b)
membantu anak didik dengan pendekatn verbal dan non-verbal.
c)
membantu anak didik tanpa harus mendominasi atau mengambil alih tugas.
d)
menerima perasaan anak didik sebagaimana adanya atau menerima perbedaannya
dengan penuh perhatian.
e)
menanggani anak didik dengan memberi rasa aman, penuh pengertian, bantuan, dan
mungkin memberi beberapa alternatif pemecahan.
Ciri-ciri pendekatan individual :
a)
Guru melakukan pendekatan secara pribadi kepada setiap siswa di kelas dan
memberikan kesempatan kepada anak didik sebagai individu untuk akatif, kreatif,
dan mandiri dalam belajar.
b)
Guru harus peka melihat perbedaan sifat-sifat dari semua anak didik secara
individual.
c)
Guru lebih berperan sebagai fasilitator dan pembimbing di kelas. Para peserta
didik dapat lebih terkontrol mengenai, bagaimana dan apa yang mereka pelajari.
d) Guru
harus mampu mennyajikan pelajaran yang menarik di depan kelas. Menarik dalam
pengertian mengasyikkan, mudah ditangkap dan dipahami serta tidak membosankan
siswa. Pengajaran individual dilakukan untuk membantu siswa dalam menuntaskan
belajar mereka.
Oleh karena itu, pendekatan
individual dapat mengefektifkan proses belajar mengajar, interaksi guru dan
siswa berjalan dengan baik, dan terjadinya hubungan pribadi yang menyenangkan
antara siswa dan guru. Secara tidak langsung hal yang disebut diatas merupakan
keuntungan dari pengajaran dengan pendekatan individual. Keuntungan dari
pengajaran pendekatan individual yaitu:
a)
memungkin siswa yang lama dapat maju menurut kemampuannya masing-masing secara
penuh dan tepat,
b)
mencegah terjadinya ilusi dalam kemajuan tetapi bersifat nyata melalui diskusi
kelompok,
c)
mengarahkan perhatian siswa terhadap hasil belajar perorangan,
d)
memusatkan pengajaran terhadap mata ajaran dan pertumbuhan yang bersifat
mendidik, bukan kepada tuntutan-tuntutan guru,
e)
memberi peluang siswa untuk maju secara optimal dan mengembangkan kemampuan
yang dimilikinya,
f)
latihan-latihan tidak diperlukan bagi anak yang cerdas, karena dapat
menimbulkan kebiasaan dan merasa puas dengan hasil belajar yang ada,
g)
menumbuhkan hubungan pribadi yang menyenangkan siswa dan guru,
h)
memberi kesempatan bagi para siswa yang pandai untuk melatih inisiatif berbuat
yang lebih baik,
i)
mengurangi hambatan dan mencegah eliminasi terhadap para siwa yang tergolong
lamban.
Sedangkan kelemahan pembelajaran
pendekatan individual sebagai berikut dapat dilihat secara umum dan khusus.
Kelemahan secara umum:
a)
proses pembelajaran relative memakan banyak waktu sesuai dengan jumlah bahan
yang dihadapi dan jumlah peserta didik.
b)
Motivasi siswa mungkin sulit dipertahankan karena perbedaan-perbedaan
individual yang dimiliki oleh peserta didik sehingga dapat membuat beberapa
siswa rendah diri/minder dalam pembelajaran.
c)
Adanya penggunaan pasangan guru dan siswa dalam manajemen kelas regular secara
perorangan, sehingga terjadi kemungkinan sebagaian peserta didik tidak dapat
dikelola dengan baik.
d)
Guru-guru yang sudah terbiasa dengan cara-cara lama akan mengalami hambatan
untuk menyelenggarakan pendekatan ini karena menuntut kesabaran dan penguasaan
materi secara lebih luas dan menyeluruh.
2. Pendekatan
Kelompok
Dalam kegiatan belajar mengajar
terkadang ada juga guru yang menggunakan pendekatan lain, yakni pendekatan
kelompok. Pendekatan kelompok memang suatu waktu diperlukan dan pelu digunakan
untuk membina dan mengembangkan sikap sosial anak didik. Hal ini disadari
bahwa anak didik adalah sejenis makhluk homo secius, yakni makhluk yang
berkecendrungan untuk hidup bersama.
Dengan pendekatan kelompok,
diharapkan dapat ditumbuh kembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap
anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egois yang ada dalam diri
mereka masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial dikelas.
Tentu saja sikap ini pada hal-hal yang baik saja. Mereka sadar bahwa hidup ini
saling ketergantungan, seperti ekosistem dalam mata rantai kehidupansemua
makhluk hidup di dunia. Tidak ada makhluk hidup yang terus menerus berdiri
sendiri tanpa keterlibatan makhluk lain, langsung atau tidak langsung, disadari
atau tidak, makhluk lain itu ikut ambil bagian dalam kehidupan makhluk
tertentu.
Anak didik dibiasakan hidup
bersama, bekerja sama dalam kelompok, akan menyadari bahwa dirinya ada
kekurangan dan kelebihan. Yang mempunyai kelebihan dengan ikhlas mau membantu
mereka yang memponyai kekurangan. Sebaliknya, mereka yang mempunyai kekurangan
dengan rela hati mau belajar dari mereka yang mempunyai kelebihan. Tanpa ada
rasa minder. Persaingan yang positif pun terjadi dikelas dalam rangka untuk
mencapai prestasi belajr yang optimal. Inilah yang diharapkan, yakni anak didik
yang aktif, kreatif, dan mandiri.
Ketika guru akan menggunakan
pendekatan kelompok, maka guru harus sudah mempertimbangkan bahwa hal itu tidak
bertentangan dengan tujuan, fasilitas belajar pendukung, metode yang akan
dipakai sudah dikuasai, dan bahan yang akn diberikan kepada anak didik memang
cocok didekati dengan pendekatan kelompok. Karena itu, pendekatan kelompok
tidak bisa dilakukan secara sembarangan, tetapi harus mempertimbangkan hah-hal
yang ikut mempengaruhi penggunaannya.
Dalam pengolahan kelas, terutama
yang berhubungan dengan penempatan anak didik, pendekatan kelompok sangat
diperlukan . Perbedaan individual anak didik, pada aspek biologis, intelektual,
dan psikologis dijadikan sebagai pijakan dalam melakukan pendekatan kelompok.
3. Pendekatan
Bervariasi
Ketika guru dihadapkan kepada
permasalahan anak didik yang bermasalah, maka guru akan berhadapan dengan
permasalahan yang bervariasi. Setiap masalah yang dihadapi oleh anak didik
tidak selalu sama, terkadang ada perbedaan.
Dalam belajar, anak didik
mempunyai motivasi yang berbeda. Pada satu sisi anak didik mempunyai motivasi
yang rendah, tetapi pada saat lain anak didik mempunyai motivasi yang tinggi.
Anak didik yang satu bergairah belajar, anak didik yang lain kurang bergairah
belajar. Sementara sebagian besar anak belajar, satu atau dua orang anak tidak
ikut belajar. Mereka duduk dan berbicara (berbincang-bincang) satu sama lain
tentang hal-hal lain yang terlepas dari masalah pelajaran.
Dalam mengajar, guru yang hanya
menggunakan satu metode biasanya sukar menciptakan suasana kelas yang kondusif
dalam waktu yang relatif lama. Bila terjadi perubahan suasana kelas, sulit menormalkannya
kembali. Ini sebagai ada tandanya gangguan dalam proses belajar mengajar.
Akibatnya, jalannya pelajaran menjadi kurang efektif, efisiensi, dan
efektivitas pencapaian tujuan pun jadi terganggu. Disebabkan anak didik kurang
mampu berkonsentrasi.metode yang hanya satu-satunya dipergunakan tidak dapat
diperankan, karena memang gangguan itu terpangkal dari kelemahan metode
tersebut. Karena itu, dalam mengajar kebanyakan guru menggunakan beberapa
metode dan jarang sekali menggunakan satu metode.
Permasalahan yang dihadapi oleh
setiap anak didik bervariasi, maka pendekatan yang digunakan pun akan lebih
tepat dengan pendekatan bervariasi pula. Pendekatan bervariasi bertolak dari
konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik dalam belajar
bermacam-macam. Kasus yang biasanya muncul dalam penagajaran dengan berbagai
motif, sehingga diperlukan variasi teknik pemecahan untuk setiap kasus. Maka
kiranya pendekatan bervariasi ini sebagai alat yang dapat guru gunakan untuk
kepentingan pengajaran.
4. Pendekatan
Edukatif
Apapun yang guru lakukan dalam
pendidikan dan pengajaran dengan tujuan untuk mendidik, bukan karena
motif-motif lain, seperti karena dendam, karena gengsi, karena ingin ditakuti
dan sebagainya.
Anak didik yang telah melakukan
kesalahan, yakni membuat keributan didalam kelas ketika guru sedang
memberikanpelajaran, misalnya, tidak tepat diberi sanksi hokum dengan cara
memukul badannya sehingga luka atau cidera. Hal ini adalah sanksi hukum yang
tidak bernilai pendidikan. Guru telah melakukan sanksi hukum yang salah. Guru
telah menggunakan teori power, yakni teori kekuasaan untuk menundukkan orang
lain. Dalam pendidikan, guru akan kurang arif dan bijaksana bila menggunakan
kekuasaan. Karena hal itu bisa merugikan pertumbuhan dan perkembangan
kepribadian anak didik. Pendekatan yang benar bagi guru adalah dengan melakukan
pendekatan edukatif. Setiap tindakan dan perbuatan yang dilakukan guru harus
bernilai pendidikan dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar agar
menghargai norma hukum, norma susila, norma sosial dan norma agama.
Cukup banyak sikap dan perbuatan
yang harus guru lakukan untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada anak
didik. Salah satu contohnya, misalnya, ketika lonceng tanda masuk kelas telah
berbunyi, anak-anak jangan dibiarkan masuk dulu, tetapi suruhlah mereka
berbaris di depan pintu masuk dan perintahkanlah ketua kelas untuk mengatur
barisan. Semua anak perempuan berbaris dalam kelompok sejenisnya. Demikian juga
semua anak laki-laki, berbaris dalam kelompok sejenisnya. Jadi, berisan
dibentuk menjadi dua dengan pandangan terarah kepintu masuk. Di sisi pintu
masuk guru berdiri sambil mengontrol bagaimana anak-anak berbarisdi depan pintu
masuk kelas. Semua anak di persilahkan masuk oleh ketua kelas. Mereka pun satu
persatu masuk kelas, mereka satu persatu menyalami guru. Semua anak-anak masuk
dan pelajaran pun dimulai.
Contoh diatas menggambarkan
pendekatan edukatif yang di lakukan telah oleh guru dengan menyuruh anak didik
berbaris di depan pintu masuk kelas. Guru telah meletakkan tujuan untuk membina
watak anak didik dengan pendidikan akhlak yang mulia.
Kasus yang terjadi di sekolah
biasanya tidak hanya satu, tetapi bermacam-macam jenis dan tigkat kesukarannya.
Hal ini menghendaki pendekatan yang tepat. Berbagai kasus yang terjadi selain
dapat didekati dengan pendekatan individual, pendekatan kelompok, dan juga
pendekatan kelompok. Namun yang penting untuk di ingat adalah bahwa pendekatan
individual harus bedampingan dengan pendekatan edukatif. Pendekatan kelompok
harus berdampingan dengan pendekatan edukatif, dan pendekatan bervariasi harus
berdampingan dengan pendekatan edukatif. Dengan demikian, semua pendekatan yang
dilakukan oleh guru harus bernilai edukatif, dengan tujuan mendidik.
5. Pendekatan
Keagamaan
Pendidikan dan pelajaran
disekolah tidak hanya memberikan satu atau dua macam mata pelajaran, tetapi
terdiri dari banyak mata pelajaran. Dalam prateknya tidak hanya digunakan satu,
tetapi bisa juga penggabungan dua atau lebih pendekatan.
Dengan penerapan prinsip-prinsip
mengajar seperti prinsip korelasi dan sosialisasi, guru dapat menyisipkan
pesan-pesan keagamaan untuk semua mata pelajaran. Khususnya untuk mata
pelajaran umum sangat penting dengan pendekatan keagamaan. Hal ini dimaksudkan
agar nilai budaya ini tidak sekuler, tetapi menyatu dengan nilai agama. Tentu
sajaguru harus menguasai ajaran-ajaran agama yang sesuai dengan mata pelajaran
yang dipegang. Mata pelajaran biologi, misalnya, bukan terpisah dari masalah
agama,tetapi ada hubunganya. Persoalan nya sekarng terletak mau atau tidaknya
guru mata pelajaran tersebut.
Pendekatan agama dapat membantu
guru untuk memperkecil kerdilnya jiwa agama didalam diri siswa, agar
nilai-nilai agamanya tidak dicemoohkan dan dilecehkan, tetapi diyakini, dipahami,dihayati
dan diamalkan secara hayat siswa dikandung badan.
6. Pendekatan
Kebermaknaan
Bahasa adalah alat untuk
menyampaikan dan memahami gagasan pikiran, pendapat, dan perasaan, secara lisan
atau tulisan. Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan makna yang diwujudkan
melalui struktur (tata bahasa dan kosa kata). Dengan demikian struktur berperan
sebagai alat pengungkapan makna (gagasan, pikiran, pendapat dan perasaan). Jadi
pendekatan kebermaknaan adalah pendekatan yang memasukkan unsur-unsur terpenting
yaitu pada bahasa dan makna. Misalnya pendekatan dalam rangka penguasaan bahasa
Inggris.
Bahasa Inggris adalah bahasa
asing yang pertama di indonesia yang dianggap penting untuk tujuan penyerapan
dan pengembangan ilmu pengetahuan. Kegagalan penguasaan bahasa inggris oleh
siswa salah satu sebabnya kurang tepatnya pendekatan yang digunakan oleh guru
selain faktor lain seperti faktor sejarah, fasilitas, dan lingkungan serta
kompetensi guru itu sendiri. Karenanya perlu dipecahkan. Salah satu alternatif
ke arah pemecahan masalah tersebut diajukanlah pendekatan baru, yaitu
pendekatan kebermaknaan. Ada beberapa konsep penting yang menyadari
pendekatan ini sebagai berikut :
·
Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan makna yang diwujudkan melalui struktur
( tata bahasa dan kosa kata).
·
Makna ditentukan oleh lingkup kebahasaan maupun lingkup situasi yang merupakan
konsep dasar dalam pendekatan kebermaknaan pengajaran bahasa yang natural.
·
Makna dapat diwujudkan melalui kalimat yang berbeda, baik secara lisan maupun
tertulis. Suatu kalimat dapat mempunyai makna yang berbeda tergantung pada
situasi saat kalimat digunakan.
·
Belajar bahasa asing adalah belajar berkomunikasi melalui bahasa tersebut,
sebagai bahasa sasaran, baik secara lisan maupun tertulis. Belajar
berkomunikasi ini perlu didukung oleh pembelajaran unsur-unsur bahasa sasaran.
·
Motivasi belajar siswa merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan
belajarnya. Kadar motivasi ini banyak ditentukan oleh kadar kebermaknaan bahan
peljaran dan kegiatan pembelajaran siswa yang bersangkutan.
·
Bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaran menjadi lebih penting bermakna bagi
siswa jika berhubungan dengan kebutuhan siswa yang berkaitan dengan pengalaman,
minat, tata nilai, dan masa depannya.
·
Dalam proses belajar mengajar siswa merupakan subjek utama, tidak hanya sebagai
objek belaka. Karena itu, ciri-ciri dan kebutuhan mereka harus dipertimbangkan
dalam segala keputusan yang berkaitan dengan pengajaran.
·
Dalam proses belajar mengajar guru berperan sebagai fasilitator yang membantu
siswa mengembangkan ketrampilan berbahasanya.
0 comments :
Post a Comment