MACAM-MACAM TEORI BELAJAR BAHASA MENURUT BEBERAPA PARA AHLI

Written By putrajunio on Tuesday, May 13, 2014 | 4:41 AM

Teori Behaviorisme
John B. Watson (1878-1958) dari Amerika .Teorinya memusatkanperhatiannya pada aspek yang dirasakan secara langsung pada perilaku berbahasa serta hubungan antara stimulus dan respons pada dunia sekelilingnya. Menurut teori ini, semua perilaku, termasuk tindak balas (respons) ditimbulkan oleh adanya rangsangan (stimulus). Jika rangsangan telah diamati dan diketahui maka gerak balas pun dapat diprediksikan. Watson juga dengan tegas menolak pengaruh naluri (instinct) dan kesadaran terhadap perilaku. Jadi setiap perilaku dapat dipelajari menurut hubunganstimulus - respons.

Teori Behavior  Skinner (1957) Kemampuan berbicara dan memahami bahasa diperoleh melalui rangsangan lingkungan. Anak hanya merupakan penerima pasif dari tekanan lingkungan. Anak tidak memiliki peran aktif  dalam perilaku verbalnya. Menurut Skinner, perilaku verbal adalah perilaku yang dikendalikan oleh akibatnya. Bila akibatnya itu hadiah, perilaku itu akan terus dipertahankan. Kekuatan serta frekuensinya akan terus dikembangkan. Bila akibatnya hukuman, atau bila kurang adanya penguatan, perilaku itu akan diperlemah atau pelan-pelan akan disingkirkan.Skinner memanipulasikan pengalamannya ke dalam teori belajar bahasa. Menurut Skinner tingkah laku bahasa dapat dilakukan dengan cara penguatan.

Penguatan itu dapat terjadi melalui dua proses yaitu stimulus dan respons. Dengan demikian, yang paling penting adalah mengulang-ulang stimulus dalam bentuk respons. Skinner mengatakan pula bahwa belajar bahasa merupakan masalah stimulus, respons, ulangan dan ganjaran. Setiap penampilan anak selalu merupakan stimulus dan respons. Tuturan berupa stimulus dan respons diperkuat kembali dengan ulangan. Jadi, belajar bahasa adalah, stimulus-respons, penguatan, ulangan dan tiruan (Roekhan dan Nurhadi: 1990: 13). 

Teori behaviorisme dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Dalam pembelajaran bahasa, teori ini memandang organisme itu adalah siswa, stimulus itu pengajaran yang diwujudkan dalam bentuk tugas, perintah atau contoh, sedangkan respons adalah tingkahlaku bahasa siswa sebagai reksi terhadap pengajaran yang diajarkan guru dan penguatan adalah balikan dari guru yang dinyatakan dalam bentuk pujian dan penguatan verbal/ nonverbal. Pavlov berpendapat bahwa pembelajaran merupakan rangkaian panjang dari respons-respons yang dibiasakan.

Teori Nativisme atau Mentalistik
Pemerolehan bahasa pada manusia tidak boleh disamakan dengan proses pengenalan yang terjadi pada hewan. Mereka tidak memandang penting pengaruh dari lingkungan sekitar. Selama belajar bahasa pertama sedikit demi sedikit manusia akan membuka kemampuan lingualnya yang secara genetis telah terprogramkan. Dengan perkataan lain, mereka menganggap bahwa bahasa merupakan pemberian biologissejak lahir. Chomsky (Ellis, 1986: 4-9)  Mereka merupakan tokoh Teori Nativismemengatakan bahwasannya hanya manusialah satu-satunya makhluk Tuhan yang dapat melakukan komunikasi lewat bahasa verbal. Selain itu bahasa juga sangat kompleks oleh sebab itu tidak mungkin manusia belajar bahasa dari makhluk Tuhan yang lain. Chomsky juga menyatakan bahwa setiap anak yang lahir ke dunia telah memiliki bekal dengan apa yang disebutnya “alat penguasaan bahasa” atau LAD (language Acquisition Device).

Teori Kognitivisme
Jika pendekatan kaum behavioristik bersifat empiris maka pendekatan yang dianut golongan kognitivistik lebih bersifat rasionalis. Konsep sentral dari pendekatan ini yakni kemampuan berbahasa seseorang berasal dan diperoleh sebagai akibat dari kematangan kognitif sang anak. Mereka beranggapan bahwa bahasa itu distrukturkan atau dikendalikan oleh nalar manusia. Pendekatan Kognitif Menjelaskan Bahwa:  Dalam belajar bahasa, bagaimanakah cara  kita berpikir,  belajar terjadi dari kegiatan mental internal dalam diri kita,belajar bahasa merupakan proses berpikir yang kompleks.

Dalam teori kognitivisme terdapat Pola Tahapan Proses Belajar Bahasa  yang disesuaikan dengan tingkat usia (Sesuai Umur) . Adapun pola yang ada sebagai berikut : a)Asimilasi: proses penyesuaian pengetahuan baru dengan struktur kognitif. b)Akomodasi: proses penyesuaian struktur kognitif dengan pengetahuan baru c)Disquilibrasi: proses penerimaan pengetahuan baru yang tidak sama dengan yang telah diketahuinya. d) Equilibrasi: proses penyeimbang mental setelah terjadi proses asimilasi.

Teori Fungsional (interaksionis)
Bahasa merupakan manifestasi kemampuan kognitif dan efektif untuk menjelajah dunia, untuk berhubungan dengan orang lain dan juga keperluan terhadap diri sendirisebagai manusia. Lebih lagi kaedah generatif yang diusulkan di bawah naungan nativisme itu bersifat abstrak, formal, eksplisit dan logis, meskipun kaidah itu lebih mengutamakan pada bentuk bahasa dan tidak pada tataran fungsional yang lebih dari makna yang dibentuk dari makna yang dibentuk dari interaksi sosial. 

Menurut SlobinTeori Fungsional (Interaksionis) : 
1) Pada asas fungsional, perkembangan diikuti oleh perkembangan kapasitas komunikatif dan konseptual yang beroperasi dalam konjungsi dengan skema batin konjungsi .
2) Pada asas formal, perkembangan diikuti oleh kapasitas perseptual dan pemerosesan informasi yang bekerja dalam konjungsi dan skema batin tata bahasa.

Teori Konstruktivisme (Jean Piaget dan Leu Vygotski)
Ahli kontruktivisme menyatakan bahwa manusia membentuk versi mereka sendiri terhadap kenyataan, mereka menggandakan beragam cara untuk mengetahui dan menggambarkan sesuatu untuk mempelajari pemerolehan bahasa pertama dan kedua. Siswa dapat benar-benar memahami konsep ilmiah dan sains karena telah mengalaminya. Dalam kerjanya, ahli konstruktif  menciptakan lingkungan belajar yang inovatif dengan melibatkan guru dan pelajar untuk memikirkan dan mengoreksi pembelajaran. 
Untuk itu ada dua hal yang harus dipenuhi, yaitu: 
1) Pembelajar harus berperan aktif dalam menyeleksi dan menetapkan kegiatanbelajar yg menarik dan memotivasi pelajar, 
2) Harus ada guru yang tepat untuk membantu pelajar-pelajar membuat konsep-konsep, nilai-nilai, skema, dan kemampuan memecahkan masalah.   

Teori Humanisme
Tujuan utama dari teori ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa agar bisa berkembang di tengah masyarakat. 
Teori humanisme menurut Coombs (1981): 
1)Pengajaran disusun berdasarkan kebutuhan-kebutuhan dan tujuan siswa.
2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengaktualisasikan dirinya untuk menumbuhkan kepercayaan dirinya. 
3) Pengajaran disusun untuk memperoleh keterampilan dasar (akademik, pribadi, antar pribadi, komunikasi, dan ekonomi).
4)Memilih dan memutuskan aktivitas pengajaran secara individual dan mampu .
5) Mengenal pentingnya perasaan manusia, nilai, dan persepsi. suasana belajar yang menantang dan bisa dimengerti. 
6) Mengembangkan tanggung jawab siswa, mengembangkan sikap tulus, respek, dan menghargai orang lain, dan terampil dalam menyelesaikan konflik.

Teori Sibernetik
Istilah sibernetika berasal dari bahasa Yunani (Cybernetics berarti pilot). Istilah Cybernetics yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi sibernetika, pertama kali digunakan th.1945 oleh Nobert Wiener dalam bukunya yang berjudul Cybernetics. Nobert mendefinisikan Cybernetics sebagai berikut," The study of control and communication in the animal and the machine." Istilah sibernetika digunakan juga oleh Alan Scrivener (2002) dalam bukunya 'A Curriculum for Cybernetics and Systems Theory.' Sebagai berikut "Study of systems which can be mapped using loops (or more complicated looping structures) in the network defining the flow of information. Systems of automatic control will of necessity use at least one loop of information flow providing feedback."

Artinya studi mengenai sistem yang bisa dipetakan menggunakan loops (berbagai putaran) atau susunan sistem putaran yang rumit dalam jaringan yang menjelaskan arus informasi. Sistem pengontrol secara otomatis akan bermanfaat, satu putaran informasi minimal akan menghasilkan feedback. Sementara Ludwig Bertalanffy memandang fungsi sibernetik dalam berkomunikasi. Sibernetika adalah teori sistem pengontrol yang didasarkan pada komunikasi (penyampaian informasi) antara sistem dan lingkungan dan antar sistem, pengontrol (feedback) dari sistem berfungsi dengan memperhatikan lingkungan. Seiring perkembangan teknologi informasi yang diluncurkan oleh para ilmuwan dari Amerika sejak tahun 1966, penggunaan komputer sebagai media untuk menyampaikan informasi berkembang pesat. Teknologi ini juga dimanfaatkan dunia pendidikan terutama guru untuk berkomunikasi sesama relasi, mencari handout (buku materi ajar), menerangkan materi pelajaran atau pelatihan, bahkan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa.


Prinsip dasar teori sibernetik yaitu menghargai adanya 'perbedaan', bahwa suatu hal akan memiliki perbedaan dengan yang lainnya, atau bahwa sesuatu akan berubah seiring perkembangan waktu. Pembelajaran digambarkan sebagai : INPUT => PROSES => OUTPUTTeori sibernetik diimplementasikan dalam beberapa pendekatan pengajaran (teaching approach) dan metode pembelajaran, yang sudah banyak diterapkan di Indonesia. Misalnya virtual learning, e-learning, dll. 

Bagikan ke :

Facebook Google+ Twitter Digg Technorati Reddit

Ditulis Oleh : putrajunio ~ The Secret Blog

Muh.Akram Anda sedang membaca artikel berjudul MACAM-MACAM TEORI BELAJAR BAHASA MENURUT BEBERAPA PARA AHLI yang ditulis oleh The Secret Blog yang berisi tentang : Dan Maaf, Anda tidak diperbolehkan mengcopy paste artikel ini.

Blog, Updated at: 4:41 AM

0 comments :

Post a Comment

The Secret Blog © 2014. All Rights Reserved.
SEOCIPS Areasatu