Teori Behaviorisme
John B.
Watson (1878-1958) dari Amerika .Teorinya memusatkanperhatiannya pada aspek yang
dirasakan secara langsung pada perilaku berbahasa serta hubungan antara
stimulus dan respons pada dunia sekelilingnya. Menurut teori ini, semua
perilaku, termasuk tindak balas (respons) ditimbulkan oleh adanya
rangsangan (stimulus). Jika rangsangan telah diamati dan diketahui maka
gerak balas pun dapat diprediksikan. Watson juga dengan tegas menolak pengaruh
naluri (instinct) dan kesadaran terhadap perilaku. Jadi setiap
perilaku dapat dipelajari menurut hubunganstimulus - respons.
Teori Behavior Skinner (1957) . Kemampuan berbicara dan memahami
bahasa diperoleh melalui rangsangan lingkungan. Anak hanya merupakan penerima
pasif dari tekanan lingkungan. Anak tidak memiliki peran aktif dalam
perilaku verbalnya. Menurut Skinner, perilaku verbal adalah perilaku yang
dikendalikan oleh akibatnya. Bila akibatnya itu hadiah, perilaku itu akan terus
dipertahankan. Kekuatan serta frekuensinya akan terus dikembangkan. Bila
akibatnya hukuman, atau bila kurang adanya penguatan, perilaku itu akan
diperlemah atau pelan-pelan akan disingkirkan.Skinner memanipulasikan
pengalamannya ke dalam teori belajar bahasa. Menurut Skinner tingkah laku
bahasa dapat dilakukan dengan cara penguatan.
Penguatan itu dapat terjadi melalui dua proses yaitu
stimulus dan respons. Dengan demikian, yang paling penting adalah
mengulang-ulang stimulus dalam bentuk respons. Skinner mengatakan pula bahwa
belajar bahasa merupakan masalah stimulus, respons, ulangan dan ganjaran.
Setiap penampilan anak selalu merupakan stimulus dan respons. Tuturan berupa
stimulus dan respons diperkuat kembali dengan ulangan. Jadi, belajar bahasa
adalah, stimulus-respons, penguatan, ulangan dan tiruan (Roekhan dan Nurhadi:
1990: 13).
Teori behaviorisme dengan
model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai
individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode
pelatihan atau pembiasaan semata. Dalam pembelajaran bahasa, teori ini
memandang organisme itu adalah siswa, stimulus itu pengajaran yang diwujudkan
dalam bentuk tugas, perintah atau contoh, sedangkan respons adalah tingkahlaku
bahasa siswa sebagai reksi terhadap pengajaran yang diajarkan guru dan
penguatan adalah balikan dari guru yang dinyatakan dalam bentuk pujian dan
penguatan verbal/ nonverbal. Pavlov berpendapat bahwa pembelajaran merupakan rangkaian panjang dari
respons-respons yang dibiasakan.
Teori Nativisme atau Mentalistik
Pemerolehan
bahasa pada manusia tidak boleh disamakan dengan proses pengenalan yang terjadi
pada hewan. Mereka tidak memandang penting pengaruh dari lingkungan sekitar.
Selama belajar bahasa pertama sedikit demi sedikit manusia akan membuka
kemampuan lingualnya yang secara genetis telah terprogramkan. Dengan perkataan
lain, mereka menganggap bahwa bahasa merupakan pemberian biologissejak
lahir. Chomsky (Ellis, 1986: 4-9) Mereka merupakan tokoh Teori
Nativismemengatakan bahwasannya hanya manusialah satu-satunya makhluk Tuhan
yang dapat melakukan komunikasi lewat bahasa verbal. Selain itu bahasa juga
sangat kompleks oleh sebab itu tidak mungkin manusia belajar bahasa dari
makhluk Tuhan yang lain. Chomsky juga menyatakan bahwa setiap anak yang lahir
ke dunia telah memiliki bekal dengan apa yang disebutnya “alat penguasaan
bahasa” atau LAD (language Acquisition Device).
Teori Kognitivisme
Jika
pendekatan kaum behavioristik bersifat empiris maka pendekatan yang dianut
golongan kognitivistik lebih bersifat rasionalis. Konsep sentral dari
pendekatan ini yakni kemampuan berbahasa seseorang berasal dan diperoleh
sebagai akibat dari kematangan kognitif sang anak. Mereka beranggapan bahwa
bahasa itu distrukturkan atau dikendalikan oleh nalar manusia. Pendekatan
Kognitif Menjelaskan Bahwa: Dalam belajar bahasa, bagaimanakah cara kita berpikir, belajar terjadi dari kegiatan mental internal dalam
diri kita,belajar
bahasa merupakan proses berpikir yang kompleks.
Dalam teori kognitivisme terdapat Pola Tahapan Proses Belajar Bahasa
yang disesuaikan dengan tingkat usia (Sesuai Umur) . Adapun pola yang ada sebagai berikut : a)Asimilasi: proses penyesuaian
pengetahuan baru dengan struktur kognitif. b)Akomodasi: proses penyesuaian struktur kognitif
dengan pengetahuan baru c)Disquilibrasi: proses penerimaan pengetahuan baru yang tidak sama dengan
yang telah diketahuinya. d) Equilibrasi: proses penyeimbang mental setelah terjadi proses asimilasi.
Teori Fungsional (interaksionis)
Bahasa
merupakan manifestasi kemampuan kognitif dan efektif untuk menjelajah dunia,
untuk berhubungan dengan orang lain dan juga keperluan terhadap diri
sendirisebagai manusia. Lebih lagi kaedah generatif yang diusulkan di bawah
naungan nativisme itu bersifat abstrak, formal, eksplisit dan logis, meskipun
kaidah itu lebih mengutamakan pada bentuk bahasa dan tidak pada tataran
fungsional yang lebih dari makna yang dibentuk dari makna yang dibentuk dari
interaksi sosial.
Menurut SlobinTeori
Fungsional (Interaksionis) :
1) Pada
asas fungsional, perkembangan diikuti oleh perkembangan kapasitas komunikatif
dan konseptual yang beroperasi dalam konjungsi dengan skema batin konjungsi .
2) Pada
asas formal, perkembangan diikuti oleh kapasitas perseptual dan pemerosesan
informasi yang bekerja dalam konjungsi dan skema batin tata bahasa.
Teori Konstruktivisme (Jean Piaget dan Leu Vygotski)
Ahli
kontruktivisme menyatakan bahwa manusia membentuk versi mereka sendiri terhadap
kenyataan, mereka menggandakan beragam cara untuk mengetahui dan menggambarkan
sesuatu untuk mempelajari pemerolehan bahasa pertama dan kedua. Siswa
dapat benar-benar memahami konsep ilmiah dan sains karena telah mengalaminya. Dalam
kerjanya, ahli konstruktif menciptakan lingkungan belajar yang inovatif dengan
melibatkan guru dan pelajar untuk memikirkan dan mengoreksi pembelajaran.
Untuk itu
ada dua hal yang harus dipenuhi, yaitu:
1) Pembelajar
harus berperan aktif dalam menyeleksi dan menetapkan kegiatanbelajar yg menarik dan memotivasi
pelajar,
2) Harus
ada guru yang tepat untuk membantu pelajar-pelajar membuat konsep-konsep,
nilai-nilai, skema, dan kemampuan memecahkan masalah.
Teori Humanisme
Tujuan
utama dari teori ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa agar bisa
berkembang di tengah masyarakat.
Teori
humanisme menurut Coombs (1981):
1)Pengajaran
disusun berdasarkan kebutuhan-kebutuhan dan tujuan siswa.
2) Memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengaktualisasikan dirinya untuk menumbuhkan
kepercayaan dirinya.
3) Pengajaran
disusun untuk memperoleh keterampilan dasar (akademik, pribadi, antar pribadi,
komunikasi, dan ekonomi).
4)Memilih
dan memutuskan aktivitas pengajaran secara individual dan mampu .
5) Mengenal
pentingnya perasaan manusia, nilai, dan persepsi. suasana belajar yang
menantang dan bisa dimengerti.
6) Mengembangkan
tanggung jawab siswa, mengembangkan sikap tulus, respek, dan menghargai orang
lain, dan terampil dalam menyelesaikan konflik.
Teori Sibernetik
Istilah sibernetika berasal dari bahasa Yunani (Cybernetics
berarti pilot). Istilah Cybernetics yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia
menjadi sibernetika, pertama kali digunakan th.1945 oleh Nobert Wiener dalam
bukunya yang berjudul Cybernetics. Nobert mendefinisikan Cybernetics sebagai
berikut," The study of control and communication in the animal and the
machine." Istilah sibernetika digunakan juga oleh Alan Scrivener (2002)
dalam bukunya 'A Curriculum for Cybernetics and Systems Theory.' Sebagai
berikut "Study of systems which can be mapped using loops (or more
complicated looping structures) in the network defining the flow of
information. Systems of automatic control will of necessity use at least one
loop of information flow providing feedback."
Artinya studi mengenai sistem yang bisa dipetakan
menggunakan loops (berbagai putaran) atau susunan sistem putaran yang rumit
dalam jaringan yang menjelaskan arus informasi. Sistem pengontrol secara
otomatis akan bermanfaat, satu putaran informasi minimal akan menghasilkan
feedback. Sementara Ludwig Bertalanffy memandang fungsi sibernetik dalam
berkomunikasi. Sibernetika adalah teori sistem pengontrol yang didasarkan pada
komunikasi (penyampaian informasi) antara sistem dan lingkungan dan antar
sistem, pengontrol (feedback) dari sistem berfungsi dengan memperhatikan
lingkungan. Seiring perkembangan teknologi informasi yang diluncurkan oleh para
ilmuwan dari Amerika sejak tahun 1966, penggunaan komputer sebagai media untuk
menyampaikan informasi berkembang pesat. Teknologi ini juga dimanfaatkan dunia
pendidikan terutama guru untuk berkomunikasi sesama relasi, mencari handout
(buku materi ajar), menerangkan materi pelajaran atau pelatihan, bahkan untuk
mengevaluasi hasil belajar siswa.
Prinsip dasar teori sibernetik yaitu menghargai adanya
'perbedaan', bahwa suatu hal akan memiliki perbedaan dengan yang lainnya, atau
bahwa sesuatu akan berubah seiring perkembangan waktu. Pembelajaran digambarkan
sebagai : INPUT => PROSES => OUTPUTTeori sibernetik diimplementasikan
dalam beberapa pendekatan pengajaran (teaching approach) dan metode
pembelajaran, yang sudah banyak diterapkan di Indonesia. Misalnya virtual
learning, e-learning, dll.
0 comments :
Post a Comment