Pengembangan
pembelajaran berbasis e-learning perlu dirancang secara cermat sesuai tujuan
yang diinginkan. Jika kita setuju bahwa e-learning di dalamnya juga termasuk
pembelajaran berbasis internet, maka pendapat Haughey (1998) perlu
dipertimbangkan dalam pengembangan e-learning. Menurutnya ada tiga kemungkinan
dalam pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet, yaitu web course, web centric course, dan web enhanced course”. Web course adalah penggunaan internet untuk keperluan
pendidikan, yang mana peserta didik dan pengajar sepenuhnya terpisah dan tidak
diperlukan adanya tatap muka. Seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi,
penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan pembelajaran lainnya sepenuhnya
disampaikan melalui internet. Dengan
kata lain model ini menggunakan sistem jarak jauh.
Web centric course adalah penggunaan internet yang memadukan antara belajar
tanpa tatap muka (jarak jauh) dan tatap muka (konvensional). Sebagian materi disampaikan melalui
internet, dan sebagian lagi melalui tatap muka. Fungsinya saling melengkapi.
Dalam model ini pengajar bisa memberikan petunjuk pada siswa untuk mempelajari
materi pelajaran melalui web yang telah dibuatnya. Siswa juga diberikan arahan
untuk mencari sumber lain dari situs-situs yang relevan. Dalam tatap muka,
peserta didik dan pengajar lebih banyak diskusi tentang temuan materi yang
telah dipelajari melalui internet tersebut.
Hasil penelitian yang
menguji penggunaan teknologi pembelajaran bagi siswa (dengan mengakses website
yang merujuk pada tampilan powerpoint untuk catatan dan persiapan ujian) dan
metode belajar yang relatif lebih tradisional (membaca buku teks dan mencatat
di kelas dari buku), serta pengaruh strategi belajar terhadap nilai ujian
mereka dan kehadiran di kelas, menunjukkan siswa yang digolongkan tinggi pada
penggunaan teknologi dan metode belajar
tradisional menunjukkan prestasi dan kehadiran yang lebih tinggi daripada siswa
yang digolongkan rendah dalam penggunaan kedua metode belajar yang menggunakan
teknologi dan metode belajar tradisional. (Kathleen Debevec, 2006).
Model web
enhanced course adalah pemanfaatan internet untuk menunjang peningkatan
kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Fungsi internet adalah untuk
memberikan pengayaan dan komunikasi antara peserta didik dengan pengajar,
sesama peserta didik, anggota kelompok, atau peserta didik dengan nara sumber
lain. Oleh karena itu peran pengajar dalam hal ini dituntut untuk menguasai
teknik mencari informasi di internet, membimbing mahasiswa mencari dan
menemukan situs-situs yang relevan dengan bahan pembelajaran, menyajikan materi
melalui web yang menarik dan diminati, melayani bimbingan dan komunikasi
melalui internet, dan kecakapan lain yang diperlukan.
Pengembangan e-learning
tidak semata-mata hanya menyajikan materi pelajaran secara on-line saja, namun
harus komunikatif dan menarik. Materi pelajaran didesain seolah peserta didik
belajar dihadapan pengajar melalui layar komputer yang dihubungkan melalui
jaringan internet. Untuk dapat menghasilkan e-learning yang menarik dan
diminati, Onno W. Purbo (2002) mensyaratkan tiga hal yang wajib dipenuhi dalam
merancang e-learning, yaitu “sederhana, personal, dan cepat”. Sistem yang
sederhana akan memudahkan peserta didik dalam memanfaatkan teknologi dan menu
yang ada , dengan kemudahan pada panel yang disediakan, akan mengurangi pengenalan
sistem e-learning itu sendiri, sehingga waktu belajar peserta dapat
diefisienkan untuk proses belajar itu sendiri dan bukan pada belajar
menggunakan sistem e-learning-nya.
Komunikasi
atau interaksi antara guru dan murid memang sebaiknya melalui sistem dua arah.
Dalam e-learning, sistem dua arah ini juga bisa diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu:
1. Dilaksanakan melalui cara langsung (synchronous). Artinya pada saat
instruktur memberikan pelajaran, murid dapat langsung mendengarkan; dan
2. Dilaksanakan melalaui cara tidak
langsung (a-synchronous). Misalnya
pesan dari instruktur direkam dahulu sebelum digunakan.
Syarat
personal berarti pengajar dapat berinteraksi dengan baik seperti layaknya
seorang guru yang berkomunikasi dengan murid di depan kelas. Dengan pendekatan
dan interaksi yang lebih personal, peserta didik diperhatikan kemajuannya,
serta dibantu segala persoalan yang dihadapinya. Hal ini akan membuat peserta
didik betah berlama-lama di depan layar komputernya.
Kemudian
layanan ini ditunjang dengan kecepatan, respon yang cepat terhadap keluhan dan
kebutuhan peserta didik lainnya. Dengan demikian perbaikan pembelajaran dapat
dilakukan secepat mungkin oleh pengajar atau pengelola.
Secara ringkas,
e-learning perlu diciptakan seolah-olah peserta didik belajar secara
konvensional, hanya saja dipindahkan ke dalam sistem digital melalui internet.
Oleh karena itu e-leraning perlu mengadaptasi unsur-unsur yang biasa dilakukan
dalam sistem pembelajaran konvensional. Misalnya dimulai dari perumusan tujuan
yang operasional dan dapat diukur, ada apersepsi atau pre test, membangkitkan
motivasi, menggunakan bahasa yang komunikatif, uraian materi yang jelas,
contoh-contoh kongkrit, problem solving, tanya jawab, diskusi, post test,
sampai penugasan dan kegiatan tindak lanjutnya. Oleh karena itu merancang
e-learning perlu melibatkan pihak terkait, antara lain: pengajar, ahli materi,
ahli komunikasi, programmer, seniman, dan sebagainya.
0 comments :
Post a Comment