PRAKTEK PENDIDIKAN YANG DIDASARKAN PADA TEORI-TEORI PENDIDIKAN

Written By putrajunio on Tuesday, May 6, 2014 | 4:25 AM

Di Indonesia yang merupakan negara yang masih berkembang, melihat praktek pendidikan merupakan instrumen dalam proses pembangunan. Oleh karenanya, tidak rnengherankan kalau seiring dengan semangat dan pelaksanaan pembangunan yang dititik-beratkan pada pembangunan ekonomi, praktek pendidikan dijadikan alat untuk dapat mendukung pembangunan ekonomi dengan mempersiapkan tenaga kerja yang diperlukan dalam pembangunan. Dengan kata lain praktek pendidikan yang bersumber pada kebijaksanaan pendidikan banyak ditentukan guna kepentingan pembangunan ekonomi.

Kecepatan perkembangan pendidikan nasional ini cenderung mendorong pendidikan ke arah sistem pendidikan yang bersifat sentralistis. Hal ini dapat ditunjukkan dengan semakin berkembangnya birokrasi untuk menopang proses pengajaran tradisional yang semuanya mengarah pada rigiditas.  Birokrasi pusat cenderung menekankan proses pendidikan secara klasikal dan bersifat mekanistis. Dengan demikian proses pendidikan cenderung diperlakukan sebagaimana sebuah pabrik. Akibatnya pihak-pihak yang terkait dalam pendidikan, khususnya guru dan murid sebagai individu yang memiliki "kepribadian" tidak banyak mendapatkan perhatian kurikulum, guru dan aturan serta prosedur pelaksanaan pengajaran di sekolah dan juga di kelas ditentukan dari pusat dengan segala wewenangnya. Misalnya, guru sebagai pembimbing untuk para peserta didiknya yang memilliki segudang kekuasaan yang sewaktu-waktu dapat digunakan.

Sentralisasi dan berkembangnya birokrasi pendidikan yang semakin luas dan kaku akan menjadikan keseragaman sebagai suatu tujuan. Hasilnya, berkembanglah manusia-manusia dengan mentalitas "juklak" dan "juknis" yang siap diberlakukan secara seragam. Akibat lebih jauh di masyarakat berkembang prinsip persetujuan sebagai kunci sukses; promosi dan komunikasi adalah komando; interaksi dicampurkan dengan pertemuan-pertemuan resmi; dan stabilitas yang dikaitkan dengan tindakan yang tidak mengandung emosi.

Karena kemerosotan kualitas pendidikan dikarenakan ketidak-mampuan organisasi sekolah menyesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan lingkungan sebagai akibat dari birokratisasi dunia, kualitas pendidikan yang bersifatsentralistis, maka untuk meningkatkan kualitas pendidikan harus didasarkan pada kebijaksanaan debirokratisasi dan desentralisasi.

Desentralisasi pendidikan merupakan suatu tindakan mendelegasikan wewenang kepada satuan kerja yang langsung berhubungan dengan peserta didik. Desentralisasi hanya sekedar mengurangi beban tanggung jawab di puncak kekuasaan dengan memberikan sebagian tugas-tugas administrasi kepada aparat yang lebih rendah maka desentralisasi tidak akan banyak artinya sebagai sarana peningkatan kualitas pendidikan. Dewasa ini ketidak-mampuan sekolah meningkatkan kualitas pendidikan mencerminkan ketidak-mampuan struktur dan sistem persekolahan. Kalau tidak ada perubahan yang mendasar pada sistem pendidikan, maka segala upaya peningkatan kualitas akan sia-sia. Oleh karena itu, kebijaksanaan yang diperlukan di dunia pendidikan kita sekarang ini adalah desentralisasi yang mendasar.

Ada beberapa tujuan yang perlu dicapai dengan kebijaksanaan desentralisasi. Pertama, sistem persekolahan harus lebih tanggap terhadap kebutuhan individu peserta didik, guru, dan sekolah. Kedua, iklim pendidikan harus menguntungkan untuk pelaksanaan proses pendidikan.

Di samping mempertanyakan kualitas output pendidikan yang dianggap modern ini, mulai dirasakan bahwa praktek pendidikan cenderung mendorong munculnya generasi terdidik yang bersifat materialistik, individualistik dan konsumtif.

Tekanan kemiskinan menimbulkan obsesi bahwa kekayaan merupakan obat yang harus segera diperoleh dengan segala cara dan dengan biaya apapun juga. Oleh karena tujuan segala kegiatan adalah "kekayaan", dan yang lainnya merupakan instrumental variabel untuk mencapai kekayaan tersebut. Oleh karena itu pendidikan, politik bahkan agama dijadikan sarana dan alat untuk mendapatkan kekayaan. Pendidikan, secara khusus, akan diberlakukan sebagai lembaga yang mencetak "tenaga kerja", bukan lembaga yang menghasilkan "manusia yang utuh"(the whole person). Konsep tersebut akan menimbulkan tekanan yang berlebihan pada hasil tanpa menikmati prosesnya. Sekolah dijalani oleh seseorang agar mendapatkan ijazah untuk bekerja. Proses sekolahnya sendiri tidak pernah dinikmati, karena tidak penting.

Dua mental tersebut bisa menjadi faktor yang akan merusak kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, perlu ada upaya untuk mengembalikan kesadaran di kalangan masyarakat khususnya generasi muda; pentingnya pencapaian tujuan jangka panjang, memahami makna proses yang harus, dilalui dan menyadari akan pentingnya nilai-nilai yang harus muncul dari diri sendiri.

Pendidikan berwawasan luas bersifat sistemik organik, dengan ciri-ciri fleksibel-adaptif dan kreatif-demokratis. Bersifat sistemik-organik berarti sekolah merupakan sekumpulan proses yang bersifat interaktif yang tidak dapat dilihat sebagai hitam-putih, melainkan setiap interaksi harus dilihat sebagai satu bagian dari keseluruhan interaksi yang ada.

Fleksibel-Adaptif, berarti pendidikan lebih ditekankan sebagai suatu proseslearning dari pada teaching. Peserta didik dirangsang memiliki motivasi untuk mempelajari sesuatu yang harus dipelajari dan continues learning. Tetapi, peserta didik tidak akan dipaksa untuk mempelajari sesuatu yang tidak ingin dipelajari. Materi yang. dipelajari bersifat integrated, materi satu dengan yang lain dikaitkan secara padu dan dalam open-system environment. Pada pendidikan ini karakteristik individu mendapat tempat yang layak.

Disini pendidik berperan sebagai orang yang mendukung atau si motivator untuk para peserta didiknya. Dalam dunia pendidikan, hal ini memerlukan suatu teroi yang mendudkung tindakan tersebut yakni teori motivasi. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakaukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Motivasi merupakan kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Atau dengan kata lain, motivasi dapat digambarkan sebagai dorongan mental terhadap perorangan aatau individual sebagai anggota masyarakat. Motivasi juga di jabarkan sebgai proses untuk mencoba mempengaruhi orang lain agar dapat melaksanakan apa yang diinginkan. Teori motivasi cenderung bertumpu pada dorongan dan pencapaian kepuasan serta asas kebutuhan.

Kebutuhan merupakan hal pokok yang mendasar yang selalu dijadikan sebuah maslah bagi masyarakat sekarang. Dengan kebutuhan, mampu menyebabkan seseorang berusaha untuk dapat memenuhinya dengan cara apapun. Motivasi adalah proses psikologis yang dapat menjelaskan perilaku seseorang. Perilaku tersebut pada hakikatnya dirancang untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan demikian motivasi merupakan kekuatan untuk mendorong seseorang melakuakan sesuatu untuk mencapai tujuan. Kekuatan2 ini pada dasarnya dirangsang oleh adanya berbagai macam kebutuhan seperti 1. Keinginan yang hendak dipenuhi. 2. Tingkah laku. 3. Tujuan. 4. Umpan balik.

Motivasi terjadi seseorang mempunyai keinginan dan kemauan untuk melakukan suatu kegiatan atau tindakan dalam dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Motivasi merupakan konsep hipotesis untuk suatu kegiatan yang dipengaruhi oleh persepsi dan tingkah laku seseorang untuk mengubah situasi yang tidak memuaskan lebih menjadi terpuaskan. Atau menyenangkan.

Maslow , sebagai tokoh aliranhumanisme, menyatakan bahwa kebutuhan manusia secara hirarkies semuanya laten dalam diri seseorang atau manusia. Kebutuhan tersebut mencakup kebutuhan fisiologis ( sandang pangan), kebutuhan rasa aman( bebas bahaya), kebuthan kasih sayang, kebutuhan dihargai dan dihormati, kebutuhan aktulaisasi diri. Hal diats merupakan suatu kebutuhan yang mendasar.

Dalam pendidikan, teori ini dilakukan dengan cara memenuhi peserta didik, agar dapat mencapai hasil belajar yang maksimal dan sebaik mungkin. Misalnya: seorang guru dapat memahami keadaan peserta didik mereka secara perorangan, memelihara suasana belajar yang kondusif, keberadaan peserta didik ( rasa aman dalam belajar, kesiapan belajar, bebas dari rasa cemas), dan memperhatikan lingkungan belajar, misalnya, tempat belajar menyenangkan , bebas dari kebisingan atau polusi, tanpa gangguan dalam belajar.

Sifat yang kedua adalah Kreatif-demokratis, berarti pendidikan senantiasa menekankan pada suatu sikap mental untuk senantiasa menghadirkan sesuatu yang baru dan orisinil. Secara paedogogis, kreativitas dan demokrasi merupakan dua sisi dari mata uang. Tanpa demokrasi tidak akan ada proses kreatif, sebaliknya tanpa proses kreatif demokrasi tidak akan memiliki makna. Dalam sifat ini, teori  yang terkait dengan hal ini adalah teori behaviouristik, yakni teori yang yang berbicara tentang perilaku dan sikap seseorang dalam bertindak. Hal ini lah yang mempengaruhi pelaksanaan praktek pendidikan di Indonesia secara lancar. Yang mana dengan pendidikan, manusia dapat memperoleh / merubah perilaku yang lebih baik, sopan dan dapat diterima di masyarakat luas. Teori belajar behaviouristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikandan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.

Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru(stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.

Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat.

Dalam pendidikan, teori ini dipakai dalam proses penerimaan stimulus agar dapat direspon oleh para peserta didik, atau lebih diartikan sebagai proses mempengaruhi antara pendidik dengan peserta didiknya. Yang mana lama kelamaan akan dapat merubah perilaku para peserta didik untuk menjadi yang lebih baik dengan pertimbangan pengalaman dan dari proses belajar bersama. Hampir setiap hari proses ini dilakukan antara pendidik dengan peserta didik, yakni biasanya berbentuk komunikasi antar keduanya.


Bagikan ke :

Facebook Google+ Twitter Digg Technorati Reddit

Ditulis Oleh : putrajunio ~ The Secret Blog

Muh.Akram Anda sedang membaca artikel berjudul PRAKTEK PENDIDIKAN YANG DIDASARKAN PADA TEORI-TEORI PENDIDIKAN yang ditulis oleh The Secret Blog yang berisi tentang : Dan Maaf, Anda tidak diperbolehkan mengcopy paste artikel ini.

Blog, Updated at: 4:25 AM

0 comments :

Post a Comment

The Secret Blog © 2014. All Rights Reserved.
SEOCIPS Areasatu