1. Nilai praktis dan nilai guna
Siswa dengan mudah dapat diajak
berpikir tentang nilai-nilai praktis dan nilai guna matematika. Misalnya, orang
awam yang bekerja kasar dapat menaikkan muatan dengan 'sangat' baik tanpa
belajar bagaimana membaca dan menulis, tetapi dia tak akan bisa bekerja dengan
baik tanpa mempelajari hitungan dan berhitung. Orang yang tidak berpengetahuan
tentang matematika akan mudah diperdaya. Seseorang dengan perhitungan yang
sesuai dapat mengantisipasi seluruh penghalang yang mungkin ditemui dan oleh
karena itu, dia mampu mengikuti langkah pencegahan. Individu adalah satuan
terkecil dari masyarakat sipil. Masyarakat dapat makmur hanya bila unit
terkecilnya juga makmur. Dalam profesi secara langsung atau tidak, penggunaan
matematika terjadi. Banyak proyek tergantung pada matematika untuk keberhasilan
fungsinya. Matematika telah menjadi dasar seluruh sistem bisnis dan perdagangan
dunia. Ketidakmampuan massal dalam menguasai matematika adalah penghalang
kemajuan suatu negara yang tak dapat dihindari.
Orang terkadang disesatkan dengan
nilai praktis matematika lantaran suatu perasaan bahwa apapun yang diajarkan di
kelas tingkat atas (SMA, Perguruan Tinggi) cuma sedikit yang dipakai dalam
kehidupan di masyarakat. Orang biasa juga jarang menggunakan pengetahuan
matematika tingkat tinggi dalam masa tuanya. Tetapi nilai suatu subyek tidak
dapat diukur dengan cara seperti ini.
2. Nilai kedisiplinan
Kebiasaan siswa menganalisis dengan
teliti suatu situasi sebelum pengambilan keputusan sangat membantu dalam
situasi hidup yang kompleks, di mana pengambilan keputusan menjadi makin sulit.
Ketika matematika menangani fakta-fakta yang akurat dan presisi, maka tidak ada
lingkup untuk ketidakpastian atau ketidakjelasan. Ini membuat pikiran para
pelajar makin luas dan terbuka. Ia menikmati suatu penerimaan universal tanpa
penghalang negara, bahasa, iklim, dan sebagainya.
Pengetahuan matematika
membantu anggota masyarakat untuk mengorganisasi idenya lebih logis dan
mengungkapkan pemikirannya secara lebih akurat dan eksplisit. Matematika
melatih anggota masyarakat tidak take for granted (langsung membenarkan)
terhadap suatu hal, atau bergantung pada tradisi atau otoritas, tetapi
menyandarkan pada pemberian alasan.
3. Nilai Budaya
Esensi dari budaya masyarakat sipil
adalah dalam gaya hidup warganya. Budaya merefleksikan bagaimana mereka hidup,
bertingkah laku, berpakaian, makan, minum, membesarkan anak, dan menjaga
hubungan sosialnya. Mode hidup anggota masyarakat sangat besar ditentukan oleh
kemajuan teknologi dan sains, yang pada gilirannya tergantung pada kemajuan dan
perkembangan matematika. Oleh karena itu, perubahan gaya hidup dan begitu pula
budaya secara kontinyu terpengaruhi oleh kemajuan matematika. Matematika juga
membantu dalam pemeliharaan dan penerusan tradisi budaya kita.
4. Nilai Sosial
Matematika membantu menyesuaikan
organisasi dan memelihara suatu struktur sosial yang berhasil. Matematika
berperan penting dalam menyusun institusi soaial seperti bank, koperasi, rel
kereta, kantor pos, perusahaan asuransi, industri, pengangkutan, navigasi dan
lain sebagainya. Transaksi bisnis yang efektif, ekspor dan impor, perdagangan
dan komunikasi kini tak dapat berlangsung tanpa matematika. Maka, kelancaran
dan kerapian fungsi masyarakat sipil di pastikan dengan matematika.
Kesuksesan
seseorang dalam sebuah masyarakat tergantung sebaik apa dia dapat menjadi
bagian masyarakat, kontribusi apa yang dapat dia berikan bagi kemajuan
masyarakat, dan sebagus apa dia dapat diuntungkan oleh masyarakat. Saat ini,
keberadaan sosial kita secara total diatur oleh pengetahuan sains dan
teknologis yang hanya dapat diperoleh dengan studi matematika. Berbagai metode
dan logika matematika digunakan untuk menyelidiki, menganalisis, dan menyimpulkan
mengenai pembentukan berbagai aturan sosial dan pemenuhannya. Lebih dari itu,
nilai-nilai diperoleh melalui pembelajaran matematika akan membantu seseorang
untuk melakukan penyesuaian dirinya dan membimbingnya pada keselarasan hidup
dalam masyarakat.
5. Nilai Moral
Studi matematika menolong siswa
dalam pembentukan karakternya lewat berbagai cara. Matematika membentuknya ke
sikap yang sesuai, seperti tidak ada ruang untuk perasaan yang merugikan,
pandangan yang menyimpang, diskriminasi, dan berpikir tak masuk akal.
Matematika membantunya dalam analisis obyektif, memberikan alasan yang benar,
kesimpulan yang valid (sah) dan pertimbangan yang tak berat sebelah.
Nilai-nilai moral ini tertanam dalam pikiran karena perulangan dan membantunya
menjadi anggota masyarakat yang berhasil.
6. Nilai Estetika (Seni/Keindahan)
6. Nilai Estetika (Seni/Keindahan)
Matematika makin kaya dengan daya
tarik keindahannya. Kerapian dan kecantikan hubungan matematis menyentuh emosi
kita, lebih seperti musik dan seni yang dapat mencapai kedalaman jiwa dan
membuat kita merasa benar-benar hidup. Ketika kita menelusuri biografi
matematikawan, kita melihat bahwa hampir seluruhnya tertarik pada 'disiplin
ilmu ketuhanan' ini dengan menyadari kecantikannya.mereka seolah tidak sedang
mempelajari matematika, tetapi bersembahyang dengannya. Kehalusannya,
keharmonisannya, kesimetrian segala sesuatunya menambah kecantikannya. Musik
atau seni adalah keluaran sederhana dari kecantikan abadi ini.
7. Nilai Rekreasi (Hiburan)
7. Nilai Rekreasi (Hiburan)
Matematika memberikan suatu ragam
peluang hiburan untuk mendewasakan orang sebagaimana anak-anak. Matematika
menghibur orang lewat aneka puzzle, permainan, teka-teki, dan lain-lain.
Permainan video komputer modern juga dibangun melalui penggunaan matematika
yang semestinya. Arti penting dari jenis rekreasi matematis adalah ia
memampukan seseorang membangun imajinasinya, menajamkan intelektualitasnya dan
mengukir rasa puas pada pikirannya. Otak manusia adalah sebuah organ yang makin
baik dengan berlatih. Studi matematika dengan begitu memberikan latihan yang
cukup bagi otak seseorang. Untuk beberapa praktisi matematik, kesenangan harian
menguraikan hubungan matematis yang aneh selalu menjadi hal yang menghibur.
Sejauh ini memang jarang
terpublikasi penelitian tentang sejauh mana kepedulian masyarakat Indonesia
terhadap matematika, tetapi bukan berarti hubungan itu tidak ada artinya.
Penulis menganggap masyarakat kita dan para siswa masih cenderung melihat nilai
angka UAN matematikanya. Padahal struktur dan fungsi-fungsi masyarakat di mana
para siswa ini hidup sangat besar ketergantungannya pada matematika, termasuk
isu-isu semacam kenaikan harga sangat kental bahasa matematikanya. Namun satu
hal adalah bahwa warga masyarakat Indonesia tanpa melihat tingkat pendidikan
atau pekerjaannya tampaknya tinggi sekali ketidakpeduliannya pada hal ini.
Dalam dunia yang sudah melek teknologi ini, kita tak dapat memikirkan suatu
masyarakat yang bebas matematika. Apa yang kita lakukan? Masyarakat harus
membuka mata dan mengakui kebaikan matematika. Tak diragukan, inilah yang akan
membuat masyarakat kita maju dengan kekuatan yang dahsyat. Harus ada
pergeseran- dari matematika yang cuma digeluti guru dan akademisi menuju ke
matematika yang memasyarakat, khususnya dalam hal nilai sosialnya.
0 comments :
Post a Comment