TEORI
PENGETAHUAN
Teori pengetahuan membicarakan cara memperoleh
pengetahuan (norma-norma atau teori-teorinya) dan membicarakan pula tentang
bagaimana cara mengatur pengetahuan yang benar dan berarti. Posisi terpenting
dari pengetahuan telah membicarakan tentang apa sebenarnya hakikat pengetahuan
itu, cara berpikir dan hukum berpikir agar mendapatkan hasil yang
sebenar-benarnya.
Cabang teori pengetahuan yaitu Epistimologi dan logika.
Epistimologi
Epistimologi berasal dari bahasa Yunani, Episteme yang
berarti Knowledge atau pengetahuan dan logy berarti pengetahuan atau
filsafat ilmu.
Terdapat empat persoalan pokok dalam bidang ini:
1. Apa pengetahuan
itu?
2. Apa sumber-sumber
pengetahuan itu?
3. Darimanakah
sumber yang benar itu datang dan bagaimana mengaturnya?
4. Apakah
pengetahuan tersebut benar?
Persoalan pertama (tentang definisi pengetahuan) sudah
dibahas pada uraian sebelumnya. Sekarang pada persoalan berikutnya yaitu sumber
pengetahuan manusia.
Lours Q.kattsof mengatakan bahwa sumber pengetahuan ada lima
macam yaitu:
Empiris, rasionalisme, fenomena, intuisi dan metode ilmiah.
1. Empirisme
Kata ini berasal dari bahasa yunani empeirikos dari kata
emperra, artinya pengalaman menurut aliran ini, manusia memperoleh pengetahuan
melalui pengalamannya, pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman inderawi,
manusia tahu es dingin karena menyentuhnya, gula manis karena mencicipinya.
Jhonh locke (1632-1704) bapak aliran ini pada zaman modern
mengemukakan teori tabula rasa. Maksudnya bahwa manusia itu pada mulanya kosong
dari pengetahuan, lantas pengalamannya mengisi jiwa yang kosong itu, dan
akhirnya ia memiliki pengetahuan.
Tidak terasa, uraian tadi sudah menjawab pertanyaan yang
ke-3.
Dari manakah pengetahuan yang benar itu dating dan
bagaimnakah mengetahuinya?
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman dan dengan perantara
panca indera.
Kelemahan aliran ini cukup banyak , diantaranya:
· Keterbatasan indra
· Indera Menibu
· Objek yang menipu dan
· Kelemahan yang berasal dari
indra dan objek sekaligus.
Kesimpulannya adalah empirisme lemah karena keterbatasan
indera manusia.
2. Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa sumber ilmu pengetahuan terletak
pada akal. Rasionalisme memandang pengalaman sebagai jenis perangsang bagi
pikiran. Jika kebenaran mengandung makna dan mempunyai ide yang sesuai dengan
kenyataan. Maka kebenaran hanya ada di dalam pikiran dan hanya diperoleh dengan
akal budi saja.
Descartes adalah bapak dari rasionalisme. Ia berusaha
menemukan kebenaran yang tidak dapat diragukan, sehingga dengan memakai metode
deduktif dapat disimpulkan semua pengetahuan kita.
Bagi rasionalisme, kekeliruan pada aliran emperisme yang
disebabkan kelmahan alat indra tadi, dapat dikoreksi seandainya akal
digunakan.
Rasionalisme tidak mengingkari kegunaan indera dalam
memperoleh pengetahuan, pengalaman indera dilakukan untuk merangsang akal dan
memberikan objek sehingga kebenaran adalah seman-mata dengan akal. Laporan
indera menurut rasionalisme merupakan bahan yang belum jelas, kacau. Bajan ini
kemudian dipertimbangkan dengan teratur oleh akal dalam pengalaman berpikir
sehingga terbentuk pengetahuan yang benar. Jadi, akal bekerja karena ada bahan
dari indera. Akan tetapi, akal dapat juga mengahasilkan pengetahuan yang tidak
berdasarkan inderawi sama sekali. Jadi akal dapat juga menghasilkan penetahuan
tentang objek yang betul-betul abstrak.
Gabungan antara emperis dan rasionalisme melahirkan suatu
metode baru yaitu metode sains dan dari metode ilmiah ini melahirkan
pengetahuan sains yang disebut pengetahuan ilmiah atau ilmu pengetahuan.
Pengetahuan sains/ilmu pengetahuan ialah jenis pengetahuan
yang logis dan memiliki bukti empiris (pengetahuan yang logis-empiris).
Jika hanya digunakan rasio (akal) maka pengetahuan yang
diperoleh ialah pengetahuan filsafat.
3. Positivisme
Tokoh aliran ini adalah August Compete (1798-1857). Ia
penganut empiris. Ia berpendapat bahwa indera itu amat penting dalam
memperoleh pengetahuan, tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat
dengan eksperimen seperti panas di ukur dengan derajat panas,jauh diukur dengan
meteran, berat dengan timbangan neraca, dan sebagainya. Kita tidak cukup
mengatakan.
4. Fenomenalis
Tokoh aliran ini adalah Immanuel kant, seorang filsuf jerman
abad ke-18. Dia berpendapat bahwa sebab-akibat tentu mruapakan hubungan yang
bersifat niscaya.
Kant membuat uraian lebih lanjut tentang pengalaman. Barang
sesuatu bagiman terdapat dalam dirinya sendiri merangsang alat inderawi kita
dengan diterima oleh akal kita dalam bentuk-bentuk pengalaman dan disusun
secara sistematis dengan jalan penalaran.
Bagi Kant para penganut emperisme benar bila berpendapat
bahwa semua pengetahuan didasarkan pada pengalaman. Tetapi para penganut
rasionalisme juga benar, karena akal memaksa bentuknya sendiri terhadap barang
sesuatu serta pengalaman.
5. Intersionisme
Herin Bergson (1859-1941) adalah tokok aliran ini. Ia
menganggap tidak hanya indera yang terbatas, akal juag terbatas aliran ini
mengkritik aliran empirisme dan rasionalisme.
Objek-objek yang kita tangkap adalah objek yang selalu
berubah. Jadi pengetahuan kita tentunya tudak tetap. Intelek atau akal juga
terbatas. Akal hanya dapat memahami suatu objek bila ia mengkonsentrasikan
dirinya pada objek itu, jadi dalam hal seperti itu manusiatidak mengetahui
keseluruhan (unique) tidak juga memahami sifat tetap pada
objek.
Dengan menyadari keterbatasn indera dan akal, Bergson
mengembangkan suatu kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki manusia, yaitu
intuisi. Ini adalah hasil evolusi pemahaman tertinggi. Pengembangan kemampuan
ini 9intiusi) memerlukan suatu usaha, kemampuan ini dapat memahami kebenaran
yang utuh, tetap dan unique.
6. Metode Ilmiah
Gabungan antara empirisme dan rasionalisme melahirkan suatu
metode baru yaitu metode sains (metode imiah) dari metode ini melahirkan ilmu
pengetahuan.
Ilmu pengetahuan ialah jenis pengetahuan yang logis dan
memiliki bukti empiris (pengetauan yang logis-empiris).
Jika hanya menggunakan rasio (akal) maka pengetahuan yang
diperoleh ialah pengetahuan filsafat.
0 comments :
Post a Comment