KENALI BEBERAPA GANGGUAN YANG MENGHAMBAT PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK USIA DINI

Written By putrajunio on Tuesday, June 24, 2014 | 4:05 AM

1.      Gangguan Emosional pada Kanak-kanak
Terdapat beberapa gangguan emosional pada masa kanak-kanak sehingga terkesan dan sebagai penyebab ketakutan kanak-kanak untuk melakukan kegiatan. Antara Iain pada suasana yang gelap sehingga takut melakukan sesuatu pada malam hari di luar rumah; takut berhadapan dengan ‘seorang dokter karena pernah mendapat pengobatan yang berlebihan dosisnya (overdosis); karena tempramen orang dewa^a di rumahnya, misalnya sering dimarahi sehingga anak takut berhadapan dengan orang dewasa, baik dengan orang tuanya sendiri maupun orang lain.
Anak-anak yang sering mengalami gangguan semacam itu selalu merupakan masalah bagi para psikiater, kurang lebih 20-25% yang menderita gangguan tersebut. Dan hanya sekitar 1 di antara 5 orang anak yang mendapatkan perawatan dengan oaik. Gangguan semacam ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Menurut hasil penelitian Pittsburgh diperoleh it.formasi bahwa 22% dari 789 anak usia antara 7-11 tahun sering mendapat perawatan dari seorang psikiater yang menyimpulkan masalah pada tahun-tahun pertama (Costello el al, 1988).Dari hasil penelitian lain diperoleh informasi bahwa terdapat 5 – 15% anak yang mengalami gangguan, namun prosentase yang rendah ini mewakili 3-9 juta anak (Knit7.cr,1984; US Department of Health and Human Sendees, USDHHS, 1980).
Anak laki-laki di Afrika d?n Amerika, dan anak-anak dari keluarga yang tidak mampu, mengalami risiko yang ‘inggi, karena tekanan hidup dan stres selama hidupnya, akibatnya mereka sering kali mengulang kelas di sekolahhya. Hal ini juga dapat disebabkan karena orang tuanya sering kali bermasalah dengan psikiater (Costello, et. al., 1988). Beberapa masalah kelihatannya berkaitan dengan fase tertentu dalam kehidupan anak dan ‘dibiarkan hilahg dengan sendirinya. namun bagi yang lain memerlukan perawatan yang baik untuk meneegah timbulnya berbagai masalah waktu-waktu yang akan datang.
2.      Beberapa Tipe masalah emosional
Kebrutalan atau kebringasan anak nampak pada perilakunya; mereka menunjukkan suatu perbuatan yang sering kali memerlukan bantuan orang lain. Misalrya berkelahi, membohong, mencuri, merusak hak milik dan merusak aturan yang berlaku. Bentuk-bentuk tindakan tersebut merupakan ekspresi yang keluar dari emosional yang terganggu. Sekalipun demikian pada umumnya anak-anak berusaha merubahnya dan menutupi periiaku mereka dengan mengemukakan alasan untuk dapat dipercayai oleh orang lain, menutupi kebohongannya dengan maksud menghindari hjkuman karena perbuatannya.
Akan tetapi ketika anak telah berusia lebih dari 6 atau 7. tahun sekalipun mereka tetap membuat cerita yang bohong, mereka merasa sadar dan tidak aman perasaannya. Oleh karena itu dia membuat ceritfra yang muluk-muluk agar orang lain percaya kepadanya; dapat pula mereka lakukan berbuat bohong tersebut karena untuk menyenangkan orang tuanya. (Chapman, 1974).
Sering kali juga terjadi pencurian kecil-kecilan yang dilakukan oleh anak-anak. Namun hal semacam ini tidak selamanya merupakan perbuatan yang salah. Kecuali apabila perbuatan semacam itu dilakukan secara terus-menerus terhadap orang ruanya atau bahkan dilakukan secara terbuka terhadap orang lain; mereka dapat ditangkap, namun untuk kesekian kalinya mereka berusaha ingkar dan berusaha menyenangkan atau mengelabui orang tuanya. Seiiap periiaku anti sosial yang kronis harus dianggap sebagai suatu tanda adanya emosional yang terganggu.
3.      Gangguan kecemasan
Berbagai gangguan kecemasan dimulai pada masa . kanak-kanak. Gangguan keinginan tersebut dapat berupa gangguan keinginan terpisah dan ketakutan (phobia) sekolah. Gangguan keinginan terpisah dari orang yang terdekat disebabkan berbagai hal yang berbeda-beda dan dnpnt berakibat anak mengalami sakit kepala. sakit perut dan sebagainya. Akan tetapi kondisi semacam ini sangat berbeda di antara anak-anak yang berusia satu atau dua tahun yang mengalami gangguan keinginan terpisah.
Anak-anak yang menderita gangguan keinginan semacam ini sering kali tidak mau berteman; dengan kata lain dia suka menyendiri dan selalu peduli terhadao penyakitnya, misalnya sakit kepala, sakit perut. Kondisi semacam ini dapat mempengaruhi anak laki-laki maupun perempuan semenjak kanak-kanak bahkan sampai dewasa usia mahasiswa.
4.      Takut Sekolah
Suatu ketakutan yang tidak realistik adalah apabila seorang anak tidak mau sekolah, mungkin kondisi semacam ini juga merupakan keinginan terpisah. Ketakutan terhadap guru yang keras (galak) atau mendapat tugas yang berat di sekoiah. Ketakutan anak tersebut adalah wajar, hal in bukannya dsebabkan oleh anak melainkan lingkungan yang tidak kondusif. oleh karena itu suasana seko!ah perlu dirubah. Berkaitan dengan masalar tersebut, apa yang dapat kiti hkukan? Pertama, dijaga jangan sampai anak tersebut suka membolos/meninggalkan kelas. Orang tua mereka tahu bahwa anak-anaknya tidak hadir di sekolah. Namun anak-anak tersebut dapat memperoleh nilai rata-rata,bahkan lebih tinggi daripada temanriya, memiliki intelegensi melebihi rata-rata dan merupakan anak yang baik. Usianya antara 5 sampai 15 tahun dan dapat terjadi baik pada anak laki-laki maupun perempuan. Sekalipun mereka datang dari beibagai keluarga dengan latai belakang yang berbeda, namun orang tuanya cenderung profesional. Orang tua mereka justru lebih menyukai/mencintai mereka dan bukannya suka menekan anak-anaknya; gangguan keinginan tersebut disebabkan oleh periiaku anak itu sendiri. Unsur yang paling penting dalam memperlakukan anak yang takut (phobia”) pada sekolah dapat dimulai sejak dini dan dilakukan secara terus menerus. Apabila perlakuan semacam ini dilakukan secara teratur dan dibimbing dengan baik, maka pada saat kembali ke sekolah anak tersebut tidak akari mengalami kesukaran apapun. Berbagai penelitian yang dilakukan beberapa waktu belakangan ini hasilnya kurang jelas. sekalipun dapat menentukan bahwa perlakuan yang baik dapat menolong anak menyesuaikan diri pada lingkungannya (D.Gordon & Young, 1976).
5.      Kematangan Sekolah
Kematangan sekolah merupakan suatu kondisi di mana anak telah memiliki kesiapan cukup memadai, baik dilihat dari fisiknya maupun mental, untuk dapat memenuhi tuntutan pendidikan formal. Dalam hubungan tuntutan yang bertalian dengan aspek penguasaan materi atau bahan pelajaran, dan kemampuan membina interaksi antara teman-teman sebaya, baik teman satu kelas maupun teman dari kelas lain, berinteraksi dengan guru, kepala sekolah, dan personil sekolah lainnya.
Secara umum, usia anak yang dianggap matang sekolah adalah lima atau enarn tahun. Pada rentang usia ini, anak telah mencapai perkembangan fisik sebagai dasar yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan segala sesuatu di sekolah, antara lain, anak telah mampu mengurus dirinya sendiri, menguasai penggunaan alat tulis dengan betul, dan dapat menerima makanan padat. Di samping itu perkembangan kognitif yang memadai juga sangat dibutuhkan, misalnya anak mulai dapat membaca dan menuiis. Kemampuan membaca dan menulis sangat penting karena merupakan dasar untuk memahami seluruh materi atau bahan pelajaran yang diberikan di sekolah.
Secara psikis, pada usia ini umumnya anak telah mampu mengatur proses buang air kecil mulai bersosialisasi dalam pengertian telah dapat membedakan teman laki-laki atau perempuan serta berusaha membedakan antara salah dan benar.
Kemampuan dasar lainnya ialah tehwa anak telah mampu mengembangkan hubungan emosional yang sehat dengan orang tua, teman sebaya, dan orang lain. Pada saat mulai masuk sekolah anak tidak memiliki rasa kecemasan karena terpisah dengan orang tuanya. Selain menerima kasih sayang anak juga telah mampu memberikan kasih sayang kepada teman sebayanya maupun kepada orang lain. Mai semacam ini juga dapat mendukung kemampuan anak pada saat belajar di sekolah.
6.      Depresi pada Masa Kanak-kanak
Anak-anak yang mulai sadar akan popularitas sering kali mengatakan, “tidak ada orang seperti saya”. Namun ketika ucapan tersebut ditujukan kepada Kepala Sekolah oleh seorang anak berusia 8 tahun yang kebetulan teman kelasnya telah menuduh dia mencuri dompet gurunya, hal semacam ini merupakan tanda bahaya bagi sekolah. Akibatnya anak tersebut tidak suka dan tidak mau datang lagi ke sekolab ‘rarena malu. Untunglah bahwa anak yang tertekan tersebut jarang yang berkepanjangan, walaupun angka bunuh diri pada anak-anak muda meningkat. Gejala-gejala dasar yang mempengaruhi gangguan tersebut adalah serupa pada masa kanak-kanak hingga dewasa. Awlanya pada usia tertentu yang terdapat seidikit perbedaan, Keakraban hanya merupakan salah satu tanda dari masa kanak-kanak yang mengalami depresi. Gangguan tersebut juga dapat mengakibatkan anak tidak suka bersenang-senang tidak dapat berkonsentrasi dan menunjukkan berbagai reaksi emosional yang normal: Anak-anak yang mengalami oepresi sedikit sekali suka berjalan atau berteriak. Gejala-gejala depresi antara lain: gangguan konsentrasi, tidur kurang, selera makan kurang, mulai berbuat kejelekan di sekolah tidak merasa bahagia, selalu mengeluh karena penyakit jasmani yang dideritanya, selalu merasa bersalah. Takut sekolah atau sering kali memikirkan bunuh diri (Malmquist, 1988, Poznanski, 1982).
Setiap empat atau lima dari gejala-gejala tersebut banyak mendukung suatu diagnosa ada depresi terutama apabila anak menunjukkan perilaku lain tidak seperti anak-anak normal. Pada umumnya orang tua tidak memahami adanya berbagai masalah kecil seperti gangguan waktu tidur, kehilangan nafsu makan, dan sebagainya, namun sering kali anak sendiri dapat menunjukkan adanya gangguan tersebut.
Tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui penyebab timbulnya depresi semacam ini secara tepat. Para orang tua yang memiliki anak yang menderita depresi merasa seakan-akan dia sendiri yang sedang mengalami depresi. Ada yang berpendapat bahwa hal ini merupakan faktor keturunan, ada yang mengatakan bahwa depresi tersebut dikar;nakan adanya stres umum dalam keluarga, atau dikarenakan kurang perhatian orang tua karena mereka juga sedang mengalami gangguan (Weisseman et al, 1987).
Anak usia sekolah yang sedang menderita depresi biasanya kurang bergaul dan tidak memiliki kompetisi akademik, namun hal tersebut masih belum jelas penyebabnya apakah kurangnya kompetisi tersebut dikarenakan adanya depresi atau sebaliknya, yaitu depresi akibat tidak kompetennya anak (Blechman, McEnroe, Carella & A’iderte, 1986).

Bagikan ke :

Facebook Google+ Twitter Digg Technorati Reddit

Ditulis Oleh : putrajunio ~ The Secret Blog

Muh.Akram Anda sedang membaca artikel berjudul KENALI BEBERAPA GANGGUAN YANG MENGHAMBAT PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK USIA DINI yang ditulis oleh The Secret Blog yang berisi tentang : Dan Maaf, Anda tidak diperbolehkan mengcopy paste artikel ini.

Blog, Updated at: 4:05 AM

0 comments :

Post a Comment

The Secret Blog © 2014. All Rights Reserved.
SEOCIPS Areasatu