Dalam perkembangan sosial anak, mereka dapat memikirkan dirinya dan
orang lain. Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah
kepenilaian diri dan kritik dari hasil pergaulannya dengan orang lain. Hasil
pemikiran dirinya tidak akan diketahui oleh orang lain, bahkan sering ada yang
menyembunyikannya atau merahasiakannya.
Pikiran anak sering dipengaruhi oleh
ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan
orang lain, termasuk kepada orang tuanya. Kemampuan abstraksi anak sering
menimbulkan kemampuan mempersalahkan kenyataan dan peristiwa-peristiwa dengan
keadaan bagaimana yang semstinya menurut alam pikirannya.
Disamping itu pengaruh egoisentris
sering terlihat, diantaranya berupa :
1. Cita-cita dan idealisme yang
baik, terlalu menitik beratkan pikiran sendiri, tanpa memikirkan akibat labih
jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan praktis yang mungkin menyebabkan tidak
berhasilnya menyelesaikan persoalan.
2. Kemampuan berfikir dengan
pendapat sendiri, belum disertai pendapat orang lain dalam penilaiannya.
Melalui banyak pengalaman dan penghayatan
kenyataan serta dalam menghadapi pendapat orang lain, maka sikap ego semakin
berkurang dan diakhir masa remaja sudah sangat kecil rasa egonya sehingga
mereka dapat bergaul dengan baik.
Dalam masa mencari dan ingin menentukan jati dirinya anak memiliki
sikap yang terlalu tinggi menilai dirinya atau sebaliknya. Mereka belum
memahami benar tentang norma-norma social yang berlaku di dalam kehidupan
bermasyarakat. Keduanya dapat menimbulkan hubungan social yang kuarang serasi,
karena mereka sukar untuk menerima norma sesuai dengan kondisi dalam kelompok
atau masyarakat. Sikap menentang dan sikap canggung dalam pergaulan akan
merugikan kedua belah pihak. Oleh karena itu, diperlukan adanya upaya
pengembangan hubungan social anak yang diawali dari lingkungan keluarga,
sekolah serta lingkungan masyarakat.
1. Lingkungan Keluarga
Orang tua hendaknya memberikan
kebebasan terbimbing untuk mengambil keputusan dan tanggung jawab sendiri.
Iklim kehidupan keluarga yang memberikan kesempatan secara maksimal terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak akan dapat membantu anak memiliki kebebasan
psikologis untuk mengungkapkan perasaannya. Dengan cara demikian,
remaja akan merasa bahwa dirinya dihargai, diterima, dicintai, dan dihormati
sebagai manusia oleh orang tua dan anggota keluarga lainnya.
Dalam konteks bimbingan orang tua
terhadap anak, Hoffman (1989) mengemukakan tiga jenis pola asuh orang tua yaitu
:
a) Pola asuh
bina kasih (induction)
Yaitu pola asuh yang diterapkan orang
tua dalam mendidik anaknya dengan senantiasa memberikan penjelasan yang masuk
akal terhadap setiap keputusan dan perlakuan yang diambil oleh anaknya.
b) Pola asuh
unjuk kuasa (power assertion)
Yaitu pola asuh yang diterapkan orang
tua dalam mendidik anaknya dengan senantiasa memaksakan kehendaknya untuk
dipatuhi oleh anak meskipun anak tidak dapat menerimanya.
c) Pola asuh
lepas kasih (love withdrawal)
Yaitu pola asuh yang diterapkan orang
tua dalam mendidik anaknya dengan cara menarik sementara cinta kasihnya ketika
anak tidak menjalankan apa yang dikehendaki orang tuanya, tetapi jika anak
sudah mau melaksanakan apa yang dihendaki orang tuanya maka cinta kasihnya itu
dikembalikan seperti sediakala. Dalam konteks pengembangan kepribadian remaja,
termasuk didalamnya pengembangan hubungan sosial, pola asuh yang disarankan
oleh Hoffman (1989) untuk diterpakan adalah pola asuh bina kasih (induction).
Artinya, setiap keputusan yang diambil oleh orang tua tentang anak atau setiap
perlakuan yang diberikan orang tua terhadap anak remajanya harus senantiasa
disertai dengan penjelasan atau alasan yang rasional. Dengan cara demikian,
remaja akan dapat mengembangkan pemikirannya untuk kemudian mengambil keputusan
mengikuti atau tidak terhadap keputusan atau perlakuan orang tuanya
2. Lingkungan
Sekolah
Di dalam mengembankan hubungan social
anak, guru juga harus mampu mengembangkan proses pendidikan yang bersifat
demokratis, guru harus berupaya agar pelajaran yang diberikan selalu cukup
menarik minat anak, sebab tidak jarang anak menganggap pelajaran yang diberikan
oleh guru kepadanya tidak bermanfaat. Tugas guru tidak hanya semata-mata
mengajar tetapi juga mendidik. Artinya, selain menyampaikan pelajaran sebagai
upaya mentransfer pengetahuan kepada peserta didik, juga harus membina para
peserta didik menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab. Dengan demikian,
perkembangan hubungan sosial anak akan dapat berkembang secara maksimal.
3. Lingkungan
Masyarakat
Penciptaan kelompok bermain dan
belajar perlu dikembangkan untuk memberikan rangsang kepada mereka kearah
perilaku yang bermanfaat. Dengan begitu anak dapat bersosialisasi dengan
teman-temannya di lingkungan masyarakat.
0 comments :
Post a Comment