Selanjutnya, kita akan membicarakan tentang proses
terbentuknya budaya dalam organisasi. Munculnya gagasan-gagasan atau jalan
keluar yang kemudian tertanam dalam suatu budaya dalam organisasi bisa
bermula dari mana pun, dari perorangan
atau kelompok, dari tingkat bawah atau puncak. Taliziduhu Ndraha (1997)
menginventarisir sumber-sumber pembentuk budaya organisasi, diantaranya :
(1) pendiri organisasi; (2) pemilik
organisasi; (3) Sumber daya manusia asing; (4) luar organisasi; (4) orang yang
berkepentingan dengan organisasi (stake holder); dan (6)
masyarakat. Selanjutnya dikemukakan pula bahwa proses budaya dapat terjadi dengan
cara: (1) kontak budaya; (2) benturan
budaya; dan (3) penggalian budaya.
Pembentukan budaya tidak dapat dilakukan dalam waktu yang sekejap, namun
memerlukan waktu dan bahkan biaya yang tidak sedikit untuk dapat menerima nilai-nilai
baru dalam organisasi.
Setelah mapan, budaya organisasi sering mengabadikan
dirinya dalam sejumlah hal. Calon anggota kelompok mungkin akan disaring
berdasarkan kesesuaian nilai dan perilakunya dengan budaya organisasi. Kepada
anggota organisasi yang baru terpilih bisa diajarkan gaya kelompok secara eksplisit. Kisah-kisah
atau legenda-legenda historis bisa diceritakan terus menerus untuk mengingatkan
setiap orang tentang nilai-nilai
kelompok dan apa yang dimaksudkan dengannya.
Para manajer bisa
secara eksplisit berusaha bertindak sesuai dengan contoh budaya dan gagasan
budaya tersebut. Begitu juga, anggota senior bisa mengkomunikasikan nilai-nilai
pokok mereka secara terus menerus dalam percakapan sehari-hari atau melalui
ritual dan perayaan-perayaan khusus.
Orang-orang yang berhasil mencapai gagasan-gagasan yang
tertanam dalam budaya ini dapat terkenal dan dijadikan pahlawan. Proses alamiah
dalam identifikasi diri dapat mendorong anggota muda untuk mengambil alih nilai dan gaya mentor mereka. Barangkali yang paling
mendasar, orang yang mengikuti norma-norma budaya akan diberi imbalan (reward) sedangkan yang tidak, akan
mendapat sanksi (punishment). Imbalan
(reward) bisa berupa materi atau pun
promosi jabatan dalam organisasi
tertentu sedangkan untuk sanksi (punishment)
tidak hanya diberikan berdasar pada
aturan organisasi yang ada semata, namun juga bisa berbentuk sanksi sosial.
Dalam arti, anggota tersebut menjadi isolated
di lingkungan organisasinya.
Dalam suatu organisasi sesungguhnya tidak ada budaya yang
“baik” atau “buruk”, yang ada hanyalah
budaya yang “cocok” atau “tidak cocok” . Jika dalam suatu organisasi memiliki
budaya yang cocok, maka manajemennya lebih berfokus pada upaya pemeliharaan
nilai-nilai- yang ada dan perubahan tidak perlu dilakukan. Namun jika terjadi
kesalahan dalam memberikan asumsi dasar yang berdampak terhadap rendahnya
kualitas kinerja, maka perubahan budaya mungkin diperlukan.
Karena budaya ini telah berevolusi selama bertahun-tahun
melalui sejumlah proses belajar yang
telah berakar, maka mungkin saja sulit untuk diubah. Kebiasaan lama akan
sulit dihilangkan. Walaupun demikian,
Howard Schwartz dan Stanley Davis dalam bukunya Matching Corporate Culture and Business Strategy yang dikutip oleh
Bambang Tri Cahyono mengemukakan empat alternatif pendekatan terhadap manajemen
budaya organisasi, yaitu : (1) lupakan kultur; (2) kendalikan disekitarnya; (3)
upayakan untuk mengubah unsur-unsur kultur agar cocok dengan strategi; dan (4)
ubah strategi. Selanjutnya Bambang Tri Cahyono (1996) dengan mengutip pemikiran
Alan Kennedy dalam bukunya Corporate
Culture mengemukan bahwa terdapat lima alasan untuk membenarkan perubahan
budaya secara besar-besaran : (1) Jika
organisasi memiliki nilai-nilai yang
kuat namun tidak cocok dengan lingkungan yang berubah; (2) Jika organisasi sangat bersaing dan bergerak dengan kecepatan
kilat; (3) Jika organisasi berukuran
sedang-sedang saja atau lebih buruk lagi; (4) Jika organisasi mulai memasuki peringkat yang sangat besar;
dan (5) Jika organisasi kecil
tetapi berkembang pesat.
Selanjutnya Kennedy mengemukakan bahwa jika
tidak ada satu pun alasan yang cocok
dengan di atas, jangan lakukan perubahan. Analisisnya terhadap sepuluh kasus
usaha mengubah budaya menunjukkan bahwa hal ini akan memakan biaya antara 5
sampai 10 persen dari yang telah dihabiskan untuk mengubah perilaku orang.
Meskipun demikian mungkin hanya akan didapatkan
setengah perbaikan dari yang diinginkan.
Dia mengingatkan bahwa hal itu akan memakan biaya lebih banyak lagi.
dalam bentuk waktu, usaha dan uang.
0 comments :
Post a Comment