Dalam pengertian yang sederhana,
guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru
dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di
tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa
juga di mesjid, di surau/musalla, di rumah dan sebagainya. Guru menempati
kedudukan yang terhormat di masyarakat karena kewibawaannya sehingga masyarakat
tidak meragukan figur seorang guru. Masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat
mendidik anak meraka agar menjadi orang yang berkepribadian mulia. Karen
akepercayaan yang diberikan masyarakat, maka guru diberikan tugas dan tanggung
jawab yang berat sebaba tanggung jawab guru tidak hanya sebatas di sekolah,
tapi juga di luar sekolah yaitu membina yang diberikan tidak hanya berkelompok
tetapi juga secara individual seperti memperhatikan sikap, tingkah laku, dan
perbuatan anak didiknya di sekolah dan di luar sekolah. Menurut amatembun dalam
saipul bahri (1997:32) bahwa guru adalah semua orang yang beyrwenang dan
bertanggung jawab terhadap pendidikan murid baik secara individual maupun
klasikal di sekolah maupun di luar sekolah. Guru Dan Pengembangan Kurikulum
Dari segi pengelolaannya,
pengembangan kurikulum dapat di bedakan antara sifat yang bersifat
sentralisasi, desentralisasi dan sentraldesentral. Pembagian kategori ini –
tentu saja- akan memberikan pengaruh signifikan terhadap pengembangan
kurikulum. Tujuan utama pengembangan kurikulum adalah untuk menciptakan
persatuan dan kesatuan bangsa serta memberikan standar penguasaan yang sama
bagi seluruh wilayah. Latar belakang pengembangan kurikulum menurut Dr. Nana
Saodih yaitu pertama, karena wilayah Indonesia yang sangat luas yang terbentuk
atas pulau-pulau yang letaknya berjauhan. Kedua, kondisi dan karakteristik tiap
daerah berbeda-beda yaitu ada yang daerahnya sangat maju sekali dan ada yang
sangat terbelakang sekali,ada daerah yang tertutup dan ada daerah yang terbuka,
dan ada yang kaya dan miskin. Ketiga, perkembangan dan kemampuan sekolah juga
berbeda-beda yaitu ada sekolah yang sudah mapan mampu berdiiri sendiri dan
melakukan pengembangan sendiri karena memiiki personalia, fasilitas yang
memadai, dan manajemen yang mapan, dan sekolah yang lain kondisinya sangat
memprihatinkan karena segalanya masih berada pada tingkat darurat. Keempat,
adanya golongan atau kelompok tertentu dalam masyarakat yang ingin lebih
mengutamakan kelompoknya dan menggunakan sekolah untuk mencapai tujuan
tersebut.
1. Peranan guru dalam pengembangan
kurikulum yang bersifat sentralisasi Dalam kurikulum yang bersifat sentralisasi
tugas guru adalah menyusun dan merumuskan tujuan yang tepat, memilih dan menyusun
bahan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan ,minat dan tahap perkembangan
anak, memiliki metode dan media mengajar yang bervariasi serta menyusun program
dan alat evaluasi yang memudahkan guru dalam implementasinya. Walaupun
kurikulum sudah tersusun dengan berstruktur tetapi guru masih mempunyai tugas
untuk mengaddakan penyempurnaan dan penyesuaian-penyesuaian. Guru Dan
Pengembangan Kurikulum Implementasi kurikulum hampir seluruhnya bergantung pada
kreativitas, kecakapan, kesungguhan, dan ketekunan guru. Guru hendaknya mampu
memilih dan menciptakan situasi-situasi belajar yang menggairahkan siswa, mampu
memilih dan melaksanakan metode mengajar yang sesuai dengan kemampuan siswa,
bahan pelajaran dan banyak mengaktifkan siswa, guru hendaknya mampu memilih,
menyusun dan melaksanakan evaluasi baik untuk mengevaluasi perkembangan atau
hasil belajar siswa untuk menilai efisiensi pelaksanaannya itu sendiri.
2. Peranan guru dalam pengembangan
kurikulum yang bersifat desentralisasi Kurikulum desentralisasi di susun oleh
sekolah ataupun kelompok sekolah tertentu dalam suatu wilayah atau daerah.
Kuriklum ini diperuntukkan bagi suatu sekolah atau lingkungan wilayah tertentu.
Pengembangan kurikulum semacam ini di dasarkan pada karakteristik, kebutuhan,
perkembangan daerah serta kemampuan sekolah tersebut. Bentuk kurikulum seperti
ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan – kelebihannya adalah :
1. Kurikulum sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan masyarakat setempat.
2. Kurikulum sesuai dengan tingkat
dan kemampuan sekolah, baik kemampuan profesioanal, finansial maupun
manajerial.
3. Disusun oleh guru-guru sendiri
dengan demikian sangat memudahkan dalam pelaksanaannya.
4. Ada motivasi kepada kepada
sekolah untuk mengembangkan diri, mencari dan menciptakan kurikulum yang
sebaik-baikny, dengan demikian akan terjadi semacam kompetisi dalam
pengembangan kurikulum.
Adapun beberapa kelemahannya adalah
:
1. Guru Dan Pengembangan
Kurikulum
2. Tidak adanya keseragaman, untuk
situasi yang membutuhkan kesesragaman demi persatuan dan kesatuan nasional
3. Tidak adanya standar penilaian
yang sama sehingga sukarn untuk diperbandingkan keadaan dan kemajuan suatu
sekolah/wilayah dengan sekolah/wilayah lainnya
4. Adanya kesulitan bila terjadi
perpindahan siswa ke sekolah / wilayah lain
5. Sukar untuk mengadakan
pengeloaan dan penilaian secara nasional.
6. Belum semua sekolah atau daerah
mempunyai kesiapan untuk menyusun dan mengembangkan kurikulum sendiri.
0 comments :
Post a Comment