Dalam
pembelajaran di kelas guru mempunyai karakteristik tertentu dalam menyampaikan
materi pelajaran. Karakteristik tersebut adalah gaya mengajar. Gaya mengajar merupakan
salah satu faktor tersampaikannya materi yang diajarkan kepada siswa atau
mahasiswa.
Menurut
pendapat Ali (2008:59), gaya mengajar dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu
gaya mengajar klasik, teknologis, personalisasi dan interaksional, dapat
disimpulkan sebagai berikut, yaitu:
a. Gaya Mengajar Klasik
Proses
pengajaran dengan gaya klasik berupaya untuk memelihara dan menyampaikan
nilai-nilai lama dari generasi terdahulu ke generasi berikutnya. Isi pelajaran
berupa sejumlah informasi dan ide yang paling popular dan dipilih dari dunia
yang diketahui anak. Peran guru disini sangat dominan, karena dia harus
menyampaikan bahan. Oleh karenanya guru harus ahli (expert) tentang
pelajaran yang dipegangnya, dengan demikian proses pengajaran bersifat pasif,
yakni siswa diberi pelajaran.
b. Gaya Mengajar
Teknologis
Peranan
guru hanya sebagai pemandu (guide), pengarah (director) atau
pemberi kemudahan (facilitator) dalam belajar karena pelajaran sudah di program
sedemikian rupa dalam perangkat, baik lunak (software) maupun keras (hardware).
Selain itu
dalam Jogiyanto (2006:103), “dengan memahami perannya, dosen akan dapat
mengarahkan diskusi kasus dengan benar, mengawasinya, mendorong munculnya ide-ide,
merespon pertanyaan-pertanyaan dengan semestinya dan dapat menjadi pendengar
yang baik”. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dosen mempunyai
peran sebagai, pengarah, pengawas, pendorong munculnya ide, merespon dan
menjadi pendengar yang baik.
Menurut Sardiman
(2001:176) kegiatan recording pada guru meliputi daftar presensi,
catatan tugas, sosiometris siswa, partisipasi siswa, dan data pribadi siswa.
Dalam gaya mengajar teknologis dosen mempunyai catatan tentang kegiatan
mahasiswa dalam bentuk file.
c. Gaya Mengajar Personalisasi
Ciri gaya ini
adalah guru harus mempunyai kemampuan dalam mengasuh, ahli dalam psikologi dan
metodologi, serta bertindak sebagai narasumber (resource person). Adapun
bahan pelajaran disusun dan muncul berdasarkan atas minat dan kebutuhan siswa
secara individual.
Dalam
pengajaran personalisasi dosen diharapkan dapat memfasilitasi kebutuhan dari
mahasiswa, hal tersebut sesuai dengan pendapat Sagala (2006:152) yang dapat
disimpulkan sebagai berikut : setiap anak mempunyai minat yang berbeda-beda sehingga dalam hal
pembelajaran, bahan ajar dan penyampaian sedapat mungkin disesuaikan dengan
minat dan kebutuhan anak. Dalam gaya mengajar personalisasi dosen mempunyai
peran sebagai psikolog bagi mahasiswa. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Sardiman (2001:173), “dalam tugas dan peranannya di
sekolah guru juga sebagai pembimbing ataupun konselor / penyuluh”.
d. Gaya mengajar interaksional
Guru dalam
hal ini menciptakan iklim saling ketergantungan dan timbulnya dialog antar
siswa. Siswa belajar melalui hubungan dialogis. Dia mengemukakan pandangannya
tentang realita, juga mendengarkan pandangan siswa lain.
Berkaitan dengan jenis dari gaya mengajar, Menurut
Sagala (2009:179), ada beberapa langkah yang dapat di tempuh guru dalam model
interaksi sosial adalah sebagai berikut, :
1. Guru memberikan masalah situasi sosial kepada
siswa,
2. Siswa
dibantu guru menelusuri berbagai macam masalah dalam situasi tersebut,
3. Siswa
diberikan tugas untuk memecahkan, menganalisis , dan mengerjakan sesuai dengan
situasi tersebut,
4. Siswa berdiskusi untuk memecahkan
masalah,
5. Siswa
membuat kesimpulan hasil diskusi dan,
6. kemudian membahas kembali hasil yang telah
diperoleh.
Dalam gaya
mengajar interaksional ini dosen harus memberikan penghargaan kepada mahasiswa
yang aktif dalam mengemukakan pendapat, hal tersebut seperti pendapat Sardiman
(2001:90) yang dapat disimpulkan sebagai berikut, untuk menumbuhkan motivasi
hal yang dapat dilakukan guru adalah sebagai berikut, memberi angka, hadiah,
saingan, ego-involment, memberi ulangan, mengetahui hasil, pujian,
hukuman, hasrat untuk belajar, minat, dan tujuan yang diakui. Hal
tersebut dosen harus dapat menciptakan suasana yang menyenangkan, hal tersebut
sesuai dengan pendapat Sagala (2009:112) “dengan suasana belajar yang
menyenangkan ini akan memotivasi belajar lebih aktif”. Dalam gaya
mengajar ini mahasiswa bebas mengeluarkan pendapat terkait dengan gaya mengajar
dosen seperti yang dikemukakan Mursel dan Nasution (2008:117), “evaluasi yang
baik menginginkan evaluasi diri oleh murid”. Dari pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa dosen membutuhkan mahasiswa untuk mengevaluasi gaya
mengajarnya.
Pada
sekarang ini umumnya gaya mengajar dosen atau guru lebih mengedepankan proses dialog
antara siswa atau mahasiswa dengan guru atau dosen. Hal tersebut bisa dilihat
pada waktu perkuliahan dimana guru atau dosen sering mengadakan diskusi untuk
membahas suatu materi atau untuk memecahkan suatu masalah, tetapi terdapat juga
dosen atau guru yang mengajar dengan menggunakan gaya lama, misalnya
hanya menyampaikan materi tanpa ada forum diskusi.
Sekian dan terimakasih sudah membaca dan berkunjung....
0 comments :
Post a Comment