A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan makalah dalam makalah ini adalah:
A. Perkembangan
Moral Menurut Havighurst
Havighurst mengidentifikasi
Enam Tahapan utama dalam kehidupan manusia yang meliputi lahir sampai usia tua.
B. Hubungan
Perkembangan Moral Siswa Dengan Perkembangan Moral
A. KESIMPULAN
B. KRITIK
Perkembangan kesadaran
moral adalah bertahap. Tahap-tahap lebih dulu tidak boleh dilewati, karena
mendasari tahap berikut.
Manusia sejak lahir
mempunyai potensi moral yang merupakan peralatan hidup sebagai mahluk social.
Potensi moral tersebut tumbuh dan berkembang dalam hubungan pergaulan dengan
sesame manusia alam dan masyarakatnya. Akhirnya terbentuklah kesadaran moral
dengan melalui tahap-tahap perkembangan.
Pendidikan moral telah
berabad-abad di Indonesia, bentuk pendidikan moral berbeda dengan masa sekarang
ini. Perlu diketahui pendidikan moral merupakan merupakan masalahyang dihadapi
leh semua orang tua, guru dan masyarakat tanpa melihat latar belakang kehidupan
sosialnya.
Pandangan hidup dan
dasar Negara, Negara Indonesia merupakan dasar pendidikan moral pancasila bagi
warga Negara Indonesia. Dalam hubungannya dengan perkembangan moral, kiranya
internalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila perlu disesuaikan
dengan perkembangan moral anak yang bersangkutan. Dengan diketahui perkembangan
moral anak, diharapkan para pendidik dapat memilih metode sehingga anak didik
dimungkinkan memahami dan menghayati nilai-nilai dan norma-norma moral yang
terkandung dalam Pancasila.
Rumusan makalah dalam makalah ini adalah:
- Bagaimana perkembangan moral menurut Havighurst?
- Hubungan perkembangan moral siswa dengan Pendidikan Moral?
C. TUJUAN
- Mengetahui tahapan-tahapan perkembangan moral menurut Havighurst.
- Pembaca dapat mengetahui hubungan antara perkembangan moral dengan pendidikan moral.
- Pembaca diharapkan lebih mengetahui mengenai perkembangan moral menurut Havighurst.
BAB II
PEMBAHASAN
Robert Havighurst
menyatakan bahawa perkembangan seseorang kanak-kanak adalah dipengaruhi oleh
faktor persekitaran. Ini adalah merupakan satu elemen penting yang berperanan
dalam pertumbuhan dan perkembangan kanak-kanak. Beliau memfokuskan kepada
keadaaan sekeliling atau persekitaran dimana tempat seseorang kanak-kanak itu
membesar yang akan memberi dan meninggalkan dampak positif atau negatif
bergantung kepada ibu bapak yang mencorakkan mereka.
Selain dari itu,
faktor persekitaran seperti bahan bacaan adalah sangat penting karena dia akan
memberi pengaruh yang besar kepada pembaca. Jika bahan yang dibaca berfaedah
dan bermanfaat maka selamatlah kanak-kanak tersebut. Sebaliknya jika tidak,
ianya akan mempengaruhi perkembangan seseorang kanak-kanak seperti
berkemungkinan lambat bertutur dan sebagainya. Dari sini, kita sebagai ibu bapak
dan guru perlulah sentiasa membimbing dan membantu kanak-kanak dalam membentuk
peribadi mereka supaya menjadi insan yang berguna kepada masyarakat, bangsa dan
negara kelak. Menurut Havighurst, ibu bapak maupun guru terutamanya perlulah
menyediakan persekitaran yang kondusif dan selamat untuk kanak-kanak membesar
dengan sempurna. Ini akan membantu kanak-kanak untuk berjaya.
Havighurst menyatakan
bahawa tugas-tugas dalam perkembangan kanak-kanak hanya perlu dipelajari sekali
saja seperti berjalan, berlari, perbezaan jantina dan sebagainya. Jadi ini
dapat disimpulkan bahawa setiap perkembangan yang dialami oleh kanak-kanak
perlulah dengan relaan kanak-kanak itu sendiri, bukan dengan paksaan yang
diberikan oleh ibu bapak karena dengan paksaan akan membuat kanak-kanak itu
tidak berupaya untuk berdirisendiri dan akan memberi kesan yang dalam terhadap
perkembangan mereka.
- Bayi dan anak usia dini (lahir sampai 6 tahun)
- Tengah masa kanak-kanak (6-13 yahun)
- Remaja (13-18 tahun)
- Awal Dewasa (19-30 tahun)
- Usia Tengah (30-60 years lama)
- Kemudian jatuh tempo (60 tahun ke atas)
Model tugas perkembangan yang Havighurst
dikembangkan adalah tergantung umur dan semua melayani fungsi pragmatis,
tergantung pada usia mereka.
Tugas Perkembangan
(Usia 0-6)
§
Belajar
untuk berjalan,
§
Belajar
merangkak,
§
Belajar
untuk mengambil makanan padat
§
Belajar
untuk berbicara
§
Belajar
mengontrol pembuangan limbah tubuh
§
Mendapatkan
siap untuk membaca
§
Perbedaan
jenis kelamin belajar dan kesopanan seksual.
(Ages 6-18)
§
Belajar
ketrampilan fisik yang diperlukan untuk permainan biasa
§
Belajar
untuk bergaul dengan teman usia
§
Membangun
sikap terhadap diri sendiri sehat sebagai organisme yang tumbuh
§
Mencapai
kemerdekaan pribadi
§
Mengembangkan
sikap terhadap kelompok social dan lembaga.
(Abad 18-30)
§
Mencapai
hubungan baru dan lebih matang dengan pasangan usia dari kedua jenis kelamin
§
Mencapai
peran social maskulin atau feminine
§
Mempersiapkan
kehidupan pernikahan dan keluarga
§
Memilih
pekerjaan
§
Menginginkan
dan mencapai perilaku social yang bertanggung jawab
§
Memperoleh
seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman perilaku.
(Abad 30-40)
§
Memilih
pasangan
§
Belajar
untuk hidup dengan pasangan
§
Mulai
keluarga
§
Anak
pemeliharaan
§
Mengelola
rumah
§
Persiapan
dalam pekerjaan
§
Mengambil
tanggung jawab kewarganegaraan
§
Mencari
kelomompoksosial menyenangkan.
(Abad 40-60)
§
Membantu
anak-ank remaja untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan bahagia
§
Mencapai
social dan kemyarakatan dewasa tanggung jawab
§
Berkaitan
diri untuk pasangan seseorang sebagai pribadi
§
Untuk
menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologis usia menengah
§
Menyesuaikan
kepada orang tua penuaan.
(60 dan lebih)
§
Menyesuaikan
dengan penurunan kekuatan fisik dan kesehatan
§
Menyesuaikan
dengan pension dan menurunnya pendapatan
§
Menyesuaikan
dengan kematian pasangan
§
Membentuk
afiliasi eksplisit dengan kelompok usia seseorang
§
Mengadopsi
dan mengadaptasi peran social secara fleksibel
§
Membuat
perencanaan yang baik hidup fisik.
Manusia Indonesia
adalah manusia yang beriman pada Tuhan Yang Maha Kuasa. Keyakinan ini
diungkapkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu “Atas Berkat Rahmat
Allah Yang Maha Kuasa dan didorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan
kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”.
Membangun manusia
seutuhnya adalalah masalah dan tugas pendidikan di lingkungan keluarga,
madrasah, sekolah pesantren, lingkungan sebaya, kepanduan,
olahraga,pekerjaan,pada umumnya. Membangun manusia seutuhnya adalah tugas untuk
membantu manusia dalam perkembangannya menjadi insan kamil. Manusia yang sehat
jasmani dan rohani, manusia yang seimbang dalam perkembangannya sebagai insan
sosialyang berbudi luhur patriotic, demokratis, jujur, yang merupakan
manifestasi dari keimanan dan ketakwaan pada Tuhan Yang Maha Kuasa. Menjadi
manusia seutuhnya jelaslah adanya keharusan untuk memiliki kesehatan jasmani
dan rohani, memiliki pengetahuan, ilmu dan teknologi serta kemampuan untuk
mengembangkan sumber-sumber daya manusiawi dan alami dalam rangka pembangunan
dan memajukan masyarakat, bangsa dan Negara.
Rasa aman, terlindung
dan tentram tersebut diperoleh dan dihayati karena dalam berada bersama dan
hubungan sesama manusia didasarkan atas
persaudaraan, kekeluargaan, toleransi, percaya mempercayai, saling pengertian,
harga-menghargai dan hormat-menghormatindari dan terhadap sesamanya dalam
melaksanakan kewajiban dan hak setiap orang menurut lingkup tugas dan tanggung
jawab masing-masing sebagaimana dibebankan dan dipercayakan serta diterima oleh
tiap warganegara Indonesia.
Pendidikan moral
Pancasila dengan Ketetapan MPR No. IV/MPR/1978 harus dimasukkan ke dalam
kurikulum sekolah-sekolah, mulai dari Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan
Tinggi. Masuknya Pendidikan Moral Pancasila harus dalam kurikulum tidaklah
berarti Pendidikan Moral Pancasila harus dalam bentuk mata pelajaran yang
berdiri sendiri, yang penting dan harus terjamin terjadinya internalisasi dan
integritasi norma-norma moral Pancasila dan Agama dalam pribadi tiap
warganegara Indonesia.
Pendidikan Moral
Pancasila berupaya membentuk anak didik menjadi warganegara dan warga
masyarakat yang baik dan bertanggung jawab dalam arti mau dan mampu menghayati
dan mengamalkan Pancasila dan Undang-Undang 1945. Oleh karena itu dasar
berpijak dan pangkal tolak Pendidikan Moral Pancasila adalah Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945. Sera melalui Pendidikan Moral Pancasila, anak didik
diarahkan untuk percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila yang merupakan dasar berpijak dan pangkal
tolak Pendidikan Moral Pancasila memang memberi arah dan dorongan kepada
warganegara Indonesia untuk percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan pembahasan
tersebut di atas maka dapat kami ambil kesimpulan bahwa ada enam tahapan utama
dalam kehidupan manusia yang meliputi lahir sampai usia tua. Serta tugas-tugas
perkembangan yang Havighurst dikembangkan adalah tergantung umur dan semua
melayani fungsi pragmatis, tergantung usia mereka. Pendidikan moral pancasila
sesuai dengan Ketetapan MPR No. IV/MPR/1978 harus dimasukkan ke dalam kurikulum
sekolah-sekolah mulai dari Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi. Dengan
tujuan memberikan pengetahuan, pengertian dan pemahaman tentang pancasila
sebagaimana terdapat dalam UUD 1945.
Pendidikan moral
pancasila senantiasa berupaya agar di dalam kehidupan masyarakat Indonesia
dikembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama antar pemeluk agama dan
penganut kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga selalu dapat dibina kerukunan
hidup diantara semua umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
(Ketetapan MPR No. II/MPR/1978). Serta Pendidikan Moral Pancasila berupaya
membentuk anak didik menjadi warganegara dan warga masyarakat yang baik dan
bertanggung jawab.
B. KRITIK
Menurut saya teori
yang dikemukakan oleh Havighurst bukan teori perkembangan moral tetapi teori
perkembangan anak. Karena di dalamnya membahas tentang tahap-tahap perkembangan
anak dari anak usia 0 tahun sampai dengan usia 60 tahun lebih, serta
gejala-gejala apa saja yang terjadi pada anak. Serta Havighurst juga membahas
tentang tugas-tugas perkembangan. Setiap fase
perkembangan, yaitu sejak seorang bayi lahir, tumbuh menjadi dewasa sampai
akhirnya mati, mempunyai tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi.
Misalnya, balita berusia dua tahun diharapkan sudah dapat berbicara dan
berkomunikasi secara sederhana dengan orang-orang di sekelilingnya. Hal yang
sama juga berlaku bagi remaja. Tugas perkembangan yang harus diselesaikan oleh
remaja tidak sedikit.
DAFTAR
PUSTAKA
2.
Daroeso,
bambang. 1988. “Dasar dan Konsep Pendidikan Moral”, Semarang: Aneka Ilmu
0 comments :
Post a Comment