Pernahkah
kita ditanya kalau sudah besar nanti ingin jadi apa? Kalau sudah dewasa nanti
mau berkarier di bidang apa? Ya
tentu hampir semua kita pernah ditanya begitu dan jawabannyapun berbeda-beda menurut selera kita masing masing. Ya jelas pasti berbeda satu dengan yang
lain karena kita memang berbeda satu dengan yang lain. Beda bakatnya, minatnya,
potensi dirinya, kekuatan dan kelemahannya, cita-citanya, lingkungannya, faktor
pendukung dan penghambatnya, peluang berkembangnya. Kecermatan dan keberanian
mengambil keputusannya dan sebagainya. Semuanya itu akan berpengaruh besar
dalam kesuksesan karier di masa depan.
Menurut Ginzberg, Ginsburg, Axelrad, dan Herma (1951) perkembangan karier dibagi menjadi 3 (tiga) tahap pokok, yaitu:
- Tahap Fantasi : 0 – 11 tahun (masa Sekolah Dasar)
- Tahap Tentatif : 12 – 18 tahun (masa Sekolah Menengah)
- Tahap Realistis : 19 – 25 tahun (masa Perguruan Tinggi)
Pada tahap fantasi kita sering kali menyebutkan cita-cita kita kelak kalau sudah besar, misalnya ingin menjadi dokter, ingin menjadi petani, pilot pesawat, guru, tentara, dll. Kita juga senang bermain peran (misalnya bermain dokter-dokteran, bermain jadi guru, bermain jadi polisi, dll) sesuai dengan peran-peran yang kita lihat di lingkungan kita. Jabatan atau pekerjaan yang kita inginkan atau perankan pada umumnya masih sangat dipengaruhi oleh lingkungan, misalnya dari TV, video, majalah, atau tontonan maupun tokoh-tokoh yang pernah melintas dalam kehidupan kita. Maka tidak mengherankan jika pekerjaan ataupun jabatan yang kita sebut masih jauh dari pertimbangan rasional maupun moral. Kita memang asal sebut saja pekerjaan yang dirasa menarik saat itu.
Karier perlu seuai dengan Kepribadian
Namun
sebelum kita mengkaji lerbih lanjut tentang karier, maka akan lebih bijak jika
memahami dulu apa sih sebenarnya karier itu? Mungkin kita punya pendapat yang
berbeda-beda tentang karier . Tetapi inil;ah pendapat ahli tentang karier bahwa istilah
karier (career) lebih menunjuk pada pekerjaan atau jabatan yang
ditekuni dan diyakini sebagai panggilan hidup, yang meresapi seluruh alam
pikiran dan perasaan seseorang, serta mewarnai seluruh gaya hidupnya (Winkel,
1991).
Maka
dari itu pemilihan karier lebih memerlukan persiapan dan perencanaan yang
matang dari pada kalau sekedar mendapat pekerjaan yang sifatnya sementara
waktu. Jika kita ingin berkarier sebagai pilot misalnya maka kita harus mempersiapkan segala sesuatunya
untuk bisa menjadi seorang pilot sejak
dini secara matang apa saja persyaratan, termasuk tinggi badan, kesehatan, tak buta warna, wawasan yang
cukup, penguasaan bahawa asing, pembentukan kepribadian dan segalanya, sudah
kita persiapkan sejak dini dengan memenuhi kebutuhan pertumbuhan, termasuk
nutrisi,protein, vitamin dan semacamnya . Kemudian belajar bahasa asing hingga
mahir, menguasai pengetahuan global sehingga akan memperluas cakrawala wawasan
kita, mempersiapkan diri masuk pendidikan penerbangan sebagai persyaratan jadi
pilot, seperti Juanda Flying Scholl dan usaha lainnya yang harus dilakukan
sejak dini.
Singkat kata mengingat begitu pentingnya masalah karier dalam kehidupan kita, maka sejak dini kita perlu merencanakan dan memersiapkannya dengan matang, terarah, terprogram dan terukur, dengan cara memahami diri terlebih dahulu meliputi bakat, minat, IQ (Intelegence Quotions /kecerdasan intelektual), EQ (Emotional Quotions /Kecerdasan emosi), SQ (Spriritual Quotions/Kecerdasan Spiritual), Kepribadian dan berbagai potensi diri, termasuk memahami kelebihan dan kelemahan kita. Kemudian memahami lingkungan termasuk didalamnya lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan teman bergaul sehari-hari, yang itu akan berpengaruh terhadap karier kita. Kemudian dengan mendasarkan pada pemahaman diri yang cujkup itru kita susun langkah pencapaian karir.
Singkat kata mengingat begitu pentingnya masalah karier dalam kehidupan kita, maka sejak dini kita perlu merencanakan dan memersiapkannya dengan matang, terarah, terprogram dan terukur, dengan cara memahami diri terlebih dahulu meliputi bakat, minat, IQ (Intelegence Quotions /kecerdasan intelektual), EQ (Emotional Quotions /Kecerdasan emosi), SQ (Spriritual Quotions/Kecerdasan Spiritual), Kepribadian dan berbagai potensi diri, termasuk memahami kelebihan dan kelemahan kita. Kemudian memahami lingkungan termasuk didalamnya lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan teman bergaul sehari-hari, yang itu akan berpengaruh terhadap karier kita. Kemudian dengan mendasarkan pada pemahaman diri yang cujkup itru kita susun langkah pencapaian karir.
Nah
untuk memahami secara garis besar gambaran perkembangan karier pada seseorang
maka ada baiknya kita fahami secara ilmiah tahab-tahab perkembangan karir yang
disampaikan oleh ahlinya.(Sesuatu dikatakan ilmiah jika sudah melalui uji coba
ilmiah berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah)
. .
Tahap-tahap Perkembangan Karier
Tahap-tahap Perkembangan Karier
Menurut Ginzberg, Ginsburg, Axelrad, dan Herma (1951) perkembangan karier dibagi menjadi 3 (tiga) tahap pokok, yaitu:
- Tahap Fantasi : 0 – 11 tahun (masa Sekolah Dasar)
- Tahap Tentatif : 12 – 18 tahun (masa Sekolah Menengah)
- Tahap Realistis : 19 – 25 tahun (masa Perguruan Tinggi)
Pada tahap fantasi kita sering kali menyebutkan cita-cita kita kelak kalau sudah besar, misalnya ingin menjadi dokter, ingin menjadi petani, pilot pesawat, guru, tentara, dll. Kita juga senang bermain peran (misalnya bermain dokter-dokteran, bermain jadi guru, bermain jadi polisi, dll) sesuai dengan peran-peran yang kita lihat di lingkungan kita. Jabatan atau pekerjaan yang kita inginkan atau perankan pada umumnya masih sangat dipengaruhi oleh lingkungan, misalnya dari TV, video, majalah, atau tontonan maupun tokoh-tokoh yang pernah melintas dalam kehidupan kita. Maka tidak mengherankan jika pekerjaan ataupun jabatan yang kita sebut masih jauh dari pertimbangan rasional maupun moral. Kita memang asal sebut saja pekerjaan yang dirasa menarik saat itu.
Dalam
hal ini orang tua dan pendidik sering cemas atau gelisah jika suatu ketika kita
ternyata menyebut atau menginginkan pekerjaan yang jauh dari harapan beliau.
Dalam tahap ini kita belum mampu memilih jenis pekerjaan/jabatan secara
rasional dan obyektif, karena kita belum mengetahui bakat, minat, dan potensi
kita yang sebenarnya. Kita sekedar berfantasi saja secara bebas, yang sifatnya
sama sekali tidak mengikat terhadap apapun,masih belum menetap.
Tahap tentatif dibagi menjadi 4 (empat) sub tahap, yakni: (1) sub tahap Minat (Interest); (2) sub tahap Kapasitas (Capacity); (3) sub tahap Nilai (Values) dan (4) sub tahap Transisi (Transition). Pada tahap tentatif kita mulai menyadari bahwa kita memiliki minat dan kemampuan yang berbeda satu sama lain. Ada yang lebih berminat di bidang seni, sedangkan yang lain lebih berminat di bidang olah raga. Demikian juga kita mulai sadar bahwa kemampuan kita juga berbeda satu sama lain. Ada yang lebih mampu dalam bidang matematika, sedang yang lain dalam bidang bahasa, atau lain lagi bidang olah raga,seni pedalangan, drama, pantomime, music, atau di bidang perdagangan,kesehatan dan lainnya.
Pada sub tahap minat (11-12 tahun) kita cenderung malakukan pekerjaan-pekerjaan atau kegiatan-kegiatan hanya yang sesuai dengan minat dan kesukaan kita saja; sedangkan pada sub tahap kapasitas/kemampuan (13-14 tahun) kita mulai melakukan pekerjaan/kegiatan didasarkan pada kemampuan masing-masing, di samping minat dan kesukaannya. Selanjutnya pada sub tahap nilai (15-16 tahun) kita sudah bisa membedakan mana kegiatan/pekerjaan yang dihargai oleh masyarakat, dan mana yang kurang dihargai; sedangkan pada sub tahap transisi (17-18 tahun) kita sudah mampu memikirkan atau "merencanakan" karier kita berdasarkan minat, kamampuan dan nilai-nilai yang ingin diperjuangkan untuk menjadi kenyataan nantinya ketika sudah menjadi dewasa kelak.
Pada usia perguruan tinggi (18 tahun ke atas) remaja memasuki tahap reasiltis, di mana kita sudah mengenal secara lebih baik minat-minat, kemampuan, dan nilai-nilai yang ingin dikejar. Lebih lagi, kita juga sudah lebih menyadari berbagai bidang pekerjaan dengan segala konsekuensi dan tuntutannya masing-masing. Oleh sebab itu pada tahap realistis seorang remaja sudah mampu membuat perencanaan karier secara lebih rasional dan obyektif.
Tahap tentatif dibagi menjadi 4 (empat) sub tahap, yakni: (1) sub tahap Minat (Interest); (2) sub tahap Kapasitas (Capacity); (3) sub tahap Nilai (Values) dan (4) sub tahap Transisi (Transition). Pada tahap tentatif kita mulai menyadari bahwa kita memiliki minat dan kemampuan yang berbeda satu sama lain. Ada yang lebih berminat di bidang seni, sedangkan yang lain lebih berminat di bidang olah raga. Demikian juga kita mulai sadar bahwa kemampuan kita juga berbeda satu sama lain. Ada yang lebih mampu dalam bidang matematika, sedang yang lain dalam bidang bahasa, atau lain lagi bidang olah raga,seni pedalangan, drama, pantomime, music, atau di bidang perdagangan,kesehatan dan lainnya.
Pada sub tahap minat (11-12 tahun) kita cenderung malakukan pekerjaan-pekerjaan atau kegiatan-kegiatan hanya yang sesuai dengan minat dan kesukaan kita saja; sedangkan pada sub tahap kapasitas/kemampuan (13-14 tahun) kita mulai melakukan pekerjaan/kegiatan didasarkan pada kemampuan masing-masing, di samping minat dan kesukaannya. Selanjutnya pada sub tahap nilai (15-16 tahun) kita sudah bisa membedakan mana kegiatan/pekerjaan yang dihargai oleh masyarakat, dan mana yang kurang dihargai; sedangkan pada sub tahap transisi (17-18 tahun) kita sudah mampu memikirkan atau "merencanakan" karier kita berdasarkan minat, kamampuan dan nilai-nilai yang ingin diperjuangkan untuk menjadi kenyataan nantinya ketika sudah menjadi dewasa kelak.
Pada usia perguruan tinggi (18 tahun ke atas) remaja memasuki tahap reasiltis, di mana kita sudah mengenal secara lebih baik minat-minat, kemampuan, dan nilai-nilai yang ingin dikejar. Lebih lagi, kita juga sudah lebih menyadari berbagai bidang pekerjaan dengan segala konsekuensi dan tuntutannya masing-masing. Oleh sebab itu pada tahap realistis seorang remaja sudah mampu membuat perencanaan karier secara lebih rasional dan obyektif.
Tahap realistis dibagi menjadi
3 (tiga) sub-tahap, yakni sub-sub tahap (1) eksplorasi/menggali potensi (exploration), (2)kristalisasi/mewujudkan potensi dalam kenyataan (chystallization)
dan (3) spesifikasi / penentuan pilihan (specification) dengan penjelasannya
masing masing.
Pada sub tahap eksplorasi umumnya kita mulai menerapkan pilihan-pilihan yang dipikirkan pada tahap tentatif akhir. Kita pada tahab ini menimbang-nimbang beberapa kemungkinan pekerjaan yang kita anggap sesuai dengan bakat, minat, serta nilai-nilai kita, namun kita belum berani mengambil keputusan tentang pekerjaan mana yang paling tepat. Dalam hal ini termasuk di dalamnya masalah memilih sekolah lanjutan yang sekiranya sejalan dengan karier yang akan kita tekuni.
Pada sub tahap eksplorasi umumnya kita mulai menerapkan pilihan-pilihan yang dipikirkan pada tahap tentatif akhir. Kita pada tahab ini menimbang-nimbang beberapa kemungkinan pekerjaan yang kita anggap sesuai dengan bakat, minat, serta nilai-nilai kita, namun kita belum berani mengambil keputusan tentang pekerjaan mana yang paling tepat. Dalam hal ini termasuk di dalamnya masalah memilih sekolah lanjutan yang sekiranya sejalan dengan karier yang akan kita tekuni.
Pada sub tahap berikutnya, yakni
tahap kristalisasi, kita pada masa
ini mulai merasa mantap dengan
pekerjaan/karier tertentu. Berkat pergaulan yang lebih luas dan kesadaran diri
yang lebih mendalam, serta pengetahuan akan dunia kerja yang lebih luas, maka
kita makin terarah pada karier tertentu
meskipun belum mengambil keputusan final.
Akhirnya, pada sub tahap spesifikasi kita sudah mampu mengambil
keputuasan yang jelas tentang karier yang akan kita pilih untuk kemudian kita tekuni dan kita jadikan jalan hidup.
Dalam buku edisi revisinya Ginzberg dkk (1972) menegaskan bahwa pemilihan karier itu berlangsung sepanjang hayat, tidak berhenti pada suatu tahap tententu. Hal ini berarti bahwa pilihan karier tidaklah terjadi sekali saja dalam hidup manusia. Di samping itu Ginzberg juga menyadari bahwa faktor peluang/kesempatan memegang peranan yang amat penting dalam kesuksesan karier seseorang. Meskipun seorang remaja sudah menentukan pilihan kariernya berdasar minat, bakat, dan nilai yang ia yakini, tetapi kalau peluang/kesempatan untuk bekerja pada bidang itu tertutup karena "tidak ada lowongan", maka karier yang dicita-citakan akhirnya tidak bisa terwujud. Kesempatan itu bisa kita peroleh atau kita ciptakan . Kita peroleh jika kita harus berkair “ ikut fihak lain , misalnya menjadi pegawai BUMN, PNS, atau swasta . Kesempatan kita ciptakan , jika menjadi pengusaha atau wirausaha. Pilih yang mana ? Kita peroleh atau kita c iptakan ?
Dalam buku edisi revisinya Ginzberg dkk (1972) menegaskan bahwa pemilihan karier itu berlangsung sepanjang hayat, tidak berhenti pada suatu tahap tententu. Hal ini berarti bahwa pilihan karier tidaklah terjadi sekali saja dalam hidup manusia. Di samping itu Ginzberg juga menyadari bahwa faktor peluang/kesempatan memegang peranan yang amat penting dalam kesuksesan karier seseorang. Meskipun seorang remaja sudah menentukan pilihan kariernya berdasar minat, bakat, dan nilai yang ia yakini, tetapi kalau peluang/kesempatan untuk bekerja pada bidang itu tertutup karena "tidak ada lowongan", maka karier yang dicita-citakan akhirnya tidak bisa terwujud. Kesempatan itu bisa kita peroleh atau kita ciptakan . Kita peroleh jika kita harus berkair “ ikut fihak lain , misalnya menjadi pegawai BUMN, PNS, atau swasta . Kesempatan kita ciptakan , jika menjadi pengusaha atau wirausaha. Pilih yang mana ? Kita peroleh atau kita c iptakan ?
Karier perlu seuai dengan Kepribadian
Sementara
itu seorang ahli yang bernama John
Holland menjelaskan bahwa perlu
dilakukannya sebuah usaha dalam memilih karir yang sesuai dengan kepribadian
kita. Hal ini didasarkan pada sebuah alasan bahwa seorang yang memilih
karir yang sesuai dengan kepribadiannya, dia akan lebih menikmati kariernya dari pada karier yang tidak sesuai dengan
kepribadiannya.
Holland percaya ada enam tipe
kepribadian yang perlu dipertimbangkan saat mencari kecocokan antara aspek
psikologis seseorang dengan karir mana yang akan dipilih. Enam kepribadian
tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Realistis
Orang
yang memperlihatkan karakteristik maskulin.
Kuat secara fisik, menyelesaikan masalah dari sisi praktisnya dan memiliki
kemampuan sosial yang rendah .Jika kita termasuk tipe ini maka cocok bekerja pada situasi praktis sebagai
buruh, petani, pengemudi bus, dan tukang bangunan.
2.
Intelektual
Orang-orang
ini memiliki orientasi konseptual dan teoritis. Jika kita termasuk tipe ini
maka kita lebih tepat menjadi pemikir daripada pekerja. Kita akan seringkali
menghindari hubungan dengan orang lain
dan paling cocok untuk pekerjaan yang berhubungan dengan matematika atau
keilmuan
3.
Social
Orang-orang
ini sering memperlihatkan sifat-sifat
feminism (luwes/gampang bergaul), khususnya yang berhubungan dengan
kemampuan berbicara dan hubungan dengan orang lain. Jika termasuk tipe ini kita paling mungkin
mempersiapkan diri untuk masuk dalam profesi yang berhubungan dengan orang
banyak, seperti mengajar, menjadi pekerja social, dalam bidang konseling,dll
4.
Konvensional
Orang-orang
ini memperlihatkan ketidaksenangannya terhadap kegiatan yang tidak teratur
dengan rapi. Jika termasuk tip[e ini kita paling cocok menjadi bawahan, seperti
sekerataris, teller bank, atau pekerjaan administrative lainya.
5.
Menguasai (enterprising)
Orang-orang
ini menggunakan kata-katanya utnuk memimpin orang lain, mempengaruhi orang lain
dan menjual berita atau produk. Jika termasuk tipe ini kita paling cocok
memiliki karir yang berhubungan dengan penjualan, sales, politikus atau
menejemen.
6.
Artistic
Kita
adalah orang yang lebih suka berinteraksi dengan dunia kita melalui ekspresi
seni, menghindari situasi hubungan dengan orang lain serta konvensional dalam
banyak kasus. Para pemilik tipe kepribadian ini sebaiknya diarahkan ke karir
seni atau penulisan scenario drama/film/sinetron, pelukis.
Kepribadian manusia tidak cukuhanya dapat dijelaskan seperti yang telah
dijelaskan diatas. Akan tetapi kepribadian manusia adalah sebuah kepribadian
yang sangat komplek oleh karena itu cara menilainya adaah yang paling banyak
mendekati. Misalnya orang yang paling mendekati tipe social dia diarahkan ke
pekerjaan tipe sosial.
Keberadaan pemilihan karir ini juga dipengaruhi oleh lingkungan. Oleh karena
itu sangat penting menyesuaikan karier dengan kepribadian dan lingkungan.
Lingkungan-lingkungan yang di dalamnya orang hidup dan bekerja, dapat
digolongkan menurut patokan sampai berapa jauh suatu lingkungan mendekati satu
model lingkungan, yaitu :
1.
Lingkungan relistik
2.
Lingkungan intelektual
3.
Lingkungan seniman
4.
Lingkungan social
5.
lingkungan enterprising
6.
Lingkungan konvensional
Penjelasan tentang jenis lingkungan itu bisa
didapatkan dengan mempertautkan lingkungan dengan jenis-jenis kepribadian.
Perpaduan antara jenis kepribadian dan lingkungan diatas akan menghasilkan
suatu kecocokan, sehingga dapat mengembangkan diri pada lingkungan karier
tertentu. Perpaduan dan pencocokan antara tiap tipe kepribadian dan lingkungan
memungkin suatu pemilihan karier yang
nyaman dan dapat dinikmati, sehingga juga dapat perhitungkan sejauh mana karier akan berkembang.
Nah sekarang kita sudah mengetahui
secara garis besar tinjauan karier dari sudut orang awam dan sudut ilmiah.
Sekarang saatnya kita memadukan antara keduanya kemudian mulai menyusun langkah-langkah nyata
merencanakan dan mempersiapkan langkah-langkahnya meniti karier agar sukses di masa datang.(Pembahasan
hal ini akan kita lanjutkan di pertemuan
berikutnya!!!.(Mars)
0 comments :
Post a Comment