Kurikulum yang dibuat memang harus relevan dengan kehidupan
sehari-hari dan guru harus mengupdate pengetahuannya. Bila guru mengajar di
SMP, maka guru tersebut harus mampu mengikuti jiwa anak SMP dan mengikuti
perkembangan zaman dan karakter anak. Oleh karena itu, kurikulum 2013 harus
mempunyai dasar-dasar teori yang kuat sehingga mampu melahirkan pemimpin masa
depan.
Dalam kegiatan seminar penerapan kurikulum 2013 Prof. H.
Arief Rachman, M.Pd pernah mengatakan ada 4 perbedaan penekanan pesan antara
kurikulum 2013 dan kurikulum sebelumnya, yaitu:
- Pada kurikulum sebelumnya, pemisahan antara mata pelajaran pembentuk sikap, pembentuk keterampilan, dan pembentuk pengetahuan (fokus pada kognitif), sedangkan pada kurikulum 2013 semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan (fokus pada afektif/karakter)
- Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran (parsial pada KTSP), sedangkan pada kurikulum 2013 matpel diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai (holistik antar mata pelajaran)
- Pada KTSP terjadi individual teacher, dan pada kurikulum 2013 terjadi team teaching
- Evaluasi bersifat kuantitatif pada KTSP, sedangkan pada kurikulum 2013 evaluasi (proses) bersifat kuantitatif dan kualitatif.
Pada akhirnya, kurikulum 2013 berujung kepada karakter
peserta didik, dan bukan hanya sekedar kompetensi. Oleh karenanya, Prof Arief
Rachman membaginya ke dalam 4 bagian, yaitu:
- Fokus pada karakter/sikap
- Bersifat Holistik
- Team Teaching
- Evaluasi yang tepat dari kualitatif dan kuantitatif
Setidaknya ada 3 (tiga) hal yang bisa dilakukan guru dalam
menerapkan kurikulum 2013
Pertama, perubahan
mind set/pola pikir.
Pengembangan kurikulum dengan pendekatan saintifik
memungkinkan siswa untuk terlibat aktif
dalam pembelajaran melalui mengamati, menanya, menalar pada proses
inquiry, eksplorasi, dan elaborasi. Perubahan pola pikir guru dibutuhkan untuk
bisa berperan lebih menjadi fasilitator dan motivator dari pada inisiator dan
eksekutor, dalam merubah dari teacher centered ke student centered.
Implementasi collaborative learning akan membantu siswa bisa menyikapi
keberagaman dan kerjasama sebagai etos akademik dalam menemukan dan mengungkap
feomena ilmiah, yakni dari kebiasaan anak diberi tahu mengarah kepada
memfasilitasi anak mencari tahu.
Sementara authentics assessment semakin dikedepankan sebagai assessment
for learning dari pada assessment of learning.
Hal-hal tersebut bisa terwujud tatkala ada good will dari para guru
untuk merubah mind set-nya bahwa tugas mengajar adalah sebagai komitmen profesi
dalam membelajarkan dan mencerdaskan anak bangsa.
Kedua, tindakan
konstruktif dan inovatif.
Rencana pengembangan kurikulum 2013 yang akan diikuti dengan
fasilitasi buku siswa, buku pedoman guru, maupun silabus serta RPP-nya tentunya
tidak malah membuat guru merasa “santai”
dalam mengajar. Akan tetapi hal ini dimaksudkan dengan harapan guru
tidak lagi terlalu disibukkan dengan hal-hal yang bersifat administratif,
tetapi lebih fokus pada kegiatan inovatif akademis pembelajaran di kelas.
Keunikan peserta didik, keragaman lingkungan belajar, maupun keterbatasan
sarana/prasarana yang ada adalah adagium
pedagogis yang harus disikapi tentunya dengan penyesuaian strategi/model
pembelajaran yang adaptif dan edukatif. Artinya, guru justru harus mengkritisi
secara konstruktif dan inovatif buku,
silabus, dan RPP yang ada untuk disesuaikan dengan peserta didiknya. Ibarat
seorang pastry; meski resep dan bahan rotinya sama, namun di tangan pastry yang
profesional akan dihasilakn roti yang berbeda dengan pastry yang amatiran.
Keahliaan, kejelian dan kecerdasan guru dalam meramu “ kompetensi inti, dan
kompetensi dasar; aspek sikap, pengetahuan, dan aspek keterampilan; akan
menghasilkan siswa yang kompeten dan men-drive berpikir high order thinking
dalam bangku sekolahnya guna keberlanjutan pada jenjang berikutnya.
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) baik melalui level sekolah maupun kelompok/wadah
se-profesi (KKG/MGMP), perlu ditingkatkan untuk saling asah, asih, dan asuh
sesama kolega guna menghasilkan siswa-siswa yang cerdas dan unggul.
Ketiga, sikap teladan
guru.
Seiring dengan kompleksitas dan perkembangan peradaban dunia
di era globalisi, tugas mendidik guru perlu dikedepankan dalam aspek penguatan
sikap dan budi pekerti siswa.
Pendidikan karakter tidak hanya terhenti pada pengetahuan saja akan
tetapi perlu suatu pengintegrasian pada pembiasaan pembelajaran, suri tauladan,
apresiasi dan implementasi norma
akademis yang nantinya tercermin pada norma sosial yang semakin utuh dalam
praktik berbangsa dan bernegara. Terkait dengan hal tersebut, tugas guru utamanya untuk mengintegrasikan
nilai sikap dan pendidikan karakter dalam praktik pembelajaran yang diampunya,
yang selanjutnya akan menjadi school culture untuk bisa merambah entitas diri
pribadi siswa yang berkarakter. Inilah yang dibutuhkan dalam kehidupan kelak
menyongsong ketatnya persaingan global untuk tetap berpegang pada jati diri
bangsa.
Pengembangan kurikulum diharapkan akan menciptakan sumber
daya manusia yang produktif, kreatif, inovatif dan afektif. Penguatan kemampuan afektif yaitu sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi, serta pembiasaan untuk bekerja
dalam jejaring melalui collaborative learning, penguatan kreativitas, serta
pendidikan karakter akan membekali dalam memenangi ketatnya persaingan global.
0 comments :
Post a Comment