Ilustrasi:
Andi (berusia 4
tahun) tampak sedang asyik memisahkan koleksi tutup botolnya berdasarkan
“merk”, kemudian dari tiap merk tersebut dihitungnya. “satu, dua, tiga,
empat…”. Setelah semua kelompok dihitungnya, dia menyatukan kembali seluruh
tutup botol tersebut dan memasukkan ke dalam kaleng kesayangannya. Wajahnya
menunjukkan kepuasan dan kebanggaan.
Kegiatan Andi terhadap
tutup botolnya menunjukkan bahwa Andi menyukai kegiatan yang didasari konsep
logika matematika. Dalam
kegiatan tersebut terdapat kegiatan mengumpulkan, mengelompokkan berdasarkan
kriteria tertentu seperti warna, bentuk, dan disertai kegiatan menghitung.
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan matematika dan logika matematika dan
bagaimana mengembangkan kemampuan logika matematika tersebut pada anak usia TK?
Matematika,
menurut Suriasumantri (1982) adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna
dari pernyataan yang ingin disampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat
artifisial dan baru memiliki arti setelah sebuah makna diberikan kepadaanya.
Tanpa kebermaknaan metematika hanya sebuah kumpulan rumus-rumus yang mati.
Sedangkan kecerdasan logika matematika merupakan salah satu dari delapan
kecerdasan majemuk yang dikemukakan oleh Howard Gardner. Kecerdasan logika
matematika merupakan kecerdasan atau kemampuan yang melibatkan keterampilan
mengolah angka dan/atau kemahiran menggunakan logika atau akal sehat.
Kecerdasan ini juga dapat dikatakan sebagai kemampuan untuk menangani bilangan
dan perhitungan, pola dan pemikiran logis ilmiah. Hubungan antara metematika
dan logika adalah bahwa keduanya mengikuti hukum dasar. Kecerdasan seperti ini
dimiliki oleh ilmuwan ketika menciptakan hipotesis dan dengan tekun mengujinya
dengan data eksperimental, akuntan pajak, pemrogram komputer atau ahli
matematika. Masyarakat awam seperti kita memerlukan kecerdassan ini untuk
menghitung saldo bank, menghitung belanjaan dan merekap nilai anak didik.
Pada
anak-anak yang memiliki kelebihan dalam kecerdassan logika matematika biasanya
sering tertarik dengan bilangan dan pola dari usia yang sangat muda. Mereka
sangat menikmati kegiatan berhitung dan dengan cepat belajar menambah,
mengurangi, mengalikan dan membagi. Mereka juga cepat memahami konsep waktu,
berpikir secara numerik, berhubungan dengan urutan yang logis atau kemampuan
berpikir logis lainnya. Anak-anak yang berbakat dengan dibidang ini terus
menerus bertanya dan ingin tahu tentang gejala alam, suka bermain komputer,
dapat menjawab pertanyaan yang sulit, menyukai teka-teki, dan permainan yang
membutuhkan kemampuan berpikir (misalnya catur), senang menyususn sesuatu
secara hierarki atau kategori, mudah memahami sebab akibat, pertentangan dan
sangat menikmati pelajaran IPA dan matematika dan senang melakukan berbagai percobaan untuk
memuaskan rasa ingin tahunya dan berprestasi tinggi. Kecerdasan logika
matematika juga melibatkan kemampuan untuk menganalisis masalah secara logis,
menemukan atau menciptakan rumus-rumus ata pola-pola metematika dan menyelidiki
sesuatu secara alamiah. Seseorang yang memiliki kecerdassan ini hemar berkutat
dengan kegiatan yang melibatkan bilangan-bilangan.
Pentingnya Kecerdasan Logika Matematika
Kehadiran metematika secara meluas dapat dirasakan dalam setiap aspek
kehidupan moderen. Seseorang tidak dapat melakukan pengukuran apapun, membuat
bangunan, menggunakan uang, membuat janji tanpa menggunakan matematika.
Kecerdasan matematis ini juga telah didukung oleh tahap-tahap perkembangan
kognitif dari Piaget dan telah memperlihatkan hubungannya yang kuat dengan
aspek lain dari kehidupan seperti keaksaraan. Selain itu berpikir logis sangat
penting karena anak-anak memperoleh disiplin mental yang keras dan belajar
menentukan alur pikir yang benar dan yang tidak benar.
Pembelajaran Matematika di TK
Pembelajaran (kegiatan pengembangan)
matematika di TK, seperti juga membaca dan menulis memang sebaiknya tidak diajarkan di TK, tetapi kegiatan
pengembangan tersebut sebaiknya bersifat pengenalan dan dilakukan melalui
kegiatan bermain dalam suasana yang gembira dan menyenangkan. Glenn Doman
mengatakan bahwa “walaupun secara alamiah tidak ada anak yang ingin belajar
matematika sebelum ia sendiri tahu bahwa matematika itu ada, semua anak ingin
memperoleh informasi tentang segala hal yang ada di sekitarnya dan dalam
keadaan yang sebenarnya. Matematika merupakan salah satu diantara hal-hal
tersebut” (Doman, 1986). Selain itu, Glenn Doman juga mengemukakan beberapa
pokok terpenting mengenai keinginan belajar dan kemampuan ajaib anak-anak untuk
belajar, yaitu: 1) Proses belajar dimulai sejak bayi baru lahir, atau bahkan
lebih dini; 2) Setiap bayi memiliki kemauan besar untuk belajar; 3) anak-anak
kecil lebih suka belajar daripada makan; 4) anak-anak kecil lebih suka belajar
daripada bermain; 5) anak-anak kecil menganggap bahwa tumbuh dan menjadi dewasa
merupakan tugasnya; 6) anak-anak kecil ingin menjadi dewasa secepat mungkin; 7)
semua anak beranggapan bahwa belajar adalah suatu kemampuan untuk tetap hidup;
8) mereka benar dengan anggapan-anggapan demikian; 9) anak-anak kecil ingin
mempelajari segala sesuatu dengan secepat mungkin; 10) matematika merupakan
salah satu di antara hal-hal yang perlu dipelajari tersebut.
Untuk memenuhi rasa ingin tahu anak yang sangat besar, terutama yang
berkaitan dengan matematika, ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh guru.
Diantaranya adalah sebagai berikut.
1.
Tidak menghentikan
keinginan-keinginan anak untuk belajar, yang berarti guru harus memberikan
kesempatan bagi anak untuk belajar yang seluas-luasnya. Misalnya dengan
mengurangi larangan atau perkataan-perkataan yang berisi larangan. Misalnya
mengatakan” tidak boleh!”, “jangan!”, “awas, nanti…!”, dan kata-kata lain yang
akan membuat anak takut melakukan sesuatu.
2.
Tidak membatasi
pengalaman-pengalaman yang terbuka bagi anak karena hal ini akan menurunkan
keinginan belajarnya. Dengan demikian guru harus memberi kesempatan pada anak
untuk mencoba hal-hal baru dan membiarkan anak menjelajah (mengeksplor)
lingkungan sekitarnya. Oleh karenanya guru harus memfasilitasi anak dengan
menyediakan lingkungan yang aman, nyaman dan menantang bagi anak.
3.
Tidak meremehkan kemampuan anak
untuk belajar. Seringkali terjadi dimana seorang guru menganggap anak-anak
tidak memiliki pengetahuan tentang apapu sehingga guru harus memberi penjelasan
secara rinci dan detail. Oleh karenanya sebaiknya guru membiarkan dan memberi
kesempatan pada anak untuk “menemukan” sendiri. Hal lain yang dapat dilakukan
adalah dengan menggali pengetahuan anak sedalam mungkin dengan
pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka. Misalnya: “Apakah yang kalian
ketahui tentang hujan?”. Hindari pertanyaan-pertanyaan yang bersifat tertutup.
Misalnya: “Siapa yang pernah melihat hujan?”.
4.
Menumbuhkan kemampuan belajar
anak dengan cara meniadakan hambatan-hambatan yang terdapat di sekelilingnya.
Implikasinya adalah guru harus menyediakan area belajar yang bebas dari
berbagai benda-benda yang dapat menghambat atau menghalangi mobilitas anak.
Letakkan peralatan atau bahan-bahan belajar di tempat yang mudah dijangkau
anak. Namun, untuk benda-benda yang dapat membahayakan sebaiknya disimpan
ditempat yang tidak bisa dijangkau anak. Penataan ruangan atau area ditata
sedemikian rupa sehingga anak dapat bergerak dengan bebas tanpa halangan.
5.
Membantu anak melipatgandakan
ilmu yang diserapnya dengan cara mendorong dan memotivasi anak untuk melakukan
sesuatu guna memenuhi rasa ingin tahunya. Guru juga sebaiknya memiliki
pengetahuan yang luas, sehingga akan dapat menjawab berbagai pertanyaan anak
tentang berbagai hal. Karena untuk memuaskan rasa ingin tahunya, biasanya anak
akan mengajukan banyak sekali pertanyaan tantang berbagai hal yang
dipikirkannya. Guru juga harus dapat menjawap pertanyaan anak dengan bahasa
yang dapat dipahami anak.
Jika Anda sebagai guru
TK telah dapat menerapkan hal-hal tersebut, maka Anda akan memiliki kesempatan
untuk membantu anak-anak didik belajar matematika dan mengambangkan kemampuan
logika matematikanya secara optimal. Anda juga dapat mengembangkan kegiatan
yang belajar matematika di TK menjadi suatu kegiatan yang menyenangkan dan
disukai oleh anak-anak sehingga tidak membuatnya menjadi kegiatan yang membuat
anak-anak trauma dengan metematika, menjadi beban bahkan “momok” yang
menakutkan anak-anak hingga mereka membenci pelajaran matematika pada tingkat
selanjutnya.
Pembelajaran Matematika
yang Menyenangkan di TK
Perlu diingat
kembali, bahwa belajar adalah permainan
terhebat dalam hidup dan paling menyenangkan dan semua anak dilahirkan dengan
keyakinan itu. (Doman, 1982). Kegiatan pengembangan di TK senantiasa dilakukan
melalui bermain dengan cara yang gembira dan menyenangkan. Hal ini sesuai
dengan motto kegiatan pengembangan di TK, yaitu: bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain. Berikut ini
disampaikan beberapa contoh kegiatan belajar (permainan) matematika di TK.
1.
Mengelompokkan dan Menyortir Berbagai
Benda
Kegiatan semacam ini sangat disukai oleh anak-anak usia
TK. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara meminta anak-anak untuk
mengumpulkan benda-benda yang ada di sekitar TK (atau dari sekitar rumah
mereka), misalnya: tutup botol bekas, kerang, kancing baju, daun, batu dan lain
sebagainya. Biarkan anak-anak mengumpulkan benda-benda yang disukainya,
usahakan tidak memberikan batasan-batasan yang akan menghambat kesenangan dan
kreativitas anak. Setelah terkumpul, ajaklah anak-anak untuk menyortirnya
berdasarkan ukuran atau warna atau bentuk. Dalam kegiatan ini anak-anak dapat
diperkenalkan pada konsep banyak-sedikit, besar-kecil, pengenalan bilangan,
operasi penjumlahan dan pengurangan sederhana.
2.
Mengenal Angka Melalui Lagu dan
Syair atau Sajak Berirama
Lagu dan sajak berirama merupakan media sederhana dan
menyenangkan bagi anak untuk belajar sesuatu. Anda dapat menciptakan dan
mengenalkan lagu-lagu atau sajak berirama yang bermuatan pengenalan dasar-dasar
berhitung yang merupakan bagian dari matematika, seperti bilangan atau konsep
penjumlahan sederhana. Saat mengenalkan lagu, guru dapat memperagakan isi lagu
dengan jari ataupun gerakan-gerakan sederhana yang mudah ditiru oleh anak. Seperti langkah kaki, tepuk tangan ataupun
menunjukkan jari-jari tangan.
3.
Bermain dengan Diri Sendiri
Seorang anak akan senang sekali jika diajak mengukur
tinggi badannya atau panjang langkahnya dengan menggunakan jengkal atau alat
ukur bertupa meteran. Caranya adalah: ukur tinggi seorang anak pada tembok,
beri tanda tinggi mereka. Kemudian mintalah anak tersebut untuk mengukur
sendiri dengan menggunakan jengkalnya sendiri tatau meteran. Demikian pula
dengan panjang langkah kaki. Caranya: mintalah anak untuk melangkahkan kaki,
beri tanda panjang langkah mereka. Kemudian mintalah anak untuk mengukur
langkah kaki mereka sendiri dengan menggunakan jengkal atau meteran. Kegiatan
lain yang dapat dilakukan, antara lain: meminta anak menyebutkan umur, nomor
telepon rumah, jumlah anggota keluarga dan lain-lain. Kegiatan mengukur berat
badan dengan alat timbangan, mengukur besar telapak tangan dengan menjiplak dan
kegiatan lain yang menggunakan diri anak sebagai media dan sumber belajar.
Kegiatan ini dapat digunakan untuk mengenalkan konsep ukuran (panjang, berat)
dan pengenalan angka
4.
Bermain dengan Kartu
Kartu bergambar benda-benda atau simbol-simbol dengan
jumlah tertentu maupun kartu bertuliskan angka-angka dapat digunakan untuk
mengenalkan konsep bilangan, penjumlahan dan pengurangan sederhana. Kegiatan
permainan dapat divariasikan sesuai dengan situasi dan kondisi. Misalnya: anak
diminta melompat sebanyak angka atau jumlah gambar yang terdapat dalam kartu
yang mereka ambil sendiri. Kegiatan dapat pula dilakukan dengan meminta anak mengambil
benda-benda tertentu sesuai lambang bilangan dalam kartu yang mereka ambil.
Kegiatan ini dilakukan untuk mengenalkan lambang bilangan, konsep banyak dan
sedikit dan kecepatan mengambil keputusan.
5.
Bermain melalui Kegiatan
Merangkai
Guru dapat mengenalkan anak-anak dengan berbagai ukuran
dan perbandingan dengan menerapkan kegiatan merangkai. Pada kegiatan ini Anda
harus menyediakan benda-benda atau gambar dengan ukuran yang berbeda-beda.
Misalnya benda yang pendek sampai yang panjang, kecil sampai yang besar, kurus
sampai yang gemuk dan sebagainya. Caranya adalah dengan meminta anak-anak untuk
mengurutkan benda-benda tersebut berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.
Misalnya: urutkan daun-daun ini mulai dari yang terkecil, urutkan batu-batu kerikil
ini mulai dari yang terbesar.
6.
Bermain menghitung
Kegiatan
bermain menghitung ini dapat dilakukan dengan cara menghitung jarak dari satu
titik ke titik yang lain. Hitungan dilakukan dengan langkah. Misalnya dari
pintu ruang kelas ke tempat rak sepatu, dari kantor kepala TK ke ruang kelas,
dari kelas yang satu ke kelas yang lainnya atau dari satu titik yang disepakati
ke titik yang lainnya.
Permainan
lainnya dapat dilakukan dengan mengajak anak untuk berlomba adu cepat
menghitung benda-benda di sekitarnya. Misalnya jumlah jendela, loker, anak yang
berpita, sepatu berwarna tertentu dan lain sebagainya. Permainan ini sangat
menarik dan disukai oleh anak-anak. Kedua kegiatan ini dilakukan untuk mengembangkan kemampuan berhitung dan mengenalkan
konsep ukuran serta kecepatan menemukan objek yang akan dihitung.
7.
Bermain dengan bentuk-bentuk
geometri
Banyak
cara yang dapat dilakukan untuk mengenalkan bentuk-bentuk geometri pada
anak-anak TK, diantaranya adalah:
a.



mencari jodohnya,
permainan ini dilakukan dengan cara memasangkan bentuk pada tempatnya dengan
bentuk yang sama pula. Untuk kegiatan ini, guru harus menyediakan pola atau
lubang berbentuk geometri seperti dengan menggunakan kertas
atau karton. Guru juga harus menyediakan gambar bentuk yang sama namun dengan
ukuran yang lebih kecil. Cara bermainnya adalah dengan meminta anak-anak
memasukkan gambar bentuk geometri ke dalam pola atau lubang dengan bentuk yang
sama. Kegiatan ini akan lebih menarik jika dilombakan baik secara beregu maupun
individual.
b.
mencari atau menunjuk benda di
sekitar yang berbentuk geometri
Guru dapat meminta anak-anak untuk menyebutkan atau
menunjukkan benda-benda yang memiliki bentuk geometri. Misalnya: guru menyebutkan
segitiga maka kemungkinan jawabannya adalah atap rumah, topi, es krim dan
lain-lain. Jika guru menyebut lingkaran maka jawabannya antara lain bola,
bakso, kepala, jeruk dan lain-lain.
c.
Membuat Sate Pola
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan mengajak anak-anak
untuk menyusun pola berdasarkan bentuk geometri. Caranya adalah: 1) mintalah
anak-anak untuk menggunting gambar bentuk geometri yang sudah disediakan guru,
2) kemudian mereka diminta menusukan masing-masing bentuk sesuai dengan pola
yang ditentukan guru atau pola yang diinginkan anak misalnya SSBBLLPP atau SPLBBSPLBB
dan seterusnya (segitiga (S), bujur sangkar (B), lingkaran (L), persegi panjang
(P)).
d.
Bermain lingkaran bentuk
Kegiatan bermain ini dilakukan seperti permainan Ular
Tangga atau Halma. Untuk kegiatan ini, guru harus menyiapkan bentuk-bentuk
geometri berukuran besar yang dibuat dari karton (kira-kira cukup untuk anak
berdiri dengan dua kaki di atasnya). Selain itu juga perlu disiapkan sebuah
dadu untuk menentukan giliran dan berapa langkah anak harus berjalan atau
melompat.
Penutup
Banyak
sekali kegiatan permainan yang dapat dilakukan untuk mengenalkan dan belajar
matematika untuk anak usia TK. Anda
sebagai guru TK dapat menciptakan, mengembangkan atau mengadopsi berbagai
permainan untuk anak-anak didik. Namun sekali lagi, guru harus selalu mengingat
untuk tidak mengajarkan matematika pada anak didik di TK seperti pelajaran
matematika pada anak SD dan tingkat usia yang lebih tinggi. Kegiatan belajar
matematika dapat (boleh saja) dilakukan di TK selama kegiatan tersebut bersifat
pengenalan dan dilakukan melalui kegiatan bermain dalam suasana yang
menggembirakan dan menyenangkan serta tidak membuat anak takut atau merasa
terbebani.
Mahasiswa PGTK-UT, Anda dapat mencoba menerapkan berbagai contoh
kegiatan yang telah disampaikan pada anak didik di TK masing-masing. Catatlah kesulitan dan keuntungan yang Anda
dapatkan saat menerapkan berbagai permainan tersebut. Kemudian diskusikan hasil
catatan Anda dengan teman sejawat. Hasil diskusi tersebut dapat Anda gunakan
untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan lainnya yang lebih baik, lebih kreatif
dan lebih bermanfaat untuk mengembangkan kecerdasan logika matematika anak
secara optimal dan membantu anak untuk belajar matematika dengan cara yang
lebih menyenangkan.
Anda sedang membaca artikel berjudul
0 comments :
Post a Comment