a. Arti dan Karakteristik Modul
Sebagai salah satu bahan ajar cetak, modul
merupakan suatu paket belajar yang berkenaan dengan satu unit bahan pelajaran.
Dengan modul siswa dapat mencapai dan menyelesaikan bahan belajarnya dengan
belajar secara individual. Peserta belajar tidak dapat melanjutkan ke suatu
unit pelajaran berikutnya sebelum menyelesaikan secara tuntas materi
belajarnya. Dengan modul siswa
dapat mengontrol kemampuan dan intensitas belajarnya. Modul dapat dipelajari di
mana saja. Lama penggunaan sebuah modul tidak tertentu, meskipun di dalam
kemasan modul juga disebutkan waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari materi
tertentu. Akan tetapi keleluasaan siswa mengelola waktu tersebut sangat
fleksibel, dapat beberapa menit dan dapat pula beberapa jam, dan dapat
dilakukan secara tersendiri atau diberi variasi dengan metode lain.
Pembelajaran dengan modul memiliki
ciri-ciri (Vembriarto, 1985: 27) sebagai berikut:
1) Bersifat self-instructional.
Pengajaran modul menggunakan paket
pelajaran yang memuat satu konsep atau unit dari bahan pelajaran. Sementara,
pendekatan yang digunakan dalam pengajaran modul menggunakan pengalaman belajar
siswa melalui berbagai macam penginderaan, melalui pengalaman mana siswa
terlibat secara aktif belajar.
2) Pengakuan atas
perbedaan-perbedaan individual
Pembelajaran melalui modul sangat sesuai
untuk menanggapi perbedaan individual siswa, karena modul pada dasarnya disusun
untuk diselesaikan oleh siswa secara perorangan. Oleh karena itu pembelajaran melalui modul, siswa
diberi kesempatan belajar sesuai irama dan kecepatan masing-masing.
3). Memuat rumusan tujuan pembelajaran/kompetensi dasar secara eksplisit.
Tiap-tiap
modul memuat rumusan tujuan pengajaran/kompetensi dasar secara spesifik dan
eksplisit. Hal ini sangat berguna bagi berbagai pihak seperti bagi penyusun
modul, guru, dan bagi siswa. Bagi penyusun modul, tujuan yang spesifik berguna
untuk menentukan media dan kegiatan belajar yang harus direncanakan untuk
mencapai tujuan tersebut. Bagi guru tujuan itu berguna untuk memahami isi
pelajaran. Bagi siswa berguna untuk menyadarkan mereka tentang apa yang
diharapkan.
4) Adanya asosiasi, struktur, dan urutan
pengetahuan
Proses
asosiasi terjadi karena dengan modul siswa dapat membaca teks dan melihat
diagram-diagram darn buku modulnya. Sedangkan struktur dan urutan maksudnya
materi pada buku modul itu dapat disusun mengikuti struktur pengetahuan secara
hirarkis. Dengan demikian siswa dapat mengikuti urutan kegiatan belajar secara
teratur.
5)
Penggunaan berbagai macam media (multi media)
Pembelajaran
dengan modul memungkinkan digunakannya berbagai macam media pembelajaran. Hal
ini dikarenakan karakteristik siswa berbeda-beda terhadap kepekaannya terhadap
media. Oleh karena itu dalam belajar menggunakan modul bisa saja divariasikan
dengan media lain seperti radio atau televisi.
6) Partisipasi aktif dari siswa
Modul disusun sedemikian rupa sehingga bahan-bahan
pembelajaran yang ada dalam modul tersebut bersifat self instructional, sehingga akan terjadi keaktifan belajar yang
tinggi.
7) Adanya reinforcement langsung terhadap respon siswa
Respon yang diberikan siswa mendapat
konfirmasi atas jawaban yang benar, dan mendapat koreksi langsung atas
kesalahan jawaban yang dilakukan. Hal ini dilakukan dengan cara mencocokkan
hasil pekerjaannya dengan kunci jawaban yang telah disediakan.
8). Adanya evaluasi terhadap penguasaan siswa
atas hasil belajarnya
Dalam pembelajaran modul dilengkapi pula
dengan adanya kegiatan evaluasi, sehingga darn hasil evaluasi ini dapat
diketahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajarinya.
Untuk mengetahui siswa berada pada tingkat penguasaan yang mana, dalam suatu
modul juga dilengkapi tentang cara perhitungannya dan patokannya.
Karakteristik modul dapat diketahui dari
formatnya yang disusun atas dasar:
1)
prinsip-prinsip desain
pembelajaran yang berorientasi kepada tujuan (objective model)
2)
prinsip belajar mandiri
3)
prinsip belajar maju
berkelanjutan (continuous progress)
4)
penataan
materi secara modular yang utuh dan lengkap (self contained)
5)
prinsip
rujuk silang (cross referencing)
antar modul dalarn rnata pelajaran
6)
penilaian belajar mandiri
terhadap kemajuan belajar (self-evaluation).
b. Teknik Pengembangan Modul
Mengembangkan modul berarti
mengajarkan suatu mata pelajaran melalui tulisan. Oleh karena itu,
prinsip-prinsip yang digunakan dalam mengembangkan modul sama dengan yang
digunakan dalam pembelajaran biasa. Bedanya adalah, bahasa yang digunakan
bersifat setengah formal dan setengah lisan, bukan bahasa buku teks yang
bersifat sangat formal.
Ada tiga teknik yang dapat
dipilih dalam menyusun modul. Ketiga teknik tersebut menurut Sungkono,
dkk.(2003: 10), yaitu menuulis sendiri, pengemasan kembali informasi, dan
penataan informasi:
1. Menulis Sendiri (Starting from Scratch)
Penulis/guru
dapat menulis sendiri modul yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.
Asumsi yang mendasari cara ini adalah bahwa guru adalah
pakar yang berkompeten dalam bidang ilmunya, mempunyai kemampuan menulis, dan
mengetahui kebutuhan siswa dalam bidang ilmu tersebut. Untuk menulis modul
sendiri, di samping penguasaan bidang ilmu, juga diperlukan kemampuan menulis
modul sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran, yaitu selalu berlandaskan
kebutuhan peserta belajar, yang meliputi pengetahuan, keterampilan, bimbingan,
latihan, dan umpan balik. Pengetahuan itu dapat diperoleh melalui analisis
pembelajaran, dan silabus. Jadi, materi yang disajikan dalam modul adalah pokok
bahasan dan sub pokok bahasan yang tercantum dalam silabus.
2.
Pengemasan Kembali Informasi (Information
Repackaging)
Penulis/guru tidak menulis modul
sendiri, tetapi memanfaatkan buku-buku teks dan informasi yang telah ada di
pasaran untuk dikemas kembali menjadi modul yang memenuhi karakteristik modul
yang baik. Modul atau informasi yang sudah ada dikumpulkan berdasarkan
kebutuhan (sesuai dengan kompetensi, silabus dan RPP/SAP), kemudian disusun
kembali dengan gaya
bahasa yang sesuai. Selain itu juga diberi tambahan keterampilan atau
kompetensi yang akan dicapai, latihan, tes formatif, dan umpan balik.
3. Penataan Informasi (Compilation)
Cara ini mirip dengan cara kedua, tetapi
dalam penataan informasi tidak ada perubahan yang dilakukan terhadap modul yang
diambil dari buku teks, jurnal ilmiah, artikel, dan lain-lain. Dengan kata
lain, materi-materi tersebut dikumpulkan, digandakan dan digunakan secara
langsung. Materi-materi tersebut dipilih, dipilah dan disusun berdasarkan kompetensi
yang akan dicapai dan silabus yang hendak digunakan.
0 comments :
Post a Comment