Pendekatan
ilmiah ini memerlukan langkah-langkah pokok:
1). Mengamati
Metode
mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek
secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya.
Dalam pembelajaran ilmu-ilmu sosial,
pengamatan dapat dilakukan terhadap hal- hal sebagai berikut, contoh:
- Proses
terbentuknya negara
- Interaksi sosial
- Situs sejarah
Sedangkan dalam pembelajaran di kelas,
mengamati dapat dilakukan melalui berbagai media yang dapat diamati siswa,
misalnya: video, gambar, grafik, bagan, dsb.
Kegiatan
mengamati dalam pembelajaran
dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut ini.
- Menentukan
objek apa yang akan diobservasi
- Membuat
pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi
- Menentukan secara jelas
data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder
- Menentukan
di mana tempat objek yang akan diobservasi
- Menentukan
secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar
berjalan mudah dan lancar
- Menentukan
cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi , seperti menggunakan buku
catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.
Secara lebih
luas, alat atau instrumen yang digunakan dalam melakukan
observasi, dapat berupa daftar cek (checklist),
skala rentang (rating scale), catatan
anekdot (anecdotal record), catatan
berkala, dan alat mekanikal (mechanical
device). Daftar cek dapat berupa suatu daftar yang berisikan nama-nama
subjek, objek, atau faktor- faktor yang akan diobservasi. Skala rentang ,
berupa alat untuk mencatat gejala atau fenomena menurut tingkatannya. Catatan
anekdot dapat berupa catatan yang dibuat oleh peserta didik dan guru mengenai
kelakuan-kelakuan luar biasa yang ditampilkan oleh subjek atau objek yang
diobservasi. Alat mekanik dapat berupa
berupa alat mekanik yang dapat dipakai untuk memotret atau merekam
peristiwa-peristiwa tertentu yang ditampilkan oleh subjek atau objek yang
diobservasi.
2). Menanya
Guru yang efektif mampu menginspirasi
peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan,
dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing
atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab
pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong siswa untuk menjadi
penyimak dan pembelajar yang baik. Artinya guru dapat menumbuhkan sikap ingin
tahu siswa, yang diekspresikan dalam bentuk pertanyaan. Misalnya: Mengapa
terjadi kasus pelanggaran HAM? Apakah seni bangun candi itu asli Indonesia atau
ada pengaruh dari luar? Dalam hukum permintaan dinyatakan ketika harga naik
maka jumlah barang yang diminta akan turun, namun kenyataannya setiap menjelang
hari raya walaupun harga cenderung naik tetapi permintaan juga ikut naik.
Mengapa demikian?, dsb. Diusahakan setelah ada pengamatan, yang bertanya bukan
guru, tetapi yang bertanya peserta didik. Berikut manfaat / fungsi bertanya:
· Membangkitkan
rasa ingin tahu, minat, dan perhatian
peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran.
· Mendorong
dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan
pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
· Mendiagnosis
kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan ancangan untuk mencari
solusinya.
· Menstrukturkan
tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan
sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang
diberikan.
· Membangkitkan
keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi
jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
· Mendorong
partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan
berpikir, dan menarik simpulan.
· Membangun
sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan,
memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup
berkelompok.
· Membiasakan
peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan
yang tiba-tiba muncul.
· Melatih
kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama
lain.
3). Menalar
Istilah “menalar” dalam
kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam
Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan
pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik
harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan
sistematis atas fakta-fakta
empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa
pengetahuan. Penalaran dimaksud
merupakan penalaran ilmiah, meski penalaran nonilmiah tidak selalu tidak
bermanfaat.
4). Mencoba/mengeksplorasi
Eksplorasi adalah
upaya awal membangun pengetahuan melalui peningkatan pemahaman atas suatu
fenomena. Strategi yang digunakan adalah memperluas dan memperdalam pengetahuan
yang menerapkan strategi belajar aktif. Pendekatan pembelajaran
yang berkembang saat ini secara empirik telah melahirkan disiplin baru pada
proses belajar. Tidak hanya berfokus pada apa yang dapat peserta didik temukan,
namun sampai pada bagaimana cara mengeksplorasi ilmu pengetahuan. Istilah yang populer
untuk menggambarkan kegiatan ini adalah
“explorative learning”.
Pendekatan belajar
yang eksploratif tidak hanya berfokus pada bagaimana mentransfer ilmu
pengetahuan, pemahaman, dan interpretasi, namun harus diimbangi dengan
peningkatan mutu materi ajar. Informasi tidak hanya disusun oleh guru. Perlu
ada keterlibatan peserta didik untuk memperluas, memperdalam, atau menyusun
informasi atas inisiatifnya. Dalam hal ini peserta didik menyusun dan
memvalidasi informasi sebagai input bagi kegiatan belajar. Peta Konsep yang
dikembangkan menunjukan kompleksitas kegiatan eksplorasi dalam proses
pembelajaran yang mengharuskan adanya proses dialog yang : (1) interaktif (2)
adaptif, interaktif dan reflektif (3) menggambarkan tingkat-tingkat penguasaan
pokok bahasan (4) menggambarkan level kegiatan yang berkaitan dengan
meningkatkan keterampilan menyelesaikan tugas sehingga memperoleh pengalaman
yang bermakna.
Mengintegrasikan
pendekatan ini dengan lima faktor yang menyebabkan kegiatan pembelajaran
menjadi lebih bermakna, yaitu belajar aktif, belajar konstruktif, belajar
intens, belajar autentik, dan kolaboratif yang menegaskan pernyataan bahwa
pembelajaran eksploratif lebih menekankan pada pengalaman belajar dari pada
pada materi pelajaran.
Eksplorasi merupakan
proses kerja dalam memfasilitasi proses belajar peserta didik dari tidak tahu
menjadi tahu. Peserta didik menghubungkan pikiran yang terdahulu dengan
pengalaman belajarnya. Mereka menggambarkan pemahaman yang mendalam untuk
memberikan respon yang mendalam juga. Bagaimana membedakan peran masing-masing
dalam kegiatan belajar bersama. Mereka melakukan pembagian tugas seperti dalam
tugas merekam, mencari informasi melalui internet serta memberikan respon
kreatif dalam berdialog. Di samping itu peserta didik menindaklanjuti
penelusuran informasi dengan membandingkan hasil telaah. Secara kolektif,
mereka juga dapat mengembangkan hasil penelusuran informasi dalam bentuk
grafik, tabel, diagram serta mempresentasikan gagasan yang dimiliki.
Pelaksanaan kegiatan mencoba/eksplorasi
pada mata pelajaran ilmu-ilmu sosial dapat dilakukan melalui kerja sama dalam
kelompok kecil. Bersama teman sekelompoknya peserta didik dalam menelusuri
informasi yang mereka butuhkan, merumuskan masalah dalam kehidupan nyata,
berpikir kritis untuk menerapkan ilmu yang dimiliki dalam kehidupan yang nyata
dan bermakna. Melalui kegiatan mencoba/eksplorasi peserta didik dapat
mengembangkan pengalaman belajar, meningkatkan penguasaan ilmu-ilmu sosial,
serta menerapkannya untuk menjawab fenomena yang ada. Peserta didik juga dapat
mengeksploitasi informasi untuk memperoleh manfaat tertentu sebagai produk
belajar.
5). Jejaring Pembelajaran atau Pembelajaran
Kolaboratif
Pembelajaran
kolaboratif merupakan suatu filsafat personal, lebih dari sekadar teknik pembelajaran
di kelas-kelas sekolah. Kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi dan
gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai kerjasama sebagai struktur
interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja untuk memudahkan usaha
kolektif dalam rangka mencapai tujuan bersama.
Pada
pembelajaran kolaboratif kewenangan guru
lebih bersifat direktif atau manajer belajar, sebaliknya, peserta didiklah yang
harus lebih aktif. Jika pembelajaran
kolaboratif diposisikan sebagai satu falsafah peribadi, maka ia menyentuh
tentang identitas peserta didik terutama jika mereka berhubungan atau
berinteraksi dengan yang lain atau guru. Dalam situasi kolaboratif itu, peserta
didik berinteraksi dengan empati, saling menghormati, dan menerima kekurangan
atau kelebihan masing-masing. Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman,
sehingga memungkin peserta didik menghadapi aneka perubahan dan tuntutan belajar
secara bersama-sama.
Tantangan baru dinamika kehidupan yang makin kompleks menuntut aktivitas pembelajaran bukan sekedar mengulang fakta dan fenomena keseharian
yang dapat diduga melainkan mampu menjangkau pada situasi baru yang tak
terduga. Dengan dukungan
kemajuan teknologi dan seni, pembelajaran diharapkan mendorong kemampuan
berpikir siswa hingga situasi baru yang tak terduga.
Agar pembelajaran terus menerus membangkitkan kreativitas dan
keingintahuan siswa, kegiatan
pembelajaran kompetensi dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
1.
Menyajikan atau mengajak siswa
mengamati fakta atau fenomena baik secara langsung dan/ atau rekonstruksi
sehingga siswa mencari informasi, membaca, melihat, mendengar, atau menyimak
fakta/fenomena tersebut
2. Memfasilitasi diskusi dan Tanya jawab dalam menemukan
konsep, prinsip, hukum, dan teori
3.
Mendorong siswa aktif mencoba melalui kegiatan
eksperimen
4. Memaksimalkan pemanfaatan tekonologi dalam mengolah
data, mengembangkan penalaran dan memprediksi fenomena
5.
Memberi kebebasan dan tantangan kreativitas dalam
presentasi dengan aplikasi baru yang terduga sampai tak terduga
0 comments :
Post a Comment