MACAM-MACAM TEORI KEPEMIMIPINAN MENURUT PARA AHLI BESERTA BERBAGAI PENDAPATNYA

Written By putrajunio on Friday, May 16, 2014 | 11:17 PM

Teori Kepemimpinan
Konsep teori kepemimpinan dilandasi oleh tiga pendapatyang satu dengan yang lainnya saling berbeda. Pendapat kuno mengatakan bahwa pemimpin itu sebenarnya dilahirkan dan bukan dibentuk oleh sistem sosial masyarakat (the leader were born not made). Kemudian muncul pendapat yang menyanggah bahwa pemimpin itu bukan dilahirkan tetapi sengaja terlahir dari interaksi sistem sosial ditempat di hidup (the leader are made not born). Akhirnya muncul lagi pendekatan ekologis yang menyatakan bahwa munculnya seorang pemimpin karena adanya bakat kepemimpinan yang dibawa semenjak dia lahir dan kemudian bakat tersebut sempat berkembang dalam masyarakat berkat pengalaman dan pendidikan yang sudah ditempuhnya serta sesuai pula dengan tuntutan masyarakat (Syahriman Dkk., 1991:133)

Pendekatan yang mangatakan the leaders were born disebut pendekatan genetis, karena sifatnya diturunkan dari gen orang tua. Pendekatan the leaders are made disebut sebagai pendekatan sosial, karena pemimpin itu lahir dari masyarakat. Pendekatan ekologis yaitu berusaha mensintesiskan dua pendapatan di atas. Pendekatan ekologis ini sering diberi nama dengan pendekatan situasional. Pendekatan situasional mengatakan muncul­nya kepemimpinan seseorang hanya pada situasi tertentu.
Mar'at pakar Psikologi lebih mendistribusikan teori kepemimpinan­nya menurut kategori tertentu, sehingga dapat membedakan antara pendapat dengan lainnya. Pendapat tersebut dijelaskannya secara rinci (Syahriman Dkk., 1991:133) sebagai berikut:

1.      Teori Orang Terkemuka
Inti pokok teori ini, menyebutkan bahwa seorang pemimpin tersebut munculnya karena faktor keturunan yaitu dari gen keturunannya. Pengaruh warisan memang diterima secara biokogis dari orang tuanya. Pengaruh ini telah dikemukakan oleh Wiggams (1931) dalam penelitiannya yang menyatakan perkawinan campuran terjadi antara keturunan kerabat raja dengan golongan orang biasa menghasilkan kelas aristokrasi yang secara biologis berbeda dengan kelas yang lebih rendah. Jadi pemimpin superior sangat bergantung pada keturunannya. Penelitian ini didukungoleh penelitian Galton (1879); Cariile (1841); Woods (1913); Bernard (1926); Bingham (1927) dan Kilbourne (1935) dalam (Syahriman Dkk., 1991:134).

2.      Teori Lingkungan
Kemunculan para pemimpin besar, merupakan hasil dari waktu, tempat dan situasi sesaat. Pernyataan ini merupakan landasan berfikir teori lingkungan. Mumford (1909) menyatakan bahwa lahirnya seorang pemimpin karena kemampuan dan keterampilannya memecahkan masalah sosial sewaktu masyarakat dalam keadaan tertekan oleh perubahan dan adaptasi. Kepemimpinan merupakan sesuatu yang "inner dan menjadi modal dasar bagi kekuatan sosial yang dimilikinya. Kemudian Scheider (1937) menemukan bahwa jumlah para pemimpin militer di Ingris sebanding dengan banyaknya konflik yang muncul pada bangsa tersebut. Jadi situasi kultural erat kaitannya dengan prestasi seorang pemimpin. Selain itu Murphy (1947) menyatakan bahwa kepemimpinan itu bukan terletak dalam diri seseorang melainkan merupakan fungsi dari suatu peristiwa. Teori Lingkungan Mumford (1909) kelihatannya lebih luas dari Scheider dan Murphy (1937, 1941) yang menekankan pada faktor "innate" saja. Namun hal ini bukan beitentangan, tetapi saling melengkapai karena keduanya sama-sania  memberi penekanan khusus pada peristiwa sosial itu sendiri (Syahriman Dkk., 1991:134).

3.      Teori Personal Situasional
Pada dasarnya teori ini ingin memperlihatkan proses interaktif dalam diri seorang "innate" dengan situasi sosial kelompoknya. Para ahli melihat adanya faktor yang terlupakan oleh kedua teori di atas, yaitu efek interaksi antara faktor individu dengan faktor situasi. Jadi, kehendak seorang pemimpin itu, karena kejelian persepsinya terhadap analisis situasi yang membuat dia lebih dari orang lain, sehingga pandangannya itu meberikan pengaruh luas terhadap anggota kelompoknya. Cattel (1951) mengajukan pendapat bahwa ada dua fungsi primer tentang kepemimpinan, yaitu: Pertama,membantu kelompok dalam menemukan arti tujuan yang telah ditetapkan bersama dan Kedua, membantu kelompok dalam menemukan tujuan tersebut. Jelas bahwa kelebihan persepsi pemimpin memberikan nilai yang lebih berarti bagi anggota kelom­pok. Oleh sebab itu, terkadang seorang pemimpin diberi semacam hak istimewa oleh anggota kelompok, sedikitnya menyimpang dari norma kelompok asal, kemudian memberikan manfaat terhadap kelompok (Wahjosumidjo, 1994: 99-107).

4.      Teori Interaksi Harapan
Setiap anggota kelompok memiliki peran-peran tertentu. Struktur peran mencerminkan perbedaan harapan perilaku yang ditampilkannya untuk kepentingan kelompok dan anggotanya. Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam kelompok, semakin besar pula perilaku yang diharapkan orang lain terhadap dirinya. Pemimpin merupakan orang yang paling tinggi statusnya dalam kelompok, maka harapan para anggota juga amat besar terhadap dirinya sehingga tingginya harapan inilah yang membedakannya dengan yang lainnya dalam (Syahriman Dkk., 1991:135)

5.      Teori Humanistik
Teori Humanistik dikemukakan oleh Argyris (1957;1962;1964); Mc-Gregor (1960;1966); Likert (1961; 1967); Black dan Mauton (1964). Mar'at menyatakan, bahwa semua teori tersebut berhubungan de­ngan perkembangan kepemimpinan yang efektif dan kohesif. Secara alamiah manusia merupakan motivated organism. Organisasi memiliki struktur dan sistem kontrol tertentu. Fungsi kepemimpinan adalah modifikasi organisasi supaya individu bebas merealisasikan potensi motivasinya dalam memenuhi kebutuhannya dan pada waktu yang sama sejalan dengan arah tujuan kelompok.

Teori Humanistik ini, menjelaskan bahwa martabat tndividu setiagai persona! benar-benar dihargai. Setiap individu niemiiiki motivasi- motivasi tertentu sebagai alasannya vuituk memasuki kelompok. Tujuan kelompok merupakan bagian dari tujuaannya. Untuk itu dia harus dibebaskan tnengenibangkan motivasinya dan oleh sebab itu pemimpin hai-us berusaha menyediakan fasilitas berkembangnya motivasi itu disalurkan ke arah tujuan kelompok. Jadi kelebihan pemimpin disini adalah dalam strateginya memilih saluran yang lebih tepat dan sesuai dengan motivasi para anggotanya sehingga motivasinya tersebut dapat berkembang secara optimal yang tetap menunjang pada tercapainya tujuan kelompok dalam (Syahriman Dkk., 1991:136).

6.      Teori Pertukaran
Interaksi sosial mengentengahkan bentuk pertukaran dan diantara anggota kelompok berlangsung proses saling memberi dan menerima (Mar'at, 1983). Kelanjutan interaksi terjadi karena para anggota mendapatkan pertukaran yang berimbang. Artinya ysng dikeluarkan sebanding dengan yang diperoleh. Dalam akhir tulisannya mengatakan bahwa bila peran harus dimainkan telah diketahui bersama, maka setiap orang dapat memuaskan harapan yang diidamkannya secara merata. Sayang hanya berhenti sampai disana dan belum mengungkapkan cara lahirnya para pemimpin menurut teori ini.

Sebenarnya masyarakat selalu terlibat dalam proses memberi dan menerima (Cost snd reward). Namun dengan cost dan reward saja belum dapat menerangkan munculnya stuktur sosial secara lebih sempurna, misalnya pola pertukaran langsung dalam kelom­pok duaan (dyad). Kemudian Levi Strauss (1969) menjc-laskan bahwa pola pertukaran langsung cenderung menekankan pada keseimbangan atau persamaan dan sering berlarut dengan keterlibatan emosional yang mendalam antara kedua belah pihak (Johnson (1986:57). Teori pertukaran secara langsung belum mampu memperlihatkan siapa pemimpin dari dua orang yang ter­libat dalam transaksi sosial tersebut, karena dihalangi oleh faktor keseimbangan bersama dan peng'aruh emosional.

Memang disini baru dilihat munculnya kepemimpinan itu dari teori pertukaran yang dikembangkan Homans pada tahun 1974. Homans (1974) menjelaskan bahwa orang-orang dalam kelompok bekerja sama menerima social approval (dukungan sosial, yakni reward yang diberikan anggota karena sumbangannya terhadap tujuan kelompok. Orang yang sumbangannya sangat bernilai dan sifatnya jarang diperoleh, akan dibiayai sangat tinggi atau lebih tinggi dari tingkat social approval pada umumnya (Johnson, 1986:69). Orang yang berjasa terhadap kelompok inilah kemudian yang tampil sebagai pimpinan kelompok dalam (Syahriman Dkk., 1991:134-137).

7. Teori Path-Goal
Melengkapi teori-teori yang dikemukakan oleh yang diajukan Mar'at, ada baiknya dicantumkan juga satu teori lagi. Mar'at memang pernah menyinggungnya tetapi hanya dalam empat baris saja dalam (Syahriman Dkk., 1991:138).Pada hal menurut Evans (1970) bahwa teori Path Goal merupakan teori kepemimpinan sendiri pula, sebab banyak ahli lain yang menggolongkannya ke dalam teori yang tergolong "grand" pula. Setelah diamati memang tepat juga digolongkan ke dalam teori interaksi harapan, karena pada dasarnya teori tersebut juga memperlihatkan kelebihan seorang pemimpin itu dari yang lainnya tentang pemilihan cara yang tepat untuk mencapai tujuan, sehingga dia menjadi orangyang diharapkan.

Teori Path Goal menitik beratkan perhatiannya pada cara pemimpin dalam mepengaruhi persepsi Jawabannya yang menyangkut dengan tujuan pekerjaan, tujuan pribadi dan jalan (path) untuk mencapai tujuan tersebut (Soejono Trimo, 1986). Akar teori ini adalah teori ekspektasi (expectancy theory). Orang akan puas dengan hasil pekerjaannya bila membuahkan sesuatu yang berarti bagi dirinya (uang, kedudukan, pangkat, jabatan dan status sosial). Teori ini mempunyai kesamaan dengan teori pertukaran, karena itu keduanya sangat mengharapkan reward setelah memberikan sejumlah Costtertentu. Bahkan Evans sendiri sebagai pakar Teori Path Goal menyebutkan bahwa kepemimpinan yang efektif melalui dua cara. Pertama, menyediakan sistem reward terhadap bawahannya. Kedua, mengakaitkan sistem reward tersebut dengan tujuan pribadi bawahannya dalam (Syahriman Dkk., 1991:138).

Perbedaan nyata antara teori Path-Goal dengan terori per­tukaran terletak pada penekanan cara (path) daiam mencapai tujuan. Menurut teori ekspektasi ini seorang pemimpin itu adalah orang yang ahli mentabulasikan berbagai cara merain tujuan yang diinginkan. Setiap cara mengandung probabilitas efektivitas ter­hadap tujuan. Pemilihan yang tepat akan membantu kelompok dan para anggotanya daiam marealisasikan kebutuhannya. Hal ini dis-ebabkan karena kelebihan anggota kelompok memilihnya sebagai seorang pemimpin. Tipe kepemimpinan semacam ini lebih cocok diterapkan dalam kelompok-kelomgok tugas, tetapi belum tentu dapat dijamin"berhasil dalam kelompok sosil" dalam (Syahriman Dkk., 1991:138).

8. Teori Traits
Teori ini dikemukakan oleh Barnard, Ordway Tead, Millet, Stogdill, Keith Davis, George Terry. Seandainya diteliti pendapat mereka satu persatu, dapat disimpulkan bahwa diantara mereka sendiri tidak ada kesatuan pendapat tentang ciri yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Untuk melihat kebenaran tentang ketidak sepakatan mereka, ada baiknya dijelaskan berikut ini. Menurut Millet (Wahjosumidjo, 1994: 45) yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah:
1. Kemampuan untuk melihat oragnisasi atau kelompok sebagai satu keseluruhan;
2. Kemampuan dalam mengambil keputusan;
3. Kemampuan untuk melimpahkan atau mendelegasikan wewenang;
4. Kemampuan rnenanamkan kesetiaan terhadap bawahan atau anggota kelompok.

Sementara Barnard berpendapat, bahwa harus ada dua sifat pribadi yang dimiliki oleh seorang pemimpin (Wahjusumidjo, 1994: 46), yaitu:
1.      Sifat pribadi yang meliputi kelebihan fisik, kecakapan, teknologi, daya tanggap, pengetahuan, daya ingat dan imajinasi.
2.      Sifat pribadi yang mempunyai watak lebih subyektif, seperti keunggulan pemimpin dalam hal: keyakinan, ketekunan, daya tahan dan keberanian.

Lain pula yang disampaikar. Davis (1972) bahwa ada em pat faktor yang mengantarkan kesuksesan seseorang dalam memimpin kelom­pok atau organisasi (Wahjosumidjo, 1994: 46), yaitu:
a. Intelligency
Pada umumnya para peneliti menunjukkan hasil penelitiannya bahwa para pemimpin itu mempunyai kecerdasan yang lebih tinggi dari pengikutnya.
b. Social Maturity' and Breadth
Kematangan dan keluasan pandangan sosial. Pada umumnya para pemimpin memiliki kestabilan emosi, keluasan pandangan dan ak-tifitasnya.
c. Inner Motivation and Achievement Drives
Mempunyai motivasi dan keinginan berprestasi yang datang dari dalam dirinya sendiri.
d. Humaa Relations Attitude
Mempunyai sikap dalam membina relasi sosial. Kesuksesan para pemimpin merupakan sikapnya yang menghargai martabat para pengikutnya serta kemampuan beretnpati dengan mereka.
Ketiga pendapat di atas menyatakan bahwa memang rupanya tidak terdapat kesepakatan dikalangan para ahli teori kepemimpinan. Namun yang penting adalah bahwa asumsi dasar teori ini bertitik tolak dari keberhasilan seseorang dalam memimpin kelom-pok tergantung kepada sifat yang dimilikinya, baik sifat dasar maupun sifat yang dikembangkannya dalarn bentuk prosocial be­havior. Pendapat ini tidak begitu banyak lagi dipakai saat ini, karena hasil penelitian yang dilakukan oleh Byrd (1940) tehadap 20 sifat kepemimpinan. Tidak satupun diantaranj-a yang menunjukkan bahwa salah satu sifat tersebut selalu ada pada setiap pemimpin yangditelitinya. Penelitian Jenkins juga mendukungnya yang men-gatakan bahwa "no single trait or group of characteristics has been isolated which sets off the leader from the members of the group" dalam (Syahriman Dkk., 1991:140).

Kelemahan yang dimiliki teori ini adalah:
a.       Teori sifat tidak memiliki standar }'ang baku. sehingga suiit bagi peneliti dalam memformulasikan indikator penelitiannya yang diakui tingkat validitasnya.
b.      Lebih cenderung bersifat deskriptif dan kurang analisis, sehingga bentuk penelitiannya pun lebih cenderung pada bentuk penelitian kualitatif deskriptif.
c.       Ternyata tidak semua sifat itu terdapat pada setiap pemimpin yang dianggap paling efektif.
d.      Sulit mencari alat ukur yang valid untuk mengetahui batasan kriteria dari masing-masing sifat. Misalnya ukuran keyakinan, ketekunan dan keberanian seseorang.
Hal yang tidak dapat dipungkiri adalah kharisma seseorang, tingkat kecerdasan dan dorongan dari dalam diri seseorang merupakan sumbangannya yang sangat berharga bagi perkembangan teori kepemimpinan sampai sekarang.

9. Teori Kepemimpinan Situasionl
Teori situasioaal ini berasumsi bahwa sukses tidaknya.kepemimpinan seseorang tergantung pada situasi yang mendukungnya. Oleh sebab itu banyak faktor yang memainkan peranan, agar seseorang bisa sukses dalam karir kepemirnpinannya. Filley dan House (Wahjosumidjo, 1994:99-107) rnenyimpulkan bahwa ada 12 faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam memimpin, yaitu:
a. Sejarah organisasi;
b. Lamanya masa jabatan pemimpin;
c. Umur jabatan pemimpin yang sekarang dan pengalaman pada masa lalu;
d. Masyarakat tempat organisasi itu berada;
e. Persyaratan khusus dari kerja kelompok yang dipimpin;.
f. Suasana psikologis kelompok yang dipimpinnya;
g. Jenis pekerjaan yang dipegang oleh pemimpin;
h. Tingkat kerja sama anggota yang diperlukan;
i. Ukuran kelompok yang dipimpin;
j. Kultur harapan bawahan;
k. Kepribadian anggota kelompok;
1. Waktu yang diperlukan untuk mengambil keputusan.

Ada hubungan antara teori kepemimpinan situasional dengan teori kepemimpinan behavior. Menurut SoejonoTrimo (1986: 41-46) para behaviorist telah memperoleh sejumlah variabel yang dapat mempengaruhi perilaku dan perfoman pemimpin dalam melaksanakan peranannya. Masalah yang muncul adalah variabel-variabel manakah diantara variabel tersebut yang paling menentukan keberhasilan seorang pemimpin, serta gaya kepemimpinan yang manakah yang cocok dipakai dalam situasi itu. Kedua masalah itu berkaitan dengari statemen Edgar H. Schein yaitu: setiap pemimpin atau manajer itu haruslah seorang ahli diagnostik dan sekaligus berjiwa peneliti. Oleh sebab itu dituntut pula tingkat kedewasaan dalam memimpin. Tingkat kedewasaan ini maksudnya ada dua yaitu pertama, tingkat kedewasaan tekhnis yaitu kematangan dalam bekerja; kedua, tingkat kedewasaan psikologis mencakup rasa percaya diri sendiri dan harga diri pemimpin bersangkutan dalam (Syahriman Dkk., 1991:141)..
Bila dihubungkan kedua belas faktor yang mempengaruhi pola kepemimpinan seseorang di atas (filley dan house) dengan konsep kematangan tadi (maturity levels) maka paling tidak ada tiga hal pokok yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin, yaitu:
a.        Kemampuan menganalisis situasi, baik situasi kelompok maupun situasi sosialnya;
b.       Kemampuan menyesuaiakan diri dengan sikap yang dimiliki oleh setiap individu anggota kelompok serta harapannya;
c.        Kemampuan menyelaraskan perkembangan kelompok sesuai de­ngan irama perkembangan situasi sosial yang lebih luas dan kornpleks.

10 Terori Perilaku Kepemimpinan
Inti teori ini dalam batas-batas tertentu inner personality seseorang pada dasarnya mempunyai kemampuan dalam mengembangkan kebiasaan perilakunya yang dapat mengoptimalkan pengaruhnya terhadap orang lain dalam (Syahriman Dkk., 1991:141). Setiap inner personality individu tersebut merupakan potensi dasar yang dapat dikembangkan seoptimal mungkin dengan cara menerapkannya melalui latihan “mempengaruhi orang lain” secara kontinue. Setiap perilaku pemimpin mempunya kualitas pegnaruh yang berbeda terhdap bawahan atau anggota kelompoknya.

Tujuh perilaku kepemimpinan
1.      Perilaku pemimpin otoritas adalah merupakan segala keputusan berada di tangan pemimin dan para anggota kelompok hanya sebagai penerima saja.
2.      Perilaku pemimpin sedikit memberikan tenggan rasa dalam mengambil keputusan, tetapi final keputusan tetap berada ditangannya. Perkataan lain, suara anggota kelompok sedikit sudah mendapat perhatian.
3.      Dalam tipe ketiga ini, perilaklu pemimpin sudah agak membuka diri denga membentangkan gagasan dan para anggota diberi kesempatan untuk menanggapinya.
4.      Tipe keempat merupakan perilaku yang berada ekstrin kiri dan kanan. Keputusan pemimin sudah bersifat tentative dan bisa mengalami perubahan atas saran dari anggota kelompok.
5.      Tipe kelima pemimpin mengajukan berbagai masalah yang sedang dihadapi sehingga dia memberikan dorongan terhadap bawahan untuk sama-sama memikirkannya.
6.      Pemimpin sudah memberikan batasan keputusan yang patut diambilnya dan disamping itu kelompok secara nyata turut mempunyai andil dalam keputusan kelompok teresebut.
7.      pemimpin mendelegasikan terhadap para bawahannya yang superior dalam mengambil keputusan kelompok. Jadi dalam tipe ekstrim kanan ini pemimpin seolah-olah hanya sebagai simbol saja, segala keputusan berada ditangan orang yang dipercayai dalam (Syahriman Dkk., 1991:143).

Tingkatan kepemimpinan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.      Kategori Top Kelompok, ketua dan wakil ketua, sekretaris dan bendahara. Dikatakan top Kelompok adalah karena keempat jenis peranan inilah yang dianggap paling berpengaruh dalam melaksanakan kegiatan kelompok. Golongan ini biasa juga disebut sebagai pengurus inti dalam perkumpulan social masyarkat.
2.      Kategori orang kebanyakan tetapi mampu mengambil inisiatif. Dalam istilah managemen kategori orang yang seperti ini disebut lower management atau operasional management yang biasanya ditunjuk ketua pelaksana pekerja dilapangan.
3.      Follower yaitu pengikut biasa. Kategori ini merupakan para anggota kelompok biasa dan mereka inilah yang sebenarnya orang yang dipimpin dan digerakan untuk didaya gunakan.


Bagikan ke :

Facebook Google+ Twitter Digg Technorati Reddit

Ditulis Oleh : putrajunio ~ The Secret Blog

Muh.Akram Anda sedang membaca artikel berjudul MACAM-MACAM TEORI KEPEMIMIPINAN MENURUT PARA AHLI BESERTA BERBAGAI PENDAPATNYA yang ditulis oleh The Secret Blog yang berisi tentang : Dan Maaf, Anda tidak diperbolehkan mengcopy paste artikel ini.

Blog, Updated at: 11:17 PM

0 comments :

Post a Comment

The Secret Blog © 2014. All Rights Reserved.
SEOCIPS Areasatu