Model evaluasi kurikulum jenisnya
cukup banyak, tetapi dari sejumlah teori dapat dikelompokkan atas dua model
yaitu model kuantitatif dan kualitatif (Hasan, 1988). Model kuantitatif
merentang dari Model Tyler, model Sistem Alkin, Model Countenance Stake, model
CIPP (Context, Input, Process, dan Product), dan model ekonomio
mikro. Sebaliknya, menurut Sukmadinata (2004) terdapat empat
Inti evaluasi adalah untuk mengambil keputusan tentang kurikulum dalam arti luas. Daniel Stuffbeam (dalam Ornstein dan Hunkins, 1985: 252) mendefinisikan evaluasi sebagai "... proses menggambarkan, mendapatkan, dan mengembangkan informasi yang berguna bagi penetapan alternatif-alternatif keputusan". Pakar ini membagi tiga tipe keputusan yang dapat diambil sebagai tindak lanjut evaluasi. Keputusan tersebut adalah: (1) keputusan-keputusan yang terkait dengan pengembangan pembelajaran, (2) keputusan-keputusan yang terkait dengan para individu seperti guru dan siswa, serta (3) keputusan-keputusan yang terkait dengan peraturan administratif sekolah, misalnya bagaimana sistem sekolah yang baik, serta bagaimana perituran-peraturan tentang warga sekolah.
Dalam evaluasi model CIPP, dievaluasi pengaruh keputusan-keputusan manajemen yang terkait dengan kurikulum. Proses utama pengevaluasian ada tiga, yaitu: (1) pengungkapan informasi yang dibutuhkan, (2) pengumpulan data, dan (3) pengembangan informasi terhadap hal-hal penting. Berdasarkan pengevaluasian, ada empat jenis keputusan yang dapat dirumuskan yaitu: (1) keputusan tentang perencanaan, (2) keputusan tentang penstrukturan, (3) keputusan tentang pengimplementasian, dan (4) keputusan tentang proses pengulangan.
Sesuai dengan jenis keputusan yang diambil, diklasifikasikan empat tipe pengevaluasian. Tipe-tipe tersebut adalah: (1) konteks, (2) masukan, (3) proses, dan (4) produk. Evaluasi tentang konteks dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang cermat tentang lingkungan pembelajaran siswa. Berdasarkan hal itu, dapat ditetapkan serangkaian tujuan, termasuk di dalamnya tujuan pelaksanaan evaluasi. Evaluasi tentang input atau masukan dimaksudkan untuk mengembangkan informasi bagaimana pengembangan sumber-sumber pembelajaran yang relevan dengan tujuan-tujuan program yang ditetapkan. Evaluasi tentang proses dimaksudkan untuk mengembangkan pengawasan dan pengelolaan program pembelajaran sebagai hasil pengimplementasian kurikulum. Evaluasi tentang produk dimaksudkan untuk menetapkan apakah keluaran atau hasil pembelajaran itu sesuai dengan apa yang diharapkan dan digariskan dalam rumusan-rumusan tujuan.
Langkah-langkah penerapan model CIPP dalam mengevaluasi kurikulum
adalah sebagai berikut:
jenis model yang paling menonjol
yaitu model: (1) Discrepancy evaluation Model, yaitu pendekatan yang
membandingkan pelaksanaan dengan standar baik disain, pelaksanaan program,
biaya dan lain-lain, (2) Contingency Congruence Model, yaitu menilai
kesesuaian antara rancangan, pelaksanaan dan hasil ideal dengan yang
nyata/teramati, (3) EPIC (Evaluation Programs fot Innovative Curriculum),
dan (4) model CIPP (Context, Input, Process, dan Product). Model
yang cukup terbuka dalam mengevaluasi kurikulum yang akan dikembangkan di masa
depan adalah model CIPP. Sesuai dengan namanya, model ini terbentuk dari 4
jenis evaluasi yaitu evaluasi Context, Input, Process, dan
Product yang dikembangkan kali pertama oleh
Stufflebeam.
Inti evaluasi adalah untuk mengambil keputusan tentang kurikulum dalam arti luas. Daniel Stuffbeam (dalam Ornstein dan Hunkins, 1985: 252) mendefinisikan evaluasi sebagai "... proses menggambarkan, mendapatkan, dan mengembangkan informasi yang berguna bagi penetapan alternatif-alternatif keputusan". Pakar ini membagi tiga tipe keputusan yang dapat diambil sebagai tindak lanjut evaluasi. Keputusan tersebut adalah: (1) keputusan-keputusan yang terkait dengan pengembangan pembelajaran, (2) keputusan-keputusan yang terkait dengan para individu seperti guru dan siswa, serta (3) keputusan-keputusan yang terkait dengan peraturan administratif sekolah, misalnya bagaimana sistem sekolah yang baik, serta bagaimana perituran-peraturan tentang warga sekolah.
Dalam evaluasi model CIPP, dievaluasi pengaruh keputusan-keputusan manajemen yang terkait dengan kurikulum. Proses utama pengevaluasian ada tiga, yaitu: (1) pengungkapan informasi yang dibutuhkan, (2) pengumpulan data, dan (3) pengembangan informasi terhadap hal-hal penting. Berdasarkan pengevaluasian, ada empat jenis keputusan yang dapat dirumuskan yaitu: (1) keputusan tentang perencanaan, (2) keputusan tentang penstrukturan, (3) keputusan tentang pengimplementasian, dan (4) keputusan tentang proses pengulangan.
Sesuai dengan jenis keputusan yang diambil, diklasifikasikan empat tipe pengevaluasian. Tipe-tipe tersebut adalah: (1) konteks, (2) masukan, (3) proses, dan (4) produk. Evaluasi tentang konteks dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang cermat tentang lingkungan pembelajaran siswa. Berdasarkan hal itu, dapat ditetapkan serangkaian tujuan, termasuk di dalamnya tujuan pelaksanaan evaluasi. Evaluasi tentang input atau masukan dimaksudkan untuk mengembangkan informasi bagaimana pengembangan sumber-sumber pembelajaran yang relevan dengan tujuan-tujuan program yang ditetapkan. Evaluasi tentang proses dimaksudkan untuk mengembangkan pengawasan dan pengelolaan program pembelajaran sebagai hasil pengimplementasian kurikulum. Evaluasi tentang produk dimaksudkan untuk menetapkan apakah keluaran atau hasil pembelajaran itu sesuai dengan apa yang diharapkan dan digariskan dalam rumusan-rumusan tujuan.
a) Perencanaan Evaluasi
Pada tahap ini direncanakan hal-hal yang terkait dengan pelaksanaan evaluasi. Perencanaan tersebut mencakup bidang
(1) man atau orang-orang yang akan dilibatkan dalam evaluasi, (2) money,
anggaran yang dibutuhkan dan harus disediakan dalam pelaksanaan evaluasi, (3) management, pengorganisasian pelaksanaan
evaluasi, baik penetapan struktur organisasi, ruang lingkup tugas dan tanggung jawab maupun
pendelegasian kewenangan, serta (4) time, yaitu waktu mulai dari perencanaan evluasi serta pelaporan dan perekomendasian hasil.
b) Pelaksanaan
Evaluasi
Ada beberapa langkah yang
dilakukan dalam pelaksanaan evaluasi kurikulum berdasarkan model CIPP ini,
yakni:
1). Pemfokusan
terhadap Fenomena Kurikulum yang akan Dievaluasi
Pada tahap ini, para evaluator menetapkan apa yang
akan dievaluasi dan apa desain yang digunakan.
Untuk itu, dilakukan uji-coba pelaksanaan kurikulum di suatu lembga
pendidikan atau beberapa sekolah yang
ditetapkan sebagai pilot-proyek. Dalam
tahap ini, ditetapkan fokus evaluasi: apakah keseluruhan sekolah, ataukah sekolah tertentu. Apakah sekolah itu merupakan
sekolah induk atau inti dan yang lain merupakan
sekolah imbas.
2). Pengumpulan Informasi
Pada tahap ini
para evaluator mengidentifikasikan sumber-sumber informasi yang esensial serta alat-alat (instrumen) yang digunakan untuk
mengumpulkan informasi tersebut.
Sesudah semuanya disiapkan, evaluator melaksanakan pengumpulan informasi. Informan yang diharapkan
adalah pihak-pihak yang terutama
terkait langsung dengan proses pembelajaran, misalnya siswa, guru, pimpinan
sekolah, tata usaha, komite sekolah, dan wakil-wakil masyarakat yang mewakili orang tua siswa maupun profesi
tertentu yang menonjol. Informasi
juga dikaitkan dengan deskripsi tentang content atau materi
pembelajaran, input terutama
kesiapan dan peran serta input, process,
terutama terkait dengan kesesuaian proses dengan materi dan input
serta aspek sarana dan prasarana
lainnya, serta product. Jika product
belum dihasilkan, tidak mungkin dilaksanakan evaluasi kurikulum.
3). Pengorganisasian Informasi
Para pengevaluator mengorganisasikan informasi agar mudah diinterpretasikan dan dimanfaatkan oleh audiens
(dalam hat ini kelompok evaluator). Pengorganisasian informasi mencakup pengodean,
pengorganisasian, penyimpanan,
dan penyiapan untuk saji-ulang informasi.
4) Penganalisisan Informasi
Pada tahap ini, evaluator memilih
dan mengembangkan teknik-teknik analisis informasi yang memadai. Spesifikasi teknik yang digunakan
tergantung pada fokus evaluasi dan alat
evaluasi yang digunakan.
c)
Pelaporan Informasi Hasil Evaluasi
Pada tahap ini, para evaluator
menetapkan cara terbaik untuk melaporkan hasIL evaluasi. Pada tahap ini ditetapkan apakah akan digunakan cara
formal maupun informal. Selain itu, laporan akhir hendaknya memuat rincian data statistik.
d) Pendaur-ulangan Informasi
Keberlanjutan informasi dan evaluasi sangat diperlukan dalam pengembangan
kurikulum. Meskipun berdasarkan hasil evaluasi ternyata kurikulum tersebut sudah memadai, namun pemberian
umpan batik, pemodifikasian, dan
penyesuaian tetap diperlukan sebab berbagai kekuatan yang mempengaruhi
sekolah selalu menghendaki adanya perubahan.
0 comments :
Post a Comment