Pendidikan merupakan kebutuhan bagi anak untuk meningkatkan
kualitas hidupnya, sehingga orang tua akan berupaya keras untuk dapat memenuhi
kebutuhan anak mengikuti pendidikan hingga pada jenjang yang tertinggi.
Tanggung jawab mengandung makna bahwa orang tua merasakan adanya suatu
kewajiban moral yang harus dilakukan secara ikhlas untuk memberikan pendidikan
bagi anaknya, sehingga anak dapat melakukan penyesuaian diri dalam masyarakat
tempat ia hidup. Tanggung jawab ini diwujudkan dalam berbagai upaya, yaitu:
mendorong anak untuk belajar dengan sungguh-sungguh, menyediakan fasilitas
belajar yang dibutuhkan anak, melakukan komunikasi dengan berbagai unsur yang
terkait dengan pendidikan sekolah, membimbing anak untuk menggunakan berbagai
sumber belajar.
Dorongan orang tua kepada anaknya yang berprestasi jelek atau kurang itu sangat diperlukan karena dimungkinkan kurangnya dorongan dari orang tua akan bertambah jelek pula prestasinya dan bahkan akan menimbulkan keputusasaan. Tindakan ini perlu dilakukan oleh orang tua baik kepada anak yang berprestasi baik ataupun kurang baik dari berbagaijenis aktivitas, seperti mengarahkan cara belajar, mengatur waktu belajar dan sebagainya, selama pengarahan dari orang tua itu tidak memberatkananak.
Pemenuhan kebutuhan belajar
Kebutuhan belajar adalah segala alat dan sarana yang diperlukan untuk menunjang kegiatan belajar anak. kebutuhan tersebut bisa berupa ruang belajar anak, seragam sekolah, buku-buku, alat-alat belajar, dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan belajar ini sangat penting bagi anak, karena akan dapat mempermudah baginya untuk belajar dengan baik. Dalam hal ini Bimo Walgito menyatakan bahwa “semakin lengkap alat-alat pelajarannya, akan semakin dapat orang belajar dengan sebaik-baiknya, sebaliknya kalau alat-alatnya tidak lengkap, maka hal ini merupakan gangguan di dalam proses belajar, sehingga hasilnya akan mengalami gangguan.
Dalam proses pendidikan anak, perhatian orang tua merupakan faktor
yang sangat besar pengaruhnya terhadap kesuksesan anak dalam menempuh
pendidikannya, karena dengan perhatian, orang tua akan mau dan dapat memikirkan
berbagai kebutuhan dan keperluan anak dalam proses pendidikannya. Dengan
perhatian, orang tua dapat menerima dan memilih stimuli yang relevan
dengan permasalahan yang dihadapinya. Perhatian dapat membuat orang tua
mengarahkan diri ke tugas-tugas yang merupakan kewajiban yang harus dipenuhi
terhadap tuntutan anak, memfokuskan diri pada masalah yang harus diselesaikan
terlebih dahulu dan mengabaikan hal-hal yang tidak relevan.
Perhatian menurut Kenneth E. Anderson (1972), adalah proses mental
ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran, pada
saat stimuli lainnya melemah . Secara sederhana, perhatian terjadi ketika kita
benar-benar berkonsentrasi dalam menggunakan salah satu alat indera kita.
Contohnya, ketika kita mendengarkan ceramah seseorang, maka telinga kita
benar-benar fokus berusaha untuk mendengarkan dengan sebaik-baiknya.
Worell dan Stilwell (1981), mendefinisikan perhatian sebagai
suatu strategi kognitif yang mencakup empat aspek, yaitu: (1) berorientasi
kepada masalah, (2) meninjau sepintas isi masalah, (3) memusatkan diri pada
aspek-aspek yang relevan, dan (4) mengabaikan stimuli yang tidak relevan. Teori
lain yang menjelaskan faktor terbentuknya perhatian adalah teori model
kesesuaian (congruence model theori) yang dikembangkan oleh Boshier.
Dalam model ini dikatakan bahwa seseorang akan memberikan perhatian atau
berpartisipasi atau terlibat dalam suatu proses pendidikan apabila hal tersebut
sesuai atau sejalan dengan persepsi atau pemahamannya tentang konsep pendidikan
tersebut (Gibson dan Graff, 1992). Orang tua yang memiliki persepsi dan
pemahaman yang sejalan dengan konsep pendidikan anak yang dikembangkan dalam
suatu lembaga pendidikan, akan dengan sukarela menyumbangkan tenaga, pikiran
dan emosinya untuk pendidikan anaknya. Dan sebaliknya, apabila pemahaman dan
persepsi orang tua tentang konsep pendidikan tidak sejalan dengan konsep yang
dikembangkan, akan timbul keragu-raguan untuk melibatkan diri baik secara fisik
maupun psikis dan emosional dalam penyelenggaraan pendidikan.
Dari kedua pandangan di atas dapat disimpulkan bahwa orang
tua sebagai anggota yang paling dominan dalam suatu kelompok sosial terkecil,
yaitu keluarga, dalam menjalani peran dan fungsinya, dituntut perhatian serta
partisipasinya dalam pendidikan anak-anaknya. Partisipasi orang tua terhadap
pendidikan anak, tidak hanya diwujudkan dalam bentuk “menyekolahkan” anak dalam
lembaga pendidikan, tetapi orangtua berupaya untuk mengoptimalkan pertumbuhan
dan perkembangan anaknya. Sebagaimana diungkapkan oleh Withherington (1978),
bahwa pada dasarnya pendidikan adalah suatu proses yang sengaja dilakukan untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan seseorang. Menyediakan lingkungan dan
sarana belajar yang kondusif, berinteraksi dengan anak secara emosional dan
intelektual, memberikan kesempatan anak untuk dapat bereksplorasi dalam
lingkungan yang lebih luas, memberikan keteladanan yang baik, menanamkan kebiasaan
yang baik bagi anak, mengadakan komunikasi yang baik dengan pihak sekolah
merupakan wujud nyata partisipasi orangtua dalam pendidikan anak.
Perhatian orang tua dapat direalisasikan
melalui berbagai kegiatan, seperti berikut ini.
Mengontrol waktu belajar dan cara belajar
anak.
Di masa sekarang dunia hiburan yang sangat menarik bagi
anak/remaja tersebar di mana-mana. Acara-acara televisi, VCD, play station dan
permainan lain dapat dengan mudah dijumpai dan dinikmati anak-anak dan remaja.
Oleh sebab itu, orang tua harus mengarahkan anak-anaknya dengan bijaksana
mengenai pengaturan waktu, kapan boleh bermain, dan kapan harus belajar.
Anak-anak harus ditanamkan sejak dini belajar secara rutin, tidak hanya sewaktu
ada PR atau ulangan saja. Adakalanya orang tua perlu memeriksa buku-buku
anaknya, baik catatan ataupun buku latihan dan tugas. Seringkali dijumpai oleh
guru di sekolah adanya siswa yang tidak punya buku catatan, kalaupun ada
dipakai untuk mencatat sekenanya macam-macam pelajaran di buku yang sama. Jika
orang tua rajin memeriksa buku-buku sekolah anaknya, tentu hal seperti ini
tidak terjadi karena orang tua dapat segera mengetahui apakah anaknya belajar
sungguh-sungguh di sekolah atau tidak, dan melakukan tindakan yang tepat untuk
mengatasinya sendiri.
Memantau perkembangan kemampuan akademik
anak.
Hal ini dapat dilakukan dengan memeriksa nilai-nilai ulangan
harian dan tugas anak. Jika ada keganjilan, seperti tidak dikembalikannya hasil
ulangan atau suatu pelajaran tidak pernah ada ulangan hariannya menurut
pengakuan si anak, maka orang tua berhak menanyakan kepada guru di sekolah.
Demikian pula jika ada keganjilan masalah nilai, orang tua berhak menanyakannya
pada guru di sekolah untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai kemampuan
dan sikap anak pada pelajaran tersebut.
Memantau perkembangan kepribadian (sikap,
moral, tingkah laku).
Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan kunjungan ke
sekolah dan berkomunikasi dengan wali kelas atau gurunya, untuk menanyakan
prosentase kehadiran, apakah pernah membolos pada jam pelajaran tertentu,
tingkah lakunya misalnya apakah pernah melanggar peraturan sekolah, bagaimana
sikapnya terhadap guru, bagaimana keaktifannya di kelas, dan sebagainya. Dengan
adanya keaktifan orang tua seperti ini maka siswa yang bermasalah di sekolah
dapat segera ditangani dengan bantuan orang tua, sehingga masalahnya tidak
berlarut-larut yang akan berdampak buruk bagi perkembangan jiwa anak dan masa
depannya.
Memantau efektivitas jam belajar di
sekolah.
Hal ini dapat dilakukan dengan sering bertanya pada anak
mengenai proses belajar mengajar di sekolah, misalnya apakah sepanjang hari
pelajarannya penuh atau ada jam kosong, kalau ada jam kosong karena guru
berhalangan hadir apakah ada tugas yang diberikan, apakah ada mata pelajaran
yang sering sekali kosong, atau hanya mencatat terus, apakah gurunya masuk dan
keluar kelas tepat waktu, dan sebagainya. Apabila dari keterangan-keterangan
anak ada yang menimbulkan tanda tanya ataupun ketidakpuasan, maka orang
tua berhak menanyakan langsung ke sekolah mengenai hal tersebut, dan berdiskusi
dengan pihak sekolah untuk mencari pemecahan masalahnya. Sebagai pihak yang
berkewajiban membayar biaya bantuan pendidikan, orang tua berhak mendapatkan
jaminan bahwa anaknya dididik secara sungguh-sungguh di sekolah. Dapat juga
dilakukan melalui komite sekolah, orang tua dapat mengkomunikasikan
permasalahan-permasalahan yang terjadi di sekolah bersama komponen yang lain,
sehingga sekolah akhirnya dapat benar-benar menjalankan fungsinya dalam memegang
amanah dari para orang tua mendidik anak-anak kita sebaik-baiknya untuk
mempersiapkan masa depannya
Namun tidak kalah pentingnya dari keempat poin diatas, ada
dua hal yang harus dan wajib dilakukan oleh setiap orang tua sebagai bentuk
dari kepedulian terhadap perkembangan pendidikan anak adalah :
Pemberian motivasi dan
penghargaan
Sebagai pendidik yang utama dan pertama bagi anak, orang tua
hendaknya mampu memberikan motivasi dan dorongan. Sebab tugas memotivasi
belajar bukan hanya tanggungjawab guru semata, tetapi orang tua juga
berkewajiban memotivasi anak untuk lebih giat belajar. Jika anak tersebut
memiliki prestasi yang bagus hendaknya orang tua menasihati kepada anaknya
untuk meningkatkan aktivitas belajarnya. Dan untuk mendorong semangat belajar
anak hendaknya orang tua mampu memberikan semacam hadiah untuk menambah minat
belajar bagi anak itu sendiri. Namun jika prestasi belajar anak itu jelek atau
kurang maka tanggung jawab orang tua tersebut adalah memberikan motivasi atau
dorongan kepada anak untuk lebih giat dalam belajar.
Dorongan orang tua kepada anaknya yang berprestasi jelek atau kurang itu sangat diperlukan karena dimungkinkan kurangnya dorongan dari orang tua akan bertambah jelek pula prestasinya dan bahkan akan menimbulkan keputusasaan. Tindakan ini perlu dilakukan oleh orang tua baik kepada anak yang berprestasi baik ataupun kurang baik dari berbagaijenis aktivitas, seperti mengarahkan cara belajar, mengatur waktu belajar dan sebagainya, selama pengarahan dari orang tua itu tidak memberatkananak.
Pemenuhan kebutuhan belajar
Kebutuhan belajar adalah segala alat dan sarana yang diperlukan untuk menunjang kegiatan belajar anak. kebutuhan tersebut bisa berupa ruang belajar anak, seragam sekolah, buku-buku, alat-alat belajar, dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan belajar ini sangat penting bagi anak, karena akan dapat mempermudah baginya untuk belajar dengan baik. Dalam hal ini Bimo Walgito menyatakan bahwa “semakin lengkap alat-alat pelajarannya, akan semakin dapat orang belajar dengan sebaik-baiknya, sebaliknya kalau alat-alatnya tidak lengkap, maka hal ini merupakan gangguan di dalam proses belajar, sehingga hasilnya akan mengalami gangguan.
Tersedianya fasilitas dan kebutuhan belajar yang memadai akan berdampak positif
dalam aktivitas belajar anak. Anak-anak yang tidak terpenuhi kebutuhan
belajarnya sering kali tidak memiliki semangat belajar. Lain halnya jika segala
kebutuhan belajarnya tercukupi, maka anak tersebut lebih bersemangat dan
termotivasi dalam belajar.
Semoga bermanfaat...
0 comments :
Post a Comment