Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabbarakatuh.....
Selamat siang semua,,,sehat dan sukses selalu dalam karier
Anda. Disiang yang cerah ini Admin akan berbagi kembali dengan rekan-rekan
pengunjung dan pembaca lewat sebuah artikel yang bisa anda baca untuk menambah dan
memperkaya ilmu pengetahuan anda semua. Artikel ini merupakan lanjutan dari
postingan Admin sebelumnya dalam rangka memenuhi janji kepada para pengunjung dan pembaca yang berbahagia. Sebelumnya
postingan Admin berjudul tentang hambatan komunikasi massa dari segi
psikologis, nach untuk kesempatan kali ini Admin akan berbagi tentang hambatan
komunikasi massa dari segi sosiokultural. Silakan dibaca dan semoga bermanfaat
dan berkah buat kita semua. Amin....
Berikut bentuk-bentuk hambatan komunikasi massa dari segi
sosiokultural :
a. Aneka Etnik
Belasan ribu pulau yang membenteng dari sabang sampai
merauke merupakan kekayaan alam Indonesia yang tidak ternilai harganya.
Tiap-tiap pulau di huni oleh etnik yang berbeda. Pulau-pulau besar, seperti
pulau jawa, Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, Papua terbagi menjadi beberapa
bagian, dimana tiap bagian memiliki budaya yang berbeda.
b. Perbedaan Norma
Sosial
Perbedaan budaya sekaligus juga menimbulkan perbadaan norma
sosial yang berlaku pada masing-masing etnik. Norma sosial dapat didefinisikan
sebagai suatu cara, kebiasaan, tat krama dan alat istiadat yang disampaikan
secara turun temurun, yang dapat memberikan petunjuk bagi seseorang untuk
bersikap dan bertingkah laku dalam masyarakat (disarikan dari Soekanto, 1982:
194).
Norma sosial mencerminkan sifat-sifat yang hidup pada suatu
masyarakat dan dilaksanakan sebagai alat pengawas secara sadar dan tidak sadar
oleh masyarakat terhadap anggota-anggotanya.
Mengingat beragam norma sosial yang berlaku di indonesia,
maka tidak tertutup kemungkinan terhadap pertentangan nilai, dalam arti
kebiasaan dan adat istiadat yang dianggap baik bagi suatu masyarakat, dianggap
tidak baik bagi masyarakat lainnya dan sebaliknya.
c. Kurang Mampu Berbahasa Indonesia
Keragaman etnik telah menyebabkan keragaman bahasa yang digunakan
dalam pergaulan sehari-hari. Dapat dikatakan, jumlah bahasa yang ada di
indonesia adalah sebanyak etnik yang ada. Seperti kita ketahui bersama bahwa
masyarakat Batak memiliki berbagai macam bahasa batak. Masyarakat di Papua,
Kalimantan juga demikian keadaannya. Jadi sekalipun bahasa Indonesia merupakan
bahasa nasional yang selalu kita ucapkan pada saat memperingati sumpah pemuda,
kita tidak dapat menutup mata akan kenyataan yang ada, yakni masih masih adanya
masyarakat Indonesia, terutama di daerah terpencil yang belum bisa berbahasa
Indonesia. Hal ini dapat menyulitkan penyebarluaskan kebijakan dan
program-program pemerintah.
Kita ambil contoh, suatu saat pemerintah akan mengeluarkan
kebijakan baru yang harus segera diketahui dan dilaksanakan oleh seluruh
masyarakat Indonesia.cara yang paling tepat dan cepat untuk mengkomunikasikan
pesan itu adalah melalui media massa ( radio siaran ,surat kabar, dan
televisi). Sesuai dengan karaktristik media massa, dalam waktu bersamaan pesan
akan diterima oleh sejumlah besar komunikan. Masalah akan timbul manakala
komunikan tidak bisa berbahasa indonesia, atau kemampuan berbahasa indonesianya
minim. Ini berarti pesan tidak sampai pada mereka. Dalam menanggulangi masalah
ini, pemerintah akan menggunakan aparat setempat atau para petugas penyuluh,
atau para opinion leader untuk mengkomunikasikan kebijakan dan program
pemerintah dengan menggunakan bahasa daerah setempat.
d. Faktor Semantik
Semantik adalah pengetahuan tentang pengertin atau makna
kata yang sebenarnya. Jadi hambatan semantik adalah hambatan mengenai bahasa,
baik bahasa yang digunakan oleh komunikator, maupun bahasa yang digunakan
oleh komunikan. Hambatan semantis dalam suatu proses komunikasi dapat terjadi
dalam beberapa bentuk.
Pertama, komunikator salah mengucapkan kata-kata atau
istilah sebagai akibat bebrbicara terlalu cepat. Pada saat ia berbicara,
pikiran dan perasaan belum terformulasika, namun kata-kata terlanjur
terucapkan. Maksudnya akan mengatakan “ demokrasi” jadi “demonstrasi”;
partisipasi menjadi “ partisisapi”; ketuhanan”jadi “kehutanan”, dan masih
banyak lagi kata-kata yang sering salah diucapkan karena tergesa-gesa.
Kedua, adanya perbedaan makna makna dan penegrtian
untuk kata atau istilah yang sama sebagai akibat aspek psikologi. Misalnya kata
“Gedang”akan berarti”pepaya” bagi orang sund, namun berarti “ pisang”
menurut orang jawa. Sedangkan kata “pepaya” untuk orang jawa adalah “ kates”.
Ketiga, adalah adanya pengertian yang konotatf.
Sebagaiman kita ketahui semantik pengetahuan mengenai pengertian kata-kata yang
sebenarnya. Kata-kata yang sebenarnya itu disebut pengertain denotatif, yaitu
kata-kata yang lazim diterima oleh orang-orang dengan bahasa dan kebudayaan
yang sama (Efendy, pada komala, dalam karlina, dkk, 1999).
e. Pendidikan Belum Merata
Penduduk indonesia pada saat ini sudah mencapai 200 juta
jiwa dan tersebar diseluruh pulau dan Nusantar. Ditinaju dari sudut pendidikan,
maka tingkat pendidikan rakyat indonesia belum merata. Di perkotaan, relatif
banayak penduduk yang dapat menyelesaikan pendidikan sampai jenjang perguruan
tinggi, tetapi di desa-desaterpencil, jangankan menyelesaikan perguruan tinggi
kesempatan untuk menyelesaikan pendidikan dasar pun relatif kecil. Ini adalah
kenyataan yang tidak bisa dihindari, namun amat disadari oleh pemerintah,
sehingga untuk menanggulanginya pemerintah telah mencanangkan program
pendidikan sembilan tahun.
f. Hambatan Mekanis
Hambatan komunikasi massa lainnya adalah hambatan teknis
sebagai konsekuensi penggunaan media massa yang dapat disebut sebagai hamabatn
mekanis. Hambatan mekanis pada media televisi terjadi pada saat stasiun atau
pemancar penerima mendapat gangguan baik secara teknis maupun akibat cuaca
buruk, sehingga gambar yang diteima pada pesawat televisi tidak jelas, buram,
banayak garis atau tidak ada gambar sama sekali.
0 comments :
Post a Comment