Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu faktor dari luar dan dari dalam diri siswa. Faktor dari dalam diri siswa
diantaranya adalah faktor psikologis. Ketika siswa memiliki minat dan motivasi
yang cukup tinggi akan mempengaruhi proses pengajaran dan pembelajaran.
Pengaruh itu menyebabkan prestasi belajar yang diraih siswa akan memuaskan.
Dalam pembelajaran matematika perlu diterapkan konsep-konsep
yang tepat untuk memberikan respon positif terhadap materi. Menurut Dahar (Hera
Lestari Mikarsa, 2007 : 6.11) konsep-konsep itu menyediakan skema-skema
terorganisir untuk mengasimilasikan stimulus-stimulus baru, dan untuk
menentukan hubungan didalam dan antara kategori-kategori.
Menurut pendapat Ausabel (Hera Lestari Mikarsa, 2007 : 6.12)
individu memperoleh konsep-konsep melalui dua cara yaitu melalui formasi konsep
dan asimilasi konsep. Formasi konsep diperoleh individu sebelum ia masuk
sekolah. Karena proses perkembangan konsep-konsep semasa kecil termodifikasi
oleh pengalaman-pengalaman sepanjang perkembangan individu. Sedangkan asimilasi
konsep terjadi setelah anak bersekolah. Asimilasi konsep secara deduktif, anak
biasanya diberi atribut sehingga mereka belajar konseptual misalnya kumpulan
binatang berkaki dua, anak akan berpikir ayam, bebek, burung dan lain-lainnya.
Klausmeier (Hera Lestari Mikarsa, 2007 : 6.12), mengemukakan
empat tngkatan pencapaian konsep yaitu :
a. Tingkat Kongkrit
Ditandai adanya pengenalan anak terhadap suatu benda yang
pernah ia kenal.
b. Tingkat Identitas
Seseorang telah mencapai tingkat ini yaitu jika ia mengenal
sesuatu obyek setelah selang waktu tertentu.
c. Tingkat Klasifikatori
Pada tingkatan ini anak sudah mampu mengenal persamaan dari
suatu contoh yang berbeda dari kelas yang sama.
d. Tingkat Formal
Anak sudah mampu membatasi suatu konsep dengan konsep yang
lain.
Pembelajaran matematika memerlukan daya nalar yang baik
untuk memahami suatu konsep yang diajarkan guru, namun anak memiliki
keterbatasan. Seperti apa yang dikatakan Gibson dan Miteher (Hera Lestari
Mikarsa, 2007 : 12.21) bahwa anak memiliki daya nalar yang belum sepenuhnya
berkembang, memiliki daya konsentrasi yang masih terbatas pada jangka pendek,
mudah memiliki sikap dan minat terhadap sesuatu.
Daya nalar yang baik berimplikasi pada daya serap memahami
konsep dan pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan
memecahkan masalah yang memerlukan kecerdasan . Hal ini diperkuat oleh pendapat
Gatner (Hera Lestari Mikarsa, 2007 : 7.26) bahwa kecerdasan matematika logika
adalah kapasitas menggunakan angka secara efektif.
Pengajaran hendaknya memberi kesempatan kepada anak untuk
melakukan aktivitas dan bekerja sendiri. Asas bekerja sendiri ditujukan untuk
membimbing anak ke arah berdiri sendiri atas tanggung jawab sendiri (Depdikbud,
1993 : 8) Ini berarti, anak dibina untuk percaya kepada diri sendiri, mampu
mengatasi kesulitan-kesulitan dengan kemampuan sendiri, penuh inisiatif,
kreatif dan berpikir kritis serta tanggung jawab.
Tugas yang diberikan sedikit menantang berdampak memacu
respon yang berkualitas tinggi. Guthrie (Ngalim Purwanto, 1997 : 92)
mengemukakan bahwa tingkah laku manusia itu secara keseluruhan dapat dipandang
sebagai deretan-deretan tingkah laku yang terdiri dari unit-unit. Unit-unit
tingkah laku ini merupakan reaksi atau respon sebelumnya, dan kemudian
menimbulkan respon bagi unit tingkah laku yang berikutnya. Ulangan atau
latihan yang berkali-kali memperkuat asosiasi yang terdapat antara unit
tingkah laku yang satu dengan tingkah laku yang berikutnya. Peningkatan
frekwensi latihan dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan seseorang
terhadap bidang latihan.
Dengan demikian minat belajar matematika dapat diartikan
sebagai keterlibatan diri secara penuh dalam melakukan aktivitas belajar
matematika baik di rumah, di sekolah, dan di masyarakat. Siswa yang mempunyai
minat belajar matematika berarti mempunyai usaha dan kemauan untuk mempelajari
matematika.
Berkaitan dengan penjelasan diatas, berikut beberapa tips yang bisa digunakan
oleh guru dalam menumbuhkan motivasi dan minat belajar siswa khususnya untuk
mata pelajaran matematika.
1. Pernyataan penghargaaan secara verbal.
Pernyataan verbal terhadap prilaku yang baik atau hasil
kerja atau hasil belajar siswa yang baik merupakan cara yang paling mudah dan
efektif untuk meningkatkan motif belajar siswa kepada hasil belajar yang baik.
Pernyataan seperti “Bagus sekali“, “Hebat”, “menakjubkan”, disamping
menyenangkan siswa, pernyataan verbal mengandung makna interaksi dan pengalaman
pribadi yang langsung antara siswa dan guru dan penyampaiannya kongkret
sehingga suatu persetujuan atau pengakuan sosial, apalagi kalau penghargaan
verbal itu diberikan di depan orang yang banyak.
2. Menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan.
Pengetahuan atas hasil pekerjaan, merupakan cara untuk
meningkatkan motif belajar siswa.
3. Menimbulkan rasa ingin tahu.
Rasa ingin ditimbulkan oleh suasana yang dapat mengejutkan,
keragu-raguan, ketidaktentuan, adanya kontradiksi, menghadapi masalah yang
sulit dipecahkan, menemukan suatu hal yang baru, menghadapi teka-teki. Hal
tersebut menimbulkan semacam konflik konseptual sehingga membuat siswa merasa
penasaran, dengan sendirinya menyebabkan siswa tersebut berusaha keras untuk
memecahkannnya. Dalam upaya yang keras itulah motif belajar siswa bertambah
besar.
4. Memunculkan sesuatu yang tidak diduga oleh siswa.
Dalam upaya itupun, guru sebenarnya bermaksud untuk
menimbulkan rasa ingin tahu siswa.
5. Menjadikan tahap dini dalam belajar mudah bagi siswa.
Hal ini memberikan semacam hadiah bagi siswa pada tahap
pertama belajar yang memungkinkan siswa bersemangat untuk belajar selanjutnya.
6. Mengggunakan materi yang dikenal oleh siswa sebagai contoh dalam belajar.
Sesuatu yang telah dikenal siswa dapat diterima dan diingat
lebih mudah. Jadi, gunakanlah hal-hal yang telah diketahui siswa sebagai wahana
untuk menjelaskan sesuatu yang baru atau belum dipahami oleh siswa.
7. Memunculkan sesuatu yang unik, aneh dan tak tertuga
Gunakan kaitan yang unik dan tak terduga untuk menerapkan
suatu konsep dan prinsip yang sudah dipahami. Sesuatu yang unik, tak terduga,
dan aneh dan lebih dikenang oleh siswa daripada sesuatu yang biasa-biasa saja.
8. Menuntut siswa untuk menggunakan hal-hal yang sudah dipelajari sebelumnya.
Dengan jalan itu, selain siswa belajar menggunakan hal-hal
yang telah dikenalnya, dia juga dapat menguatkan pemahaman atau pengetahunannya
tentang hal-hal yang telah dipelajarinya.
9. Menggunakan simulasi dan permainan.
Simulasi merupakan upaya untuk menerapkan sesuatu yang
dipelajari atau sesuatu yang sedang dipelajari melalui tindakan langsung. Baik
simulasi maupun permainan merupakan proses yang sangat menarik bagi siswa.
Suasana yang sangat menarik menyebabkan proses belajar menjadi lebih bermakna
secara efektif atau emosional bagi siswa. Sesuatu yang bermakna akan lestari
diingat, dipahami atau dihargai.
10. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahirannya di depan
umum.
Hal itu akan menimbulkan rasa bangga dan dihargai oleh umum.
Pada gilirannya suasana tersebut akan meningkatkan motif belajar siswa.
11. Mengurangi akibat yang tidak menyenangkan dan keterlibatan siswa dalam
kegiatan belajar.
Hal-hal positif dari keterlibatan siswa dalam belajar
hendaknya ditekankan, sedangkan hal-hal yang berdampak negatif seyogyanya
dikurangi.
12. Memahami iklim sosial dalam sekolah.
Pemahaman iklim dan suasana sekolah merupakan pendorong
kemudahan berbuat bagi siswa. Dengan pemahaman itu siswa dapat memperoleh
bantuan yang tepat dalam mengatasi masalah atau kesulitan.
13. Memanfaatkan kewibawaan guru secara tepat.
Guru seyogyanya memahami sacara tepat bilamana dia harus
menggunakan berbagai manifestasi kewibawaaanya pada siswa untuk meningkatkan
motif belajarnya. Jenis–jenis pemanfaatan itu adalah memberi ganjaran, dalam
pengendalian prilaku siswa, kewibawaan berdasarkan hukum, kewibawaan sebagai
rujukan dan kewibawaan karena keahlian.
14. Memperpadukan motif-motif yang kuat.
Seorang siswa giat belajar mungkin karena latar belakang
motif berprestasi sebagai motif yang kuat. Dia dapat pula belajar karena ingin
menonjolkan diri dan memperoleh penghargaan atau karena dorongan untuk
memperoleh kekuatan. Apabila motif-motif kuat seperti itu dipadukan, maka siswa
memperoleh penguatan motif yang jamak, dan kemauan untuk belajar pun bertambah
besar, sampai mencapai keberhasilan yang tinggi
15. Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai.
Diatas telah dikemukakan bahwa seorang anak akan berbuat
lebih baik dan berhasil apabila memahami yang harus dikerjakannya dan yang
dicapai dengan perbuatannya itu. Makin jelas tujuan yang dicapai, makin terarah
upaya untuk mencapainya.
16. Merumuskan tujuan-tujuan sementara.
Tujuan belajar adalah rumusan yang sangat luas dan jauh
untuk dicapai. Agar upaya mencapai tujuan itu lebih terarah, maka tujuan-tujuan
belajar yang umum itu seyogyanya dipilah menjadi menjadi tujuan sementara yang
lebih jelas dan lebih mudah dicapai.
17. Memberitahukan hasil kerja yang telah dicapai.
Dalam belajar hal ini dapat dilakukan dengan selalu
memberitahukan nilai ujian atau niai pekerjaan rumah. Dengan mengetahui hasil
yang telah dicapai, maka motif belajar siswa lebih kuat, baik itu dilakukan
karena ingin mempertahankan hasil belajar yang telah baik, maupun untuk
memperbaiki hasil belajar yang kurang memuaskan.
18. Membuat suasana persaingan yang sehat diantara para siswa.
Suasana ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengukur kemampuan dirinya melalui kemampuan orang lain. Lain dari pada itu
belajar dengan bersaing menimbulkan upaya belajar yang sungguh-sungguh, disini
digunakan pula prisip-prinsip keinginan individu untuk selalu lebih baik dari
orang lain.
19. Mengembangkan persaingan dengan diri sendiri.
Persaingan semacam ini dilakukan dengan memberikan tugas
dalam berbagai kegiatan yang harus dilakukan sendiri. Dengan demikian, siswa
akan dapat membandingkan keberhasilannya dalam melakukan berbagai tugas.
20. Memberikan contoh yang positif.
Banyak guru yang mempunyai kebiasaan untuk membebankan
pekerjaan pada siswa tanpa kontrol. Biasanya dia memberikan suatu tugas kepada
kelas, dan guru meninggalkan untuk melaksanakan pekerjaan, keadaan ini bukan
saja tidak baik, tetapi dapat merugikan siswa. Untuk menggiatkan belajar siswa
guru tidak cukup untuk dengan memberikan tugas saja, melainkan harus dilakukan
pengawasan dan pembimbingan yang memadai selama siswa mengerjakan tugas kelas.
Selain itu dalam mengontrol dan membimbing siswa dalam mengerjakan tugas. Guru
seyogyanya memberikan contoh yang baik.
Sekian dan terimakasih sudah berkunjung dan membaca artikel
ini.
Terima kasih infonya. Semoga kita bisa menjadi guru yang bisa memberi semangat belajar pada para siswa.
ReplyDelete